Penemuan Baru
———
Dia hilang.
Setelah mengucapkan itu, sosoknya hilang dalam sekejap. Clara mengerjap, menoleh ke kanan-kirinya. "Ezra?" Namun dia tidak ada.
Anak itu hilang lagi?
"Clara?! Lo ngapain di sana?" Di ujung kanan, Hadrian memanggilnya. Mengayunkan tangan menyuruhnya mendekat. Walau berat, kakinya melangkah ke sana, sekali lagi menoleh ke belakang—berharap ada Ezra. Namun, gang sempit itu kosong.
"Lo ngapain di sana sendirian? Gue udah bilang tunggu di samping motor, kan." Pria itu mengomel, dan Clara yang malas menanggapi hanya menggeleng pelan.
"Ada yang isengin lo?" Agaknya dia menyadari perubahan gestur si gadis yang lebih pendiam, sebab nadanya berubah lembut.
Lagi, ia menggeleng. "Nggak, ayo pulang aja."
Sisa perjalanan menuju kosan, kepala Clara disesaki satu pertanyaan.
"Apa yang terjadi barusan?"
***
Tiba di halaman, mereka bertemu Diego yang baru keluar dari rumah. Ada sesi saling tatap antara Diego dan Clara selama beberapa sesaat, sementara Hadrian yang masih berdiri sembari menyeimbangkan motor praktis menghela napas.
"Udah naik sana," titahnya pada Clara. Beruntung, gadis itu menurut. Padahal jelas sekali Diego sudah membuka mulut hendak memanggilnya.
Clara sudah hilang dari halaman atas begitu Diego mampir ke hadapan Hadrian. Aura yang dikeluarkan sangat tidak bersahabat, berbanding terbalik dengan citranya di kampus yang terkenal ramah.
"Jangan merebut milik saya, Hadrian."
"Excuse me?" Tak takut bahkan setelah sadar Diego adalah seniornya di kampus, raut wajah Hadrian sangat menantang. "Apa milik lo yang berusaha gue rebut? Clara?"
"Saya memperhatikan kalian selama ini."
"Sejujurnya gue tau, tapi tetap aja gue ngerasa kayak—wah? Lo segabut itu sampai mantau relasi hubungan pacar lo? Fokus aja sama skripsi sana."
"Kamu—"
"Dan tolong ya, jangan mengklaim Clara begitu. Clara bukan milik lo. Bahkan ketika dia pacar lo."
"Kamu suka dia?"
Kali ini, lelaki yang lebih muda tertawa sumbang, terkesan meremehkan. "Kak, jangan karena gue sering haha-hihi bareng dia, lo langsung menarik kesimpulan kalau gue suka sama dia," pungkasnya, sedikit menyunggingkan senyum melihat kerut tak suka di dahi si pria. "Gini deh, sekarang sih gue nggak, tapi nanti... nggak tau. Gue sendiri gak tau gimana perasaan gue ke depannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure | Mark Lee ✓
General FictionThe Cure | Mark Lee Local Universe --- "Gue bisa bantu lo nemuin jati diri lo lagi." "Gimana caranya?" "Ya kita telusuri pelan-pelan." "Gimana kalau... di tengah penelusuran itu gue tiba-tiba... hilang?" "Hilang?" "Lo tahu manusia yang baru meningga...