Khawatir, Bukan Cemburu
———
Ini pasti mimpi.
Kalimat itu langsung bergema dalam kepala Clara ketika berpijak di tempat asing ini.
Ini pasti mimpi, karena bagaimana mungkin ia bisa tiba-tiba di ruangan serba putih ini ketika ingatan terakhirnya hanya sampai pada diskusi bersama Ezra sebelum ia memutuskan terlelap. Namun dari sekian mimpi aneh yang pernah ia alami, ini jelas jadi rekor mimpi paling aneh. Mengalahkan mimpinya yang pernah hampir tewas tenggelam di kolam rumah.
Jika Clara diberi pilihan untuk menyimpulkan ruangan ini dengan satu kata, maka ia akan memilih terang. Ruangan ini benar-benar hanya berisi putih dan seperti tanpa sekat. Sangat luas. Bahkan ia baru sadar jika semua yang ia kenakan saat ini berwarna putih.
Apa yang terjadi?
Dia membatin, sebab entah kenapa, suaranya tidak keluar sama sekali. Namun sebelum ia menemukan jawaban, embusan angin kencang menerpanya dari arah depan. Tangannya refleks menutupi wajah, sementara ia pasrah dengan rambutnya yang pasti berantakan.
Beruntung anginnya hanya sesaat. Setelah dirasa kembali tenang, Clara memberanikan diri membuka mata. Saat itu juga ia terkejut sebab terang yang tadi mengelilinginya kini hilang, tergantikan oleh gelap yang jelas lebih menakutkan.
Ini terlalu gelap. Walau begitu, Clara mencoba berjalan pelan-pelan. Kakinya melangkah pendek-pendek ke arah depan, berharap segera menemukan titik terang.
Baru 4 langkah, Clara tersadar jika bukan serba putih lagi yang kini melekat di tubuhnya. Sepatu dan baju ini... adalah pakaian yang seingatnya sudah dibuang seminggu yang lalu. Pakaian yang memberinya mimpi buruk.
Belum cukup sampai di sana, telinganya tiba-tiba saja mendengar aliran air. Situasi ini... sangat déjà vu untuknya.
Tidak, jangan lagi...
Beberapa meter di depannya, sebuah kantong besar meluncur bebas dari atas jembatan. Clara berteriak seraya berusaha mundur. Namun itu semua berakhir sia-sia sebab suaranya tidak keluar dan kakinya seperti dipaku di tempat itu, tak bergerak sama sekali. Dia dipaksa melihat kejadian itu dua kali.
"Clara?"
"Clara?!"
"Nggak!"
Napasnya tersengal saat membuka mata. Untuk sesaat, Clara terlihat linglung dengan situasi sekitar. Sampai kemudian tatapannya beradu dengan manik milik Ezra yang duduk di dekatnya. Hanya dengan begitu, air mata berjatuhan dari kelopak mata bak mawar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure | Mark Lee ✓
General FictionThe Cure | Mark Lee Local Universe --- "Gue bisa bantu lo nemuin jati diri lo lagi." "Gimana caranya?" "Ya kita telusuri pelan-pelan." "Gimana kalau... di tengah penelusuran itu gue tiba-tiba... hilang?" "Hilang?" "Lo tahu manusia yang baru meningga...