Bab 19

292 19 4
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Nilai seorang lelaki sesuai dengan keberaniannya, kejujurannya sesuai dengan keseimbangan perangainya, keperkasaannya sesuai dengan harga dirinya, dan kesuciannya sesuai dengan rasa malunya." -- Ali bin Abi Thalib

#SPAM VOTE + KOMEN!#

"Sshh," Zahra merintih pelan ketika Gus Zein mengompres pipinya dengan sekantong es batu. Mereka sudah berada dalam kamar, dengan Asya yang sibuk membongkar tote bag mengecek kembali barang-barang yang dibelinya dan Gus Zein yang sedang mengobati Zahra dengan khawatir. Suasana antara kedua pasutri ini sangatlah canggung, keduanya tidak membuka suara sedikitpun walau disamping mereka berdua terdapat gadis kecil yang berisik sendiri.

Gus Zein fokus mengobati memar pada pipi kanan Zahra sedangkan Zahra sendiri diam menunduk entah memikirkan apa. Tiba-tiba saja Asya mendekati Zahra dan Gus Zein, membawa boneka kucing berwarna hitam. "Soma untuk Onty Zahla," katanya sembari menyerahkan boneka itu. Zahra mendongak, menatap Asya, membuat Gus Zein terkejut dan kesusahan mengompres pipi kanan Zahra.

"Bim bim, semua kesedihan ilang belsama Soma!" ujar Asya mempraktekkan mantra yang diajarkan oleh Zahra. Zahra tertegun, melihat Asya yang masih teringat mantra yang pernah ia ajarkan ketika membacakan dongeng untuk Asya dan Bima dulu ketika mereka masih kecil, lebih kecil dari sekarang. Zahra tersenyum, mengangkat tangan, berniat mengelus kepala keponakan kecilnya itu. Namun, karena pergerakan Zahra yang semakin banyak membuat Gus Zein makin kesusahan. Gus Zein pun akhirnya merasa kesal dengan istrinya yang banyak gerak, mungkin dipikirannya, jika tidak mau memaafkan sekarang juga setidaknya diam dan biarkan dirinya mengobati, bukan gerak-gerak kesana kemari dan membuatnya semakin susah.

"Anteng Ra," Gus Zein pun akhirnya membuka suara. Menegur istrinya yang terus bergerak. Zahra melirik sinis Gus Zein, jujur saja, perasaan Zahra setelah terkena pukulan tidak sengaja Gus Zein mendadak menjadi tak jelas. Ia marah dengan suaminya itu, namun ia juga senang karena suaminya bersedia mengobatinya, namun ia kesal karena suaminya justru mementingkan emosi dibanding situasi. "Apa kamu liat-liat?" tanya Zahra sinis, membuat suaminya reflek ber-istighfar.

"Ya Allah Ra.. Saya cuma mau ngobatin pipi kamu.." bela Gus Zein. Zahra diam, menatap Gus Zein sinis. "Siyi cimi mii ngibitin pipi kimi, ngomong aja gitu, ngapain tadi mukul coba?" Zahra bergumam meledek, sedikit berharap Gus Zein tak mendengarnya. Gus Zein pun hanya diam, seakan tak mendengar walau nyatanya ia mendengarnya samar-samar. Zahra melirik mimik wajah Gus Zein yang kesusahan, membuatnya sedikit tak tega, namun yang namanya gengsi, pasti susah diturunkan kan?

Zahra memilih merebut kantong es ditangan Gus Zein dan bergegas berkata sebelum Gus Zein berpikir yang aneh-aneh. "Dari tadi Gus ngompres tapi gak bener! Aku aja! Gus mending beli makan deh! Jauh-jauh hush!" ujar Zahra setengah mengusir, apalagi teringat rasa laparnya tadi. "Saya sudah beli camilan," jawab Gus Zein datar. Heh, mengapa jadi dia yang marah?

"Aku mau makan, mana ada orang indo kenyang cuma nyemil gak pake nasi!" bantah Zahra, ia memang tak bisa kenyang jika belum makan menggunakan nasi.

"Ada!"

"Siapa coba?"

"Zeiin,"

(Nie kenapa jd ributin sy)

"Udah ah! Sana-sana! Beliin makanan apa kek, nasi gitu," suruh Zahra seenaknya, namun Gus Zein mau apa lagi? Istri kecilnya itu sedang marah padanya, lebih baik ia turuti daripada semakin marah bukan? 

"Ayo," Gus Zein berdiri, menjulurkan tangan mengajak Zahra. Zahra menatap bingung Gus Zein. "Kemana?" tanyanya bingung. "Beli makanan lah, kamu pikir saya berani ninggalin kamu lagi disini? Ayo cepat, setelah beli makanan kita beres-beres lagi, besok pagi kita check-out dari sini, anter Asya balik terus langsung balik ke pondok!" ujar Gus Zein panjang lebar. Zahra kebingungan dengan sikap Gus Zein. "Lah? Aku kan lagi ngobatin pipi aku yang kena pukul, Gus," ujar Zahra membuat Gus Zein terdiam. 

Sesaat hening, susana mendadak menjadi canggung. 

"Yasudah! Obatin dulu, nanti kamu diam saja di mobil, saya yang pesan," Gus Zein berkata sambil memalingkan wajah lalu pergi meninggalkan Zahra sendirian. Zahra menatap bingung Gus Zein lalu terdengar notifikasi ponselnya yang membuat ia mengalihkan fokusnya. 

***


"Onty, pipi onty atit ya?" tanya Asya dengan lucunya sambil terus memandangi pipi Zahra. Asya terduduk dalam pangkuan Zahra di bangku depan mobil, karena Gus Zein sedang pergi memesan geprek jadi Zahra ditinggal bersama Asya.  Zahra menunduk melihat Asya, lalu tersenyum. "Engga kok, nyeri aja dikit," bibir mungil Asya membentuk huruf 'O' membuat Zahra mencubit gemas pipi ponakannya itu. 

"Asya mau pulang kapan?" tanya Zahra pada anak bungsu kakaknya itu. Asya tampak berpikir dengan pose lucu. "Ntal aja deh Onty, Aca kangen sama Abang..," Zahra tersenyum lalu memeluk Asya penuh sayang. "Ululuu, dah kangen Abang ya?? Nanti pulang sekalian beli mainan buat Abang mau??" tanya Zahra gemas. Mata bulat Asya berbinar senang, lalu mengangguk semangat.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pada kaca mobil. Zahra dan Asya menoleh serempak, lalu pintu mobil pun terbuka. Seorang laki-laki dengan baju koko memasuki mobil, dengan bungkusan ditangannya. Melihat yang dibawa laki-laki itu, mata Zahra berbinar, lalu ia langsung mengambil bungkusan itu. "Makasih Gus!!" laki-laki itu--Gus Zein--tersenyum lalu mengelus kepala Zahra. 

"Makan pelan-pelan, Asya sama Om dulu sini nak," Gus Zein mengambil alih Asya dan membawa gadis kecil itu ke pangkuannya. Suasana hening, Zahra sibuk makan, Gus Zein melihat Asya, dan gadis kecil itu pun tak peduli, di pangkuan suami Onty nya, dia bermain dengan boneka yang baru dibeli tadi sambil sesekali mengoceh. 

Gus Zein tersenyum hangat, tanpa disadari oleh Zahra maupun Asya. Perasaan Gus Zein bercampur, antara kesal, marah karena perihal tadi ketika Samuel menemui Zahra secara paksa, lalu sedih dan menyesal karena tidak sengaja memukul pipi Zahra, dan senang serta bahagia karena melihat kehangatan antara ia, istrinya dan keponakannya--yang sudah seperti keluarga harmonis.

Bersambung..

HALO GESSSSSSSS
Maaf banget Zeiin gapernah up lagi (alias jarang) ada beberapa alasan yang ngebuat Zeiin gabisa up ges🙇‍♂️🙇‍♂️
Zeiin lagi sibukk, kemarin habis ujian, terus Zeiin OSIS jadi harus urus classmeeting, jadi susah upp.
Maaf banget pls pls pls pls plssssss
Vote yang banyak ya manteman tercintaaaa😻😻😻😻 Biar Zeiin makin semangat walau capek buat rajin nuliss!!
Trimakasii



Menikah Dengan Gus Muda [ON GOING + REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang