Jujur
———
"Ezra sama gue, tiga minggu ini."
Di suatu sore yang cerah, ketika langit di atas mereka terlihat masih terik, Clara berkata demikian. Tentu Hadrian yang mendengarnya praktis kebingungan.
"Ha?" Sepasang alisnya bahkan saling bertaut. Sudah pusing dengan ujian dadakan di kelas terakhirnya, dia harus dipaksa berpikir dan mencerna kalimat aneh gadis yang duduk di depannya. "Lo ngomong apa sih, Clara? Ezra kan belom ketemu."
"Itu raganya. Tapi arwahnya bareng gue."
"..."
"Gue sama dia temen waktu kecil, tapi pas gue umur 8 kita lost contact. Gue sama sekali gak denger kabar dia sampe tiga minggu lalu, gue ketemu dia lagi. Dalam bentuk arwah."
"Aduh, please ya. Kepala gue masih pusing, jangan bikin gue makin puyeng."
"Ini terdengar gak masuk akal—"
"Karena ini memang gak masuk akal!"
Clara terhenyak, raut terkejut membayangi matanya. Sementara di sampingnya, Ezra meloloskan hela napas panjang. "Udah gue bilang ini gak bakal berhasil," lirihnya.
Dari semalam ia sudah memperingati gadis itu, tapi Clara dan keras kepalanya benar-benar tak bisa ia goyahkan. Ezra pasrah.
"Kalau ini candaan, lo udah sangat keterlaluan," kecam Hadrian, kemudian bangkit dan pergi dengan langkah cepat, setelah sebelumnya meninggalkan selembar uang lima puluh ribu di atas meja, di samping kopinya yang tak tersentuh.
"See? Apa gue bilang. Ngeyel sih."
Clara menggeleng frustasi. "Kenapa dia gak langsung percaya?"
"Karena nggak ada logikanya," balas Ezra santai, lantas menyandarkan punggung pada kursi. "Harusnya lo bicara pelan-pelan, jangan langsung to the point kayak barusan. Hadrian pasti gak akan percaya, karena situasi gue sekarang emang nggak masuk di akal."
Clara menjatuhkan kening pada lipatan tangannya di atas meja, terus menarik napas panjang beberapa kali. Kembali mencerna saran Ezra. Situasi rumit ini di luar akal sehat, kalau Hadrian langsung percaya seperti ekspektasinya, mungkin laki-laki itu sudah gila.
Salah ia yang berekspektasi terlalu tinggi.
"Mau ke mana?" Lelaki itu bertanya ketika Clara beringsut pergi keluar dari kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure | Mark Lee ✓
General FictionThe Cure | Mark Lee Local Universe --- "Gue bisa bantu lo nemuin jati diri lo lagi." "Gimana caranya?" "Ya kita telusuri pelan-pelan." "Gimana kalau... di tengah penelusuran itu gue tiba-tiba... hilang?" "Hilang?" "Lo tahu manusia yang baru meningga...