9. Pembuat Sial?

50 18 44
                                    

Dua pasang kaki bersepatu berjalan beriringan menyatu dengan bisingnya Bandara. Pagi ini  bandara yang terkenal di kota pahlawan itu begitu ramai. Banyak orang berlalu-lalang dengan barang bawaan yang tidak sedikit dan dengan kesibukannya masing-masing. Suara peringatan menggema mampu terdengar oleh semua orang yang berada di sana.

Seorang remaja laki-laki memandang ke arah jam tangan berwarna hitam yang terlilit di pergelangan tangannya dengan seorang gadis berambut sebahu yang duduk di kursi bandara yang berada di tepat di sebelahnya. Sepertinya mereka tiba lebih cepat dari jadwal keberangkatan, sehingga masih ada sisa waktu untuk menunggu.

"Masih kurang 45 menit, mau nunggu disini aja?"

Pertanyaan itu dijawab anggukan singkat dari gadis berambut sebahu yang duduk di kursi bandara, pandangannya tertunduk lesu dengan mata sembab namun tidak ada buliran bening yang menetes dari sana. Seulas senyum tidak tampak sama sekali di bibir indahnya. Wajahnya pucat pasi bagai orang yang telah kehilangan semangat dalam hidupnya.

"Ayo jalan-jalan, sambil nunggu waktu." 

Remaja laki-laki yang tak lain adalah sahabat dari gadis berambut sebahu itu menarik perlahan pergelangan tangan milik si perempuan. Namun pemilik tangan itu menolaknya dengan menarik ke kembali tangannya. Perlahan ia mendongakkan kepalanya, menatap ke arah sahabatnya, Abim yang berdiri tepat di depannya dengan tatapan lesu.

Setelah rencananya ditolak oleh Dara, Abim mengurungkan niatnya untuk mengajak sahabatnya itu berkeliling bandara sembari menunggu waktu mereka berangkat. Dirinya pun mengambil posisi di  kursi panjang yang masih kosong di sebelah Dara dan duduk sembari memandang singkat Dara yang berada di sebelahnya.

Mendadak suasana menjadi hening. Dara yang masih saja terdiam, dan Abim yang hanya menatap tanpa memulai pembicaraan. Beberapa menit terlewati dengan keheningan diantara kedua sahabat itu. Tidak ada yang memulai dan tidak ada yang mencoba untuk menanggapi.

"Bim?"

Kata itu yang pertama kali muncul dari mulut Dara. Sejak dari rumah dirinya sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun. Mendengar sahabatnya memangil namanya, Abim spontan menoleh ke arah Dara dengan antusias. Perasaan hatinya sangat bahagia karena akhirnya Dara kembali membuka mulutnya dan berbicara, walau hanya satu kata, yaitu memanggil namanya.

"Gue beneran takut," lanjutnya.

Abim memutar posisinya menghadap ke arah Dara. Tangannya tergerak memegang kedua tangan milik sahabatnya itu. Abim tau Dara benar-benar takut kehilangan seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya, sosok pahlawan, dan cinta pertamanya.

"Buang pikiran buruk lo, Ra. Semua bakal baik-baik aja, trust me." Tangan Dara ditarik perlahan oleh Abim untuk membantu gadis itu berdiri.

Abim meraih kopernya,koper Dara, dan barang-barang bawaan yang lain. Membawanya sekaligus di kedua tangannya. Abim tidak membiarkan Dara membawa sendiri barang-barang yang cukup berat itu, mengingat kondisinya yang tidak seperti biasanya, tentu tenaga gadis itu masih lemah.

Abim meminta Dara untuk berjalan di sebelah kirinya dengan jarak yang tidak terlalu jauh, supaya ia bisa mengawasi Dara dengan baik. Abim pun tak henti-hentinya mengajak Dara mengobrol dengan topik apapun untuk mencegah Dara merasa bosan hingga mereka masuk ke dalam pesawat, dan berangkat menuju Negeri Jiran.

Waktu terus berjalan, perlahan pesawat yang membawa mereka lepas landas semakin tinggi dan tinggi meninggalkan Indonesia untuk sementara waktu. Lama perjalanan yang mereka butuhkan dari Surabaya menuju Kuala Lumpur tidak terlalu lama, hanya kisaran dua sampai tiga jam saja untuk bisa menginjakkan kaki di negara tetangga itu.

Pesawat mengudara pada lapisan stratosfer bumi, mengikis waktu hingga perjalanan terasa singkat. Suara announcement bahwa pesawat akan segera landing di salah satu bandara yang ada di Negeri Jiran terdengar. Para penumpang menyiapkan diri masing-masing sebelum akhirnya pesawat benar-benar landing dan perjalanan telah selesai.

Menuju Rembulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang