21

1.3K 113 10
                                    

. . .

Tangan pucat yang masih tertanam infus itu terus mengusap kepala JiMin dengan lembut, tidak bisa di pungkiri lagi surai JiMin sangat lembut, lama mengusapnya tak terasa mata yoongi berkaca-kaca, seketika dadanya sesak, rasa bersalah menyeruak di relung hatinya, JiMin yang selalu ada untuknya malah ia sia-siakan malaikat ini malah ia hina, JiMin yang selalu ada di sisinya adalah orang yang paling ia lukai hatinya.

Yoongi menggulum bibir untuk menahan isak tangisnya , merasakan betapa perihnya luka yang ia tanam di hati JiMin, berapa banyak hinaan yang ia lontarkan untuk pria baik ini, Yoongi merasa dirinya adalah manusia yang paling memalukan di dunia ini.

"Maaf JiMin-ah" Tak terasa Setetes air mata terus berjatuhan dan membasahi pipi Yoongi begitu juga dengan tangan JiMin.

"Eugh?" Lenguh JiMin saat ia merasakan sebuah cairan hangat mengenai tanganya, JiMin dengan lucunya mengucek-ucek matanya yang masih sembab akibat menangis semalaman.

Yoongi terkekeh pelan sebelum akhirnya memperbaiki rambut JiMin yang berantakan.

"Hyung sudah bangun? " Yoongi hanya mengangguk dan tersenyum lembut sembari tangannya masih mengusap rambut JiMin dengan sayang.

"Kau kenapa Hyung?, kenapa menangis? Apa yang sakit katakan padaku! " Wajah cemas JiMin tercetak jelas, JiMin tidak peduli dengan rasa sakit punggungnya maupun matanya yang masih perih yang paling penting sekarang adalah Yoongi. mata JiMin mencari sumber rasa sakit Yoongi dan tanganya meraba dengan sangat perlahan tubuh Yoongi seolah Yoongi adalah benda paling rapuh di bumi.

"Tidak ada, aku hanya,,,,,,"

JiMin mengerutkan dahinya "hanya apa?, apa kau lapar Hyung? "

"Ah baiklah aku akan menyuapi mu" Sebelum Yoongi dapat menolak JiMin sudah lebih dahulu mengambil nampan dan bersiap untuk menyuapi Yoongi.

"Wahhh buburrrr, ini pasti enak!, ayo buka mulut mu " Sendok sudah menunggu untuk masuk ke dalam mulut Yoongi, namun sang empu masih tetap diam dengan tatapan sendu.

"Ini Hyung makan agar kau lekas sembuh dan bisa bekerja lagi, bukankah kau suka bekerja" JiMin dengan senyum lebarnya kembali mendekatkan sendok ke bibir Yoongi.

"Aaaaaaa ayo bayi besar ku makan yaaaa" Yoongi menurut dan membuka bibir yang sudah sangat pucat itu.

"Bagimana enak? " Yoongi mengangguk.

"Tunggu" JiMin dengan tiba-tiba mendekatkan dirinya ke Yoongi, JiMin mengikis jarak antara dirinya dan Yoongi sedangkan Yoongi membeku dan dapat merasakan hembusan nafas JiMin, jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, dengan perlahan tangan JiMin mengarah pada sudut bibir Yoongi dan mengelap sisa bubur yang tertinggal.

"Nahhh, sudah bersih" Ucap JiMin yang masih pada posisinya dengan wajah yang hampir tidak ada jarak.

Yoongi benar-benar gugup, semoga saja JiMin tidak mendengar detak jantungnya, haaaaaa rasanya ingin pingsan lagi melihat buntalan mochi di hadapannya kini.

"Eemmm" Dengan gugup Yoongi mengaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari mencoba menjauhkan wajahnya dengan JiMin yang hampir berciuman itu.

"Cah,,, ayo makan lagi"

"Sial!, Tuhan kuatkan iman ku, Semoga aku tidak menerkam pria buntal di hadapan ku ini" Batin Yoongi sembari mengunyah bubur yang sudah JiMin suapkan.

. . .

Brak!

Benturan antara tubuh itu terdengar jelas di depan pintu kamar Yoongi dan Seokjin, kedua insan manusia itu saling beratatap-tatapan sembari meringis sakit pada tubuh mereka, tatapan itu terputus saat salah satunya memilih mengalihkan pandangannya dan memilih menatap pintu yang mungkin lebih menarik untuknya.

"Kau mau melihat Yoongi Hyung juga? " Dengan lembut salah satunya bertanya.

Namun tidak ada balasan dari yang di tanya, orang itu malah terus memegangi tubuhnya yang sakit akibat benturan tadi.

"Apa sakit sakali, coba aku lihat" Saat pria dengan hidung runcing itu menyentuh tubuh pria bergigi kelinci di sampingnya ini dengan tiba tiba tangannya di hempas cukup kuat.

"Sudah ku peringatkan, jangan menyentuh ku! KIM TAEHYUNG! "

"Tapi Kook,,,, "

"Shit!, menjauhlah dariku! " Jungkook pergi dengan wajah yang kesal telah mengatakan itu sedangkan Taehyung berdiam diri sembari melihat kepergian Jungkook.

"Kapan kau akan memafkan ku?

...

Ceklek,,,,,,

"Oh Taehyung? Kau sendiri?, ada apa? kenapa tadi aku seperti mendengar suara Jungkook berteriak? " Taehyung yang sedari tadi melamun di buat terkejut oleh JiMin yang tiba tiba saja membuka pintu dan menegurnya.

"Ahhh Jimine, tidak ada kau salah dengar mungkin, aku sendiri di sini, oh iya boleh aku masuk? " JiMin mengerejapkan bulu mata nya.

"Oh tentu boleh masuklah, selagi kau di dalam temani dia ya, aku akan mengambil beberapa cemilan" JiMin tersenyum sebelum akhirnya pergi.



Tbc


hurt feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang