4. Permen Kapas

66 33 70
                                    

Suasana di luar mulai gelap, hari berganti malam. Walau bukan malam minggu tapi suasana perkotaan memang selalu sama setiap malamnya, selalu ramai.

"Tadaaa, sudah sampai."

Kean membentangkan kedua tangannya, mereka kini berada di pasar malam yang begitu ramai, banyak orang berlalu-lalang dan penjual berbagai macam makanan ada di sana, macam-macam permainan pun tersedia.

"Kok kesini? Kan aku mau beli perlengkapan hiking." 

Dara memprotes, karena bukannya mengantar dirinya membeli perlengkapan mendaki, Kean malah mengajaknya pergi ke pasar malam.

"Sstt...sudahlah, Araa. Mendaki tidak serumit itu kok, tenang aja."

Kean menggandeng tangan Dara lalu mereka berkeliling pasar malam sembari bercanda ria, lucu sekali.

"Araa, ayo kita naik itu!"

Kean menunjuk bianglala yang tengah berputar perlahan dengan hiasan lampu berwarna-warni di tiap gerbongnya, bianglala itu menjulang tinggi nampak begitu gagah perkasa. Awalnya Dara menolak ajakan Kean karena Dara cenderung takut pada ketinggian, tapi-

"Ayolah, oh iya, kalau kamu naik bianglala, kamu bisa lihat keindahan bulan lebih dekat dan jelas bahkan kamu bisa memotretnya hanya menggunakan kamera ponselmu."

Mendengar kata rembulan seolah menjadi sihir tersendiri bagi Dara, tanpa perlu berkata apapun lagi, Dara menyetujui permintaan Kean. Lalu keduanya berjalan untuk membeli tiket dan menunggu giliran untuk bisa naik karena keranjang dalam bianglala itu sedang penuh semua.

Dara memandang ke arah rembulan yang hanya terlihat sedikit karena tertutup awan, tidak seperti semalam, rembulan bersinar begitu indah tidak terhalang oleh apapun, Dara merasa sedikit kecewa karena tidak dapat menatap keindahan rembulan dengan sempurna.

"Yah, ketutup awan."

Kean yang menyadari bahwa Dara tengah merasa sedikit kecewa pun mencoba sebisanya untuk menghibur.

"Itu karena kamu gak bahagia."

"Maksudnya, kak?" Dara mendongakkan kepalanya, menatap ke arah Kean.

"Coba sekarang kamu senyum."

Dara menarik ujung bibirnya, menampilkan senyum manisnya di depan Kean. Ah! Kean suka senyum itu, tapi maksudnya bukan begitu.

"Tunjukan senyum itu pada rembulan, dan lihat awan-awan yang menghalanginya pasti akan pergi"

Kean menunjuk ke arah langit, tempat dimana rembulan itu berada, dengan senang hati Dara mengikuti petunjuk dari Kean, ia pun tersenyum ke arah rembulan. Dan benar saja, entah hanya kebetulan atau Kean memang memiliki kekuatan pengendali awan, sehingga awan-awan itu menurut padanya. Sekejap rembulan pun nampak bersinar begitu terang nan indah tidak lagi terhalang oleh apapun.

"Benar kan? Lihat rembulan telah bersinar terang. Awan-awan pengganggu itu sudah pergi"

Dara mengangguk, senyumnya semakin lebar. Dara bahagia, Dara senang rembulan telah kembali menemani malamnya.

"Ayo!" 

Kean mengajak Dara untuk naik ke dalam salah satu keranjang bianglala. Bianglala perlahan mulai bergerak, semakin ke atas, semakin ke atas, dan sekarang telah sampai puncak, tapi, 

"AAAA"

Dara teriak ketakutan saat bianglala tiba-tiba saja berhenti saat mereka berada di pucuk, lampunya tetap menyala tetapi bianglala tidak bergerak sedikitpun. Dara jadi teringat tentang berita yang pernah ia lihat tentang kasus bianglala yang roboh, ihhh! Dara jadi ngeri sendiri membayangkannya. Tolong!, Dara masih ingin hidup lebih lama lagi.

Menuju Rembulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang