Prolog

447 24 0
                                    

Prolog

21.45

SENIN, 13 MEI 2000

Gadis itu menghempaskan tubuhnya disofa ruang tengah rumahnya dengan rasa lelah. Tak jauh dari sana ada seorang pria dengan wajah marah melihatnya.

"Marie!!!"seru pria itu dengan suara menggelegar.

Gadis yang bernama Marie itu masih duduk santai di sofa, berpura pura tidak mendengar seruan pria itu.

Si pria yang marah mendatangi Marie dengan perasaan jengkel dan marah.

"Marie!!!"panggil pria itu dari belakang Marie yang duduk disofa.

"Marie!!!" Pria itu berteriak.

"Shut up, Jerome!!!" Marie mengambil earphone dan memakainya sambil memutar lagu dari iPodnya.

"Kenapa kau pulang terlambat?"tanya si pria - Jerome - dengan nada marah sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Aku sudah 15 tahun."jawab Marie tanpa menoleh.

Jerome semakin jengkel. "Hey... Kau ini..."

Marie memotong perkataan Jerome. "Aku ini sudah 15 tahun aku sudah bisa jaga diri. Lagipula ini ulang tahunku. Kalau kau peduli kau buatkan pesta untukku. Kau berjanji!!!" Marie marah karena merasa dibohongi.

Jerome menyerah. "Aku memang tidak bisa buatkan pesta untukmu. Maaf."

"Maaf?" Marie jengkel. "Maaf?"ulang Marie lagi. "Kau tau apa yang kualami?"tanya Marie jengkel.

Jerome hanya melihat Marie dengan pandangan. Apa?

"Aku harus meneraktir satu kelas dibar. Tapi karena kau yang tidak buatkan pesta kubiarkan kau yang bayar." Marie berdiri dan mengeluarkan segulung kertas dari saku jaketnya dan melemparnya pada Jerome.

Jerome mengambilnya dan membuka gulungan itu. Tapi saking panjangnya gulungan itu Jerome harus menggulung lagi dari awal. Tapi jumlah angka angka yang ada di bagian bawah kertas itu membuat Jerome nyaris sakit jantung.

"10.000 dollar?" Jerome mengucapkan jumlah nomor itu dengan susahnya.

"Ada 40 orang dikelasku." Marie melepas earphonenya dan bersiap pergi kekamarnya.

Jerome menahan lengan Marie yang membuat gadis itu kembali berdiri ditempatnya.

"Apa?"tanya Marie santai.

"Apa?"ulang Jerome penuh emosi.

"Kau kuperbolehkan pergi ke bar dengan membawa kartu kreditku. Asal kau tau kita sedang ada masalah keuangan. Tapi kau malah menambah masalah!!!" Jerome menjelaskan. "Kau ini sebenarnya mau seperti apa?"

"Jelas tidak sepertimu." Marie menjawab dengan tegasnya.

"Kau sangat tidak seperti ibumu."

"Tapi itu tidak mengubah fakta kalau aku anak ibuku." Marie melempar tasnya ke sofa. "Kau mau bilang apa?"tanya Marie melihat Jerome jengkel. "Aku anak pungut? Aku tidak peduli!"

Jerome berkacak pinggang.

"Apa?"tanya Marie menantang. "Kau jangan sok menasihatiku. Aku tau kau selingkuh. Aku tau kau memukul ibuku setiap kali kau mabuk sampai dia sakit dan meninggal."

"Oh my god!!!" Jerome mengejek.

"Kau bahkan tidak punya tuhan."balas Marie.

"Asal kau tau!!!" Jerome menunjuk Marie.

"Tau apa, Jerome Keanu?"tanya Marie mengejek. "Aku bukan anak Esmeralda Elisabeth Belmer?"

"Ya."jawab Jerome santai.

Marie melipat tangannya didepan dada santai dan mengalihkan perhatiannya dari Jerome.

Jerome melihat Marie licik. Dia ingin membunuh anak kecil itu sekarang. Terserah itu darah dagingnya sendiri atau bukan.

Marie tau Jerome akan memukulnya atau apalah itu. Dia sudah mengalami hal ini ribuan kali sejak ibunya meninggal 6 tahun yang lalu.

Jerome mengeluarkan pisau dari saku celananya. Marie tau dia harus menghindar kemana. Jerome tidak pernah bisa menebak bagaimana dia menghindar.

Jerome langsung menikam Marie. Marie yang terlambat menghindar langsung tertikam di punggung kirinya. Marie berusaha melihat Jerome yang tersenyum melihat hasil kerjanya.

Marie melihat senyuman yang terukir di wajah seorang Jerome Keanu. Itu membuatnya semakin marah. Marie berusaha mengambil pisau yang tertancap di punggungnya. Dan berhasil dia memegang pisau itu.

Jerome melihat gadis itu dengan bingung.

"Kau mau apa, Witch?"tanya Jerome tanpa gentar.

"Nyawamu."jawab Marie. "Can i?" Marie bertanya sambil melupakan rasa sakitnya.

Jerome mulai takut pada Marie. Marie membuang pisau yang masih berlumuram darahnya itu. Dan mendekati Jerome yang masih berdiri teguh.

Marie perlahan berubah. Kulitnya menjadi coklat pucat, yang awalnya bewarna sawo matang. Rambut hitam panjangnya berkibar diiringi angin yang berhembus kencang dan jendela rumah yang terbuka dengan sendirinya. Bibir Marie yang awalnya bewarna pink karena lipgloss berubah menjadi sewarna dengan darah, dan pakaiannya berubah menjadi sebuah jubah hitam panjang yang saat berjalan bisa terseret di tanah, juga sepatunya yang awalnya hanya sepatu sekolah biasa menjadi high heels hitam setinggi 6 cm.

Jerome mulai takut melihat perubahan Marie yang terjadi secara begitu saja. Lutut Jerome mulai lunglai seakan tidak kuat menahan berat tubuhnya.

"Kenapa Jer? Kau takut?"tanya Marie dengan suaranya yang sama seperti awal hanya nadanya sedikit terdengar mengerikan.

"You Daughter Of Witch, Marie!!!" Jerome merutuki Marie.

"Ya."jawab Marie. "Namaku Ezperanza Marizabeth Georgette Belmer. Anak dari Esmeralda Elisabeth Belmer. Dan aku adalah seorang..." Marie tidak menyelesaikan perkataannya.

Jerome melihat Marie dengan perasaan takut. Marie menempelkan telunjuknya pada bibir bewarna darahnya.

"Penyihir."

Jerome langsung terjatuh dengan sendirinya ke lantai keramik. Marie melihat Jerome sambil tersenyum tanpa sedikitpun terlihat sedih atau bersalah.

Tanpa Marie sadari ada seorang perempuan yang sedang menggendong seorang bayi. Perempuan itu bersembunyi dalam sebuah kamar. Perempuan itu melihat semuanya.

Marie yang melihat Jerome sudah mati tertawa pelan. Lalu melihat sekeliling. Dan sebuah bayangan hitam menutupinya dan...
Marie menghilang.

PROLOG

#ToBeCountinued

Date : Kamis, 28 Mei 2015

Sisters Forever Even In DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang