11 | DICULIK?!!

96 16 11
                                    

DICULIK?!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DICULIK?!!

———

Sungguh Clara tak menyangka jika beritanya akan menyebar secepat itu. Hari itu bahkan belum selesai, tapi beritanya sudah terdengar sampai ke fakultas sastra di mana Livia berada. Yang paling membuatnya cepat bukan dari mulut ke mulut, tapi base kampus di twitter.

Clara tak memiliki akun di platform burung biru itu, tapi dia tahu bahwa kini namanya sedang jadi perbincangan hangat. Livia mengirimkan banyak screenshot postingan tentang dirinya. Ada yang nyinyir, ada yang kepo, ada yang mendukung juga.

"Sumpah deh lo kudu bikin akun pokoknya!"

Saat tengah menikmati minumannya, dari seberang meja Livia lagi-lagi berseru heboh. Perasaannya sedang tidak baik, dia lumayan tertekan karena menjadi pusat perhatian, jadi ia hanya menanggapi seruan itu dengan helaan napas samar.

"Kak Diego bikin klarifikasi nih! Dia nge-qrt tweetan yang nuduh lo pansos."

Setelah dia memberitahu banyak komentar negatif, baru ini yang membuatnya tertarik. Seketika punggungnya menegak. "Apa katanya?"

"Lo bikin akun makanya, baca sendiri."

"Dih."

"Bikin!"

"Lo ini karyawan twitter apa gimana sih?"

"Gue tuh gedeg sama mereka yang ngejelekin lo, Cla! Mau gue bales nyebut background lo tapi pasti lo marah entar."

"Don't you dare to say that."

"Aaahhhh tuh kannnn."

Mengabaikan Livia yang meraung sendirian, Clara beralih mengecek ponselnya. Masih belum ada chat dari Diego, entah dia mencari apa di perpustakaan sampai-sampai belum selesai padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul 5 sore.

"Badmood banget si eneng, abangnya gak ngabarin ya?" Sepertinya dia menangkap perubahan raut murungnya sampai berani menggoda. Dan sungguh, jika Livia sudah dalam mode jahil, itu akan jadi saat-saat menyebalkan bagi Clara. Gadis itu bisa mengeluarkan kata-katanya tanpa sempat disaring dahulu. Seperti barusan.

"Apa sih lo, ah!"

"Mau gue bacain klarifikasi pacar lo gak?"

"Nggak perlu. Gue bisa tanya sendiri nanti."

"Bacain lah, so sweet nih." Bahkan dia sempat-sempatnya berdeham, konyol, seolah-olah dia akan membacakan teks proklamasi kemerdekaan saja. "Kami memang pacaran, no social climbing cuz—wait, kayaknya ada perubahan, tadi bukan gini—HAH?"

"KENAPA?"

"I loved her first, long before she entered campus."

"..."

The Cure | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang