Rewind
———
"Reyhan."
Wajahnya yang semula terkantuk-kantuk seketika siaga. Dua bola mata lelaki itu membesar begitu menemukan perempuan yang sejak tadi ia temani akhirnya membuka matanya.
"Ibu? Ibu sudah sadar?" tanyanya refleks, berdiri dari duduknya di sisi ranjang. "Ada yang sakit? Perlu saya panggil dokter lagi?"
Pasalnya wajah Sania penuh luka lebam. Di bawah matanya, di sudut bibirnya. Bahkan kepalanya harus dibalut perban. Entah di mana perasaan Diego saat melukai majikannya ini.
Namun, Sania hanya menggeleng lemah, susah payah ia menukar posisi jadi duduk. "Ambilkan saya air."
Tangannya cekatan mengambil segelas air di samping vas.
"Makasih ya, Rey."
Reyhan mengangguk. Jujur ada yang mengganjal di hatinya. Perihal yang sebenarnya terjadi di jembatan tadi, tapi ia merasa sungkan untuk bertanya. Mengharapkan Clara bercerita juga sia-sia karena gadis itu tidak ada.
"Ibu, mau saya panggilkan bapak?"
Sania kontan menggeleng. "Jangan, saya gak mau bikin beliau khawatir."
"Tapi bapak pasti nunggu ibu di rumah sekarang."
"Bilangin saya nginep di rumah saya."
"Tapi, Bu—" Reyhan terpaksa mengangguk setelah tiba-tiba kehilangan alasan. "Baik, saya bicarakan nanti sama bapak." Pada akhirnya ia mengalah. "Tapi kenapa ibu bisa sama mereka? Tadi, di jembatan."
"Kamu tahu saya lagi ke rumah lama saya buat ambil beberapa barang, jalan kecil itu jadi jalan tikus yang sering saya pakai. Waktu lewat jembatan saya gak sengaja lihat Clara mau dilecehkan sama pacarnya. Niat saya murni mau menolong dia, tapi—ya begitulah, kamu lihat sendiri tadi," terangnya, menarik napas panjang sekali. "Saya yang salah, harusnya saya langsung panggil polisi aja, bukan nekat lawan sendiri kayak tadi."
"Lain kali kalau ibu mau keluar, tolong jangan memaksa sendirian lagi. Bapak sudah siapkan banyak orang untuk menjaga ibu."
"Aneh, Rey. Saya masih belum terbiasa walau sudah 2 tahun hidup dalam kemewahan Jo. Karena saya nggak pernah membayangkan akan hidup seperti ini sebelumnya."
Reyhan diam saja, berbeda dengan Ezra yang langsung bereaksi sinis. "Inget lo bukan apa-apa tanpa gue."
Ezra duduk di sisi lain ranjang, berseberangan dengan Reyhan. Ia tinggalkan Clara yang sepertinya sedang menemani Diego. Pria itu jatuh pingsan setelah ia keluar dari tubuhnya. Mungkin juga belum sadarkan diri mengingat luka di beberapa bagian tubuhnya.
"Kamu pulang aja." Setelah hening beberapa saat, Sania tiba-tiba bersuara, langsung menyambung setelah menemukan Reyhan mengangkat alis. "Saya gak mau Jo berpikir yang macam-macam kalau kamu nggak pulang juga. Saya bisa sendiri di sini, lagipula besok pagi saya pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure | Mark Lee ✓
General FictionThe Cure | Mark Lee Local Universe --- "Gue bisa bantu lo nemuin jati diri lo lagi." "Gimana caranya?" "Ya kita telusuri pelan-pelan." "Gimana kalau... di tengah penelusuran itu gue tiba-tiba... hilang?" "Hilang?" "Lo tahu manusia yang baru meningga...