Resdian terbangun merasakan suatu yang aneh menimpa kulitnya. Dengan susah payah, ia berusaha membuka mata nya yang terasa sangat berat.
"Ugh.." Lenguh Resdian merasakan gigitan menerpa kulitnya.
"Kakak sudah bangun?,"
Resdian berlalu mematung mendengar suara tepat di sebelah telinga nya. Bahkan, orang yang memiliki suara sedang asik bermain dengan leher nya, menggigit leher mulus tersebut hingga meninggalkan bekas gigitan dan memar.
"Kakak mikirin apa?,"
Lontar A sembari terus menjilati tengkuk dan bahkan telinga Resdian.
Seakan diberi sinyal peringatan, Resdian dengan sekuat tenaga nya mencoba untuk memberontak. Tetapi semua nihil, dikarenakan tangan nya dengan cepat di tahan begitu saja.
"Kakak takut?," kekeh A memandang Resdian yang sudah menatap dirinya dengan tatapan tajam.
Resdian berusaha untuk menetralkan amarahnya, sembari menghela nafas ia berucap, "Kau butuh sesuatu?," lontar pertanyaan dari mulut Resdian, berusaha mendapatkan balasan.
› Tuan, saya sudah melakukan apa yang Tuan suruh.
Semuanya?
› Betul, Tuan. Saya sudah membuat pesan di layar kecil di pintu, sehingga seseorang tidak akan bisa masuk.
Oke.
"Hah-" Helaan nafas itu membuat A kembali menatap Resdian yang berada di bawahnya.
Resdian membalas tatapan, "Kau bekerja sama lagi dengan sistem mu?," kekeh geli Resdian menatap A. Ia berusaha mendominasi permainan kecil yang meliputi nya.
A mengangguk mendengar pertanyaan tersebut. Resdian sedikit menyunggingkan senyum nya, "Apa yang kau perintahkan?," Resdian kembali bertanya sembari melirik sekitar.
A hanya berdehem membalas hal itu, ia kembali mendaratkan bibirnya menerpa leher sang kakak.
"Kakak, aku merindukanmu." Lirih A sembari terus menghirup aroma yang bagaikan candu baginya.
Resdian membiarkan hal tersebut terjadi, membiarkan A terus bermain di lehernya hingga turun kebagian bahu nya. Bahkan A sudah melepaskan 2 kancing dari atasan kemeja nya.
"Jangan meninggalkan bekas." Titah memelas Resdian. Ia mencoba untuk menahan desahan yang akan keluar dari mulutnya.
"Kakak telat, aku sudah membuatnya." Cengengesan A, sehingga itu menampakkan deretan gigi rapi yang tersusun.
Sembari menghela nafas Resdian mengiyakan, sekarang mungkin menghela nafas akan menjadi kebiasaan bahkan rutinitas nya.
"Semuanya?," binar A menatap Resdian dengan mata kucingnya.
"Bangsat, no." Tolak Resdian yang seakan mengerti dengan maksud A. Ia dengan cepat menggelengkan kepalanya, sekuat tenaga menolak hal itu.
Walaupun ia pernah bermain dengan pria, ia selalu menduduki bagian dominan. Ia tidak pernah bermain di posisi ini dan satu lagi, dengan adik nya? Itu hal terkonyol yang pernah ia saksikan.
"Huh? Nolak?," lontar A terkekeh geli, ia dengan cepat membuka keseluruhan kancing Resdian menggunakan tangan kanan nya dikarenakan tangan kiri nya ia gunakan untuk menahan kedua tangan Resdian yang berusaha memberontak.
"Sialan." Umpat seketika Resdian, ia sudah menahan umpatan ini dari awal.
Tubuh Resdian bergetar merasakan lidah lembut yang bermain di nipple nya. Lidah itu bergerak dengan sensual, itu membuat ia terguncang.
"Hngg.." Desah tertahan Resdian mulai terdengar. Bahkan kedua mulut nya mulai terbuka merasakan sensasi geli bercampur nikmat tersebut.
A terus bermain dengan lihai menggunakan lidah nya. Ia bergerak dengan tempo memutar dan terkadang ia menggigit nya menggunakan giginya.
"Ah..shh.." Lepas Resdian merasakan gigitan di nipple nya. Ia ingin memberontak sekarang, tetapi semua semangat nya itu menghilang.
"Kakak, you okay?," tanya A singkat, setelah melontarkan pertanyaan itu, ia kembali menghujam nipple Resdian sehingga itu membuat Resdian kembali mencoba untuk menahan desahnya.
"Hngg..shh..s-sial." Desah Resdian kembali terdengar, itu membuat A menyeringai seakan bangga telah membuat kakak nya tidak berdaya di bawahnya.
"Berhenti, p-please..ah mmh."
Tanpa menghiraukan erangan itu, A mulai membuka dengan lihai bawahan yang menutupi inti permainan ini sembari terus menyesap nipple kesukaan nya.
A beralih kepada bagian bawah Resdian yang terekspos jelas.
"Kakak cabul. Aku hanya bermain di dada mu tetapi bawah mu malah terangsang." Terdapat nada sindiran di kalimat panjang itu. Resdian menatap sayu A yang membalas menatap nya dengan tatapan mengejek.
Tentu saja, Resdian ngos-ngosan merasakan dadanya di berikan rangsangan seperti itu. Tetapi aneh nya, adik nya belajar dari mana?
Otak nya bahkan tidak bisa memikirkan apapun sekarang, ia melupakan bahwa ia sendiri yang menanamkan sistem yang akan membuat adik nya memiliki informasi yang begitu luas.
A dengan cekatan meludahi inti yang sudah mengacung tegak itu. Dengan ingatan nya, ia mulai bergerak dengan gerakan naik-turun.
"Argh..s-stop, A ah."
Bagaikan musik, A mengikuti ritme getaran dari respon tubuh sang kakak. Menaik turunkan menggunakan kedua tangan nya dan dalam hitungan detik, ia melakukan menggunakan mulut nya.
"Uh!."
Dengan cekatan A mengulum bagaikan permen sesuatu yang berada di mulutnya.
Sekarang, ia sudah melepaskan tangan kiri nya sehingga ia bisa menjangkau sesuatu yang ingin ia jangkau.
Resdian menarik rambut hitam pekat yang bermain dengan intinya.
Itu tidak memberikan efek apapun, A tetap saja bermain di hal itu yang terus saja membuat Resdian menggila.
"S-sial... minggir.." Lirih Resdian yang mulai merasakan cairan nya akan berjalan keluar.
Mendengar itu, A malah makin mempercepat kuluman nya yang membuat Resdian menganga dikarenakan nya.
"Ba-bajingan.."
Akhir Resdian dan ia pun mengeluarkan cairan yang ia maksud di dalam mulut A.
A menelan cairan itu tepat di hadapan Resdian sembari memandang dan menyeringai.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
with u
Teen FictionDunia yang mulai berkembang hingga robot pun menjadi sebuah hal yang di butuhkan. Resdian menggunakan hal itu untuk mengubah adik nya yang sedang mengalami kondisi kritis, menjadi manusia setengah robot. Tetapi, kenapa adik nya malah bertingkah ane...