8. Rencana Rahasia

54 19 44
                                    

Suasana mendadak menjadi hening. Jawaban yang Dara lontarkan mampu menusuk hati setiap orang yang ada di sana hingga mereka hanya mampu terdiam. Abim menepuk lengan Kean, sorot matanya mengisyaratkan supaya Kean melakukan sesuatu, tapi sepertinya Kean tidak mengerti apa maksud Abim. Terlihat dari wajah Kean yang kebingungan.

"Eh bentar deh katanya tadi Kean ada rencana, iya gak sih?"

Abim melirik ke arah Kean. Matanya berkedip beberapa kali memberikan isyarat untuk Kean mengiakan ucapannya, tapi Kean tidak mau mengerti juga. Dirinya malah menampakkan sorot mata yang kebingungan. Benar-benar tidak peka!

"Rencana apaan?" tanya Kean lirih nyaris tak bersuara, hanya ada gerakan mulut saja.

Abim terus mengedipkan kedua matanya. Entah kode dari Abim yang susah untuk dipahami atau memang Kean saja yang bukan makhluk bumi karena tidak mengerti kode yang biasa digunakan manusia di dunia ini.

"Kamu harus kesana ya? Tiketnya udah dapet, kamu tinggal berangkat aja," ucap Kean yang dibalas gelengan kepala dari Dara.

Karena merasa kesal dengan Kean yang tidak segera mengerti, Abim mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Jemarinya bergerak mengetikkan sesuatu di atas layar benda pipih itu dan mengirimnya pada nomor kontak dengan nama "Kean jurusan seberang"

[Room Chat]

Abim :
WOI

Kean :
Paan? Gak jelas lo.

Abim :
Lo pura-pura iyain aja apa susahnya sih? Udah deh biar Dara mau berangkat.

Kean :
Iyain gimana? Gue aja gak ngerti maksud Lo!

Abim :
Terserah, tapi ini demi Dara.

Abim menutup ponselnya lalu mengarahkan pandangannya ke arah Kean. Abim memelototkan matanya pada Kean supaya Kean menuruti perkataannya. Mungkin tatapan Abim mampu menghipnotis siapapun yang membalas tatapannya, sehingga Kean dengan mudahnya menganggukan kepala.

"Tuh, Ra. Kean aja setuju, ya kan?"

Abim menepuk bahu Dara untuk menatap pada Kean. Dan ya, Kean kembali menganggukkan kepalanya, menurut pada ucapan Abim tanpa tau apa rencana Abim selanjutnya.

Dara pun perlahan tertarik dengan pembicaraan dari Kean dan Abim. Dirinya menoleh ke arah Kean mengikuti ucapan Abim.

"Apa?" tanyanya lirih.

Abim menarik sudut bibirnya merasa rencananya sedikit berhasil. Dengan semangat ia pun melanjutkan rencananya.

"Gini Ra, menurut gue gak ada hubungannya antara lo dengan nyawa seseorang."

"Bener kata Abim. Kamu harus kesana, Araa," sahut Kean tanpa permisi.

Dara menatap kedua cowok itu secara bergantian. Dirinya benar-benar bingung apa yang sebenarnya mereka berdua rencanakan. Dilihat dari sorot matanya, sepertinya Dara masih akan tetap pada pendiriannya. Dia merasa takut dengan pemikirannya sendiri.

Dara kembali menundukkan kepalanya. Rasa kecewa, dan kesedihannya tergambar jelas di wajahnya. Buliran bening tak lagi memberontak keluar dari pelupuk matanya, namun hal itu tidak mengurangi rasa sedih yang terpendam di dalam hatinya.

Abim menepuk bahu Kean. "Buruan kasih tau Dara dong rencana Lo di Malay."

Lagi dan lagi Kean merasa bingung, ia mengangkat kedua bahunya dengan mulut yang komat-kamit. Kean benar-benar tidak mengetahui rencana Abim, tapi sungguh menyebalkan, Abim memaksanya untuk mengatakan hal yang bahkan ia sendiri tidak tau hendak mengatakan apa pada Dara.

Menuju Rembulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang