The Truth
———
"Dasar anak gak tahu diuntung. Saya udah suruh diam malah membangkang! Kamu hidup sampai sebesar ini pakai uang siapa kalau bukan uang saya hah?!"
Apa maksudnya?
Dua mata Clara menyipit pada Sania. Heran dengan kedatangannya yang tak terduga, juga seperti tak ada rasa bersalah sama sekali setelah menyakiti sang putra.
"Tante, Tante gak lupa kan Kak Diego anak kandung Tante?" Ia membalas sarkas, penuh sindiran. Kemudian membantu Diego bersandar dengan benar. "Kakak gak pa-pa?"
Lelaki itu hanya menggeleng, walau tak lama setelah itu dia kedapatan meringis sambil memegangi pundaknya. Clara menatapnya ngeri, namun sebelum ia berucap, Sania mendahuluinya.
"Clara Narvi Mueller, pacar anak saya?" katanya. Namun dengan cepat menggeleng kontra. "Tidak tidak, dia bukan anak saya. Saya nggak menganggapnya anak karena dia lahir atas dasar kecelakaan. Hidupnya tak lebih dari kesalahan."
Sepasang alis Clara menukik tajam, tak terima pacarnya dianggap serendah itu. "Tante, aku gak nyangka Tante aslinya begini…"
"Kamu juga sama polosnya sama Diego, ya." Salah satu sudut bibirnya tertarik membentuk senyum miring, dia lalu merunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Clara. "Dengar anak kecil, jangan merusak rencana saya atau kamu akan bernasib sama kayak Ezra, mati di tangan saya."
Matanya melebar dengan sekujur tubuh membeku. Benar-benar membeku seluruhnya karena untuk berbicara saja Clara terlihat kesusahan. Bibirnya bergetar ketika ia memaksa diri berujar. "J-jadi—"
"Iya. Saya membunuhnya."
"Di mana jasadnya? Tante kubur di mana jasad Ezra?!" pekik Clara, sepenuhnya lupa pada eksistensi orang yang sedang ia bela.
"Dikubur hanya akan merepotkan, peluang terungkapnya juga besar. Bukan begitu, Diego? Kamu yang bilang itu ke Mama." Perempuan itu melirik Diego yang bungkam, kemudian tertawa ketika melihat raut wajah Clara yang baginya sangat lucu. "Anak itu nggak saya kubur, tapi saya buang. Ke sungai ini," sambungnya seraya menunjuk sungai di bawah mereka dengan dagu.
Tubuhnya lemas seketika, seolah tulang-tulangnya dilepas semua. Otaknya tetap berharap apa yang terjadi malam itu tidak berhubungan dengan ini. Karena tolong, dia... tidak mungkin Ezra, kan?
Namun sayang, harapan itu dipatahkan oleh kalimat Sania selanjutnya.
"15 September 2022, kamis malam, saya dan Diego membuangnya ke sini. Sudah lama, saya harap dia hancur saja di sungai ini."
"Tante!"
"Itu kan yang mau kamu dengar? Kamu lagi mencari siapa pelakunya, kan? Pelakunya sudah di sini, di depan mata kamu, kenapa kamu malah seperti tidak terima?" Kembali, bibirnya mengulas senyum miring. Hari ini dia benar-benar melihat Sania yang lain, tidak seperti yang ia kenal selama ini. "Apa kamu juga termanipulasi dengan saya yang kemarin seperti Jonathan? Oh, akting saya memang patut diberi penghargaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure | Mark Lee ✓
General FictionThe Cure | Mark Lee Local Universe --- "Gue bisa bantu lo nemuin jati diri lo lagi." "Gimana caranya?" "Ya kita telusuri pelan-pelan." "Gimana kalau... di tengah penelusuran itu gue tiba-tiba... hilang?" "Hilang?" "Lo tahu manusia yang baru meningga...