Bab 10

686 16 0
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

#SPAM VOTE + KOMEN!#

--------------

Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul 19.55 malam. Sekitar jam 3 sore tadi, acara Zahra dan Gus Zein sudah selesai.

Kini, keluarga Zahra maupun Gus Zein sedang berkumpul di ruang makan yang tergabung dengan ruang keluarga rumah Zahra.

"Aku baru sadar, Mai ngga ikut ya?" tanya Zahra ketika orang rumah sedang makan. Semua pun otomatis menoleh pada Zahra.

"Mai nggak ikut.. Sebentar lagi ujian Tahfidz, dia mau fokus belajar.." jawab Umma lembut. "Dia di ndalem sendiri?" tanya Zahra yang kini menuju kepada suaminya. Gus Zein menggeleng pelan lalu menyuapkan makanan pada mulutnya.

"Terus?" tanya Zahra sambil menatap suaminya yang berada disampingnya. Gus Zein menelan makanannya dan mengambil gelas berisi air putih dan meminumnya. "Dia di ndalem sama Ning Arafah" jawab Gus Zein.

Sebelumnya, sedikit penjelasan. Mai itu adik kandungnya Gus Zein, anak perempuan berusia 16 tahun, kelas 1 Aliyah. Nama lengkapnya Humaira Alifa Hamid Ardiansyah. Lalu, Ning Arafah adalah Adik kandung dari Gus Azzam. Ning Arafah adalah sahabat Mai dari kecil, ngoke lanjut.

"Berdua aja? Emang gapapa? Mereka kan baru kelas 1 aliyah" tanya Zahra cemas. "Mereka dididik untuk mandiri, kamu nggak usah cemasin mereka" ujar Buna.

Mereka lalu melanjutkan makan hingga pukul 20.09. Mereka tidak langsung kembali ke kamar masing-masing, mereka berbincang terlebih dahulu di ruang keluarga.

Gus Zein sudah kembali ke kamar karena memiliki kerjaan. Semua memaklumi karena tahu apa pekerjaan Gus Zein. Kecuali Zahra, dia bahkan tidak tahu jika Gus Zein memiliki pekerjaan selain Gus.

Huh? Kerja di hari pertama pernikahan? Emang kerja apa? Perasaan cuma jadi Gus doang deh. Batin Zahra heran ketika suaminya izin kembali kekamar duluan. Tetapi ia tidak begitu memikirkannya, Zahra justru sibuk bermain dengan 2 ponakannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.30, orangtua, mertua, kakak ipar dan kakak Zahra masih asik mengobrol, sedang Zahra sudah mulai mengantuk. "Bima, Asya, Onty ke kamar duluan ya, Onty ngantuk, mau bobo.." izin Zahra pada kedua ponakannya sambil menutup mulutnya dengan tangan karena menguap.

Zahra lalu berdiri. Tetapi ia tidak langsung pergi. Ia menghampiri keluarganya dulu. "Bun, Yah, Ma, Ba, Bang, Mba, Zahra ke kamar duluan ya? Zahra ngantuk" izin Zahra. Semua tersenyum mendengar Zahra meminta izin.

"Iya.. Kamu istirahat gih. Pasti capek dari tadi belum tidur. Tidur yang nyenyak ya.." ujar Umma membuat Zahra tersenyum manis. "Iya Umma.. Zahra duluan ya.. Assalamualaikum" salam Zahra.

"Waalaikumussalam" jawab semuanya.

DIKAMAR JAHRAA

Zahra tidak melihat keberadaan Gus Zein, tetapi dirinya melihat sebuah laptop yang menyala di meja belajarnya.

"Laptop? Punya Gila Arab ya??" tanya Zahra pada dirinya sendiri. Zahra lantas mendekati Laptop yang masih menyala itu.

"Ini bukannya materi kuliah S1 ya?? Emang dia masih S1? Perasaan udah Doktor deh?" tanya Zahra lagi, entah pada siapa. Dirinya terhanyut pada pikirannya sendiri hingga tidak sadar pintu kamar mandi di kamarnya terbuka, menampakkan Gus Zein yang baru selesai ganti baju.

"Ngapain liatin Laptop saya begitu?" tanya Gus Zein heran melihat kelakuan istrinya itu. Zahra langsung tersadar mendengar pertanyaan Gus Zein dan menoleh kearah suara.

"Ahh, ngga papa..."Jawab Zahra gagap. Gus Zein langsung berjalan dan duduk dikursi meja belajar Zahra. Zahra langsung memundurkan tubuhnya 1 langkah.

"Gus, kok nulis materi kuliah? untuk S1 lagi" tanya Zahra spontan. "Kerjaan" jawab Gus Zein pendek, ia langsung fokus pada laptopnya lagi.

Zahra hanya berdecak pelan lalu beranjak menuju kasurnya dan merebahkan dirinya. "Gus" panggil Zahra pelan. "Ya?" Gus Zein menjawab tanpa menolehkan kepalanya.

"Gus kerja apa si? hari pertama nikah aja masih kerja" protes Zahra. Gus Zein tersenyum kecil, tapi pastinya tidak bisa dilihat Zahra karena posisinya membelakangi Zahra.

"Kalo saya jawab, kamu percaya nggak?" tanya Gus Zein membuat Zahra menolehkan kepalanya. "Emang kerja apa?" tanya Zahra penasaran sambil merubah posisinya menjadi duduk menghadap Gus Zein yang membelakanginya.

"Direktur" jawab Gus Zein jail. Zahra melongo mendengar jawaban Gus Zein.",WHATT???? DIREKTUR?? GUS LAGI NGGA MIMPI KAN???" tanya Zahra kaget, setaunya, suaminya ini hanyalah seorang Gus dan Guru, serta lulusan universitas islam tertua di mesir.

Gus Zein yang mendengar pertanyaan Zahra langsung tertawa puas. Puas sudah dirinya menjaili gadis yang beberapa jam lalu sah menjadi istrinya.

Gus Zein berbalik, menghadap Zahra. "Hahahaha, percaya aja si, bukan kok.. Nggak mungkin saya bisa menyanding gelar Direktur seperti Ayah.. Saya hanyalah dosen sekaligus psikolog kecil" ujar Gus Zein dengan kekehannya.

"Hah??" Zahra masih bingung rupanya. "Dosen?? Dimana?? Kok aku ngga tau??" tanya Zahra bingung. Gus Zein tersenyum manis. "Saya dosen di Universitas Islam Bandung.." jawab Gus Zein. "Jurusan?" tanya Zahra.

"Prodi Psikologi" jawab Gus Zein lembut.

"Prodi psikologi?? Lah terus dulu ngapain ke Kairo??" gumam Zahra lirih, tapi masih dapat didengar Gus Zein.

"Dulu saya S1 di Kairo, Fakultas Ushuluddin, prodi sosiologi agama, terus waktu pulang lanjut di UII prodi psikologi" jelas Gus Zein.

"Emang bisa??" tanya Zahra bingung.

"Rencana Allah tidak ada yang tahu. Kamu kurang mampu tiba-tiba jadi kaya itu tidak mustahil. Kamu yang awalnya tidak paham, tiba-tiba jadi paham itu juga tidak mustahil. Apapun asal Allah menghendakinya maka tak ada kata mustahil. Ketika Allah sudah berkata Kun fayakun jadilah maka terjadilah. Jadi tidak mustahil jika saya bisa masuk psikologi walau dulu saya sempat berkuliah di fakultas Ushuluddin." ujar Gus Zein panjang lebar, Zahra tersenyum mendengar ucapan Gus Zein.

"Keren dehh!!" puji Zahra sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Pake Masya Allah kalo mau muji dek.." ingat Gus Zein yang hanya dibalas cengiran oleh Zahra.

"Sudah.. Kamu nggak ngantuk emang? Tidur sana" perintah Gus Zein. Zahra mengangguk pelan lalu merebahkan tubuhnya dikasur.

Tanpa butuh wakru lama Zahra langsung tidur pulas di ranjang kesayangannya. Gus Zein yang baru saja beranjak dari duduknya menuju ranjang hanya tersenyum melihat cara Zahra tertidur. Zahra tertidur dengan menggunakan Piyama berlengan pendek dengan rambut dikepang 2 serta memeluk boneka Paus besar tanpa menggunakan selimut.

"Masya Allah.. Cantiknya.." puji Gus Zein lirih lalu duduk disamping Zahra yang tertidur pulas. Perlahan, tangan Gus Zein terangkat dan mengelus lembut pipi Zahra. "Ana Uhibbuki fillah yaa Zaujati.." bisik Gus Zein tepat ditelinga Zahra membuat Zahra menggeliat terganggu.

Gus Zein akhirnya menidurkan dirinya disamping Zahra.

Bersambung...

Haii!!!Masih inget aku kan??inget lah yaaa.

Lama ngga ketemuu,aku lagi ujian kelulusan + males nuliss,jadi hiatus bentar dee.

Btw,do'ain hasil ujian kelulusanku baguss yaa!!Aamiin

Original :
13 Mei 2023

Revisi :
6 Januari 2024




Menikah Dengan Gus Muda [ON GOING + REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang