bye

18 1 0
                                    

Tata Pov

Gue pergi keperusahaan ayahnya adhit yang dikelola oleh marcell untuk sementara ini, gue datang karena gue merasa kesepian dirumah hanya ada adhit sedangkan bibi pergi kepasar, jadi gue mendatangi marcell hanya sekedar menemaninya, ga lupa gue juga mengajak adhit, karena adhit juga tidak ingin kesepian.

Gue dan adhit menanyakan kepada seseorang pegawai didalam gedung ini dimana ruangan marcell berada.

Setelah mendapatkan gue sama adhit sudah ada didepan pintu ruangan yang bertuliskan president Muhammad adlan.

Gue memegang knop pintu membuka pintu ruangan tersebut lalu masuk kedalam ruangan itu diikuti adhit dibelakang gue.

Gue mencari seseorang yang gue cari, dibalik rak gue mengintip seseorang wanita yang duduk dimeja dengan kaki yang terlipat, kaki kanan diatas kaki kirinya.

Hati gue terdorong oleh langkah kaki yang terus berjalan dan hati yang mulai penasaran, siapa orang itu sebenarnya. Gak mungkin itu marcell, gue semakin berjalan ingin mengetahui semua itu diikuti adhit dibelakang gue yang hanya bergumam bahwa dia baru mengetahui seperti ini ruangan ayahnya kerja.

Mata gue memanas disaat melihat seseorang dibalik wanita itu.

Itu marcell, yang sedang diam dengan tatapan dinginnya. Air mata gue berlomba lomba menyeruak keluar dari mata gue, tapi gue tersenyum kecut menahan semuanya.


"kaka?"

Dengan panggilan itu, adhit menutup mata gue dengan telapak tangannya. Dan gue yakin bahwa ditelapak tangannya banyak titik titik air mata yang menempel di telapak tangannya.

Kaka? Baru kali ini gue mendengar adhit memanggil marcell dengan panggilan kaka. Gue mendengar nada suara adhit yang tidak percaya.

gue mendengar suara sepatu yang mendekat kearah gue, tapi adhit membawa gue kebelakang punggunya dan menahan bahu marcell yang sudah berada didepannya.

"gue nunggu dia, dan dia nunggu lo. Gue memperjuangin dia, dan dia memperjuangin lo. Sedangkan lo bersama cewe lain sekarang, dia sakit melihat seseorang yang disayanginya mengkhianati dia dan gue sedih melihat seseorang yang gue sayangi tersakiti"


Gue pergi,

Pergi dari hadapan mereka,

gue berjalan kepintu dengan wajah tertunduk dan membiarkan rambut panjang gue menutupi wajah gue.

Gue berjalan.. terus berjalan

Gue tahu, marcell mengejar gue sekarang dengan teriakannya yang terus memanggil gue.

Entah pergi kemana, gue sendiri gatau gue sedang berjalan kemana. Yang pasti gue mengikuti langkah kaki gue yang terus menginginkan pergi dan menjauh.

Marcell berjalan dibelakang gue, mencoba menjelaskan apa yang terjadi diruangan tadi. Tapi gue seolah olah tuli akan suaranya, gue gamau mendengar suaranya untuk kali ini.

Gue menangis seperti ini bukan karena sakit melihatnya seperti tadi, tapi gue masih kecewa karena diri gue yang masih berkeliaran dikota ini, dimana ini adalah kota yang gak pernah mengizinkan gue buat datang kesini. Kenapa? Karena semenjak gue menginjakkan kaki dikota ini, gue selalu menjatuhkan air mata.


Gue bersyukur, gue bahagia karena tuhan mempertemukan gue dengannya tapi kenapa disaat dia bersama orang lain? gue seola-olah seperti seorang penghancur hubungan orang.

DestinyWhere stories live. Discover now