Acara

2.5K 138 0
                                    

Malam yang begitu indah yang disinari cahaya bulan. Diiringi dengan jutaan bahkan miliaran bintang yang ikut menghiasi langit-langit malam.

"Bintang nya indah, ya, Kak?,"

Sang kakak yang awalnya menatap bulan, berlalu mengalihkan pandangannya menatap ribuan bintang.

Tidak perlu di sangkal, bintang yang sedang ia pandangi saat ini sangat indah.

"Kak."

"Ya?," tidak ada balasan yang di dapatkan dari pertanyaan itu. Yang satu tetap memandangi bintang dan sang adik tetap berkutat dalam lamunan hatinya.

"Kak, aku bingung... "

Sang kakak menoleh seketika mendengar hal itu, ia mengerutkan keningnya dengan pandangan butuh penjelasan.

"Bingung?," balas sang kakak dengan nada kebingungan pula.

"Lupakan." Tolak sang adik dan beralih mengalihkan pandangannya.

Sang kakak hanya bisa berdecih setelah mendapatkan jawaban sialan itu. Hei! Itu tidak bisa di katakan jawaban, itu hanyalah cara menolak secara halus.

"Kak, aku boleh memanggil mu, Kak Res?," ceria A dengan tatapan berbinar.

Resdian berdehem sebagai tandanya jawaban, ia hanya perlu menyetujui, bukan? Itu hal yang mudah.

"Kau tidurlah, aku ada acara malam ini." A yang awalnya tersenyum, tiba-tiba senyum itu memudar secara cepat. Dengan tatapan tak terima, ia meraih tangan sang Kakak, menarik nya sehingga itu membuat sang kakak jatuh di pelukan nya.

Resdian terpaku singkat merasakan kehangatan yang disalurkan kepadanya, hal itu semakin nyaman disaat A mulai mengusap pelan surai miliknya.

"Wangi." Ujar A saat ia menciumi surai sang kakak. Bila di deskripsikan, wangi nya sangat amat lembut, surai yang halus membuat A juga nyaman mengusap surai milik kakaknya.

"Lepaskan, jangan kekanak-kanakan." Tolak Resdian beralih mendorong pelan tubuh A.

A cemberut seketika disaat ia di tolak oleh kakaknya, "Aku hanya memelukmu." Lantang A.

Hal itu membuat Resdian menggelengkan kepalanya terheran-heran. Kenapa A sekarang bertingkah layaknya anak kecil yang haus akan kasih sayang, apakah Fredrin mengubah pemikiran nya?

"Berhenti bersikap layak nya anak kecil." Ucap Resdian seadanya.

"Aku 18 tahun." Balas A, "Maka dari itu dewasa lah." Terus Resdian kembali.

"Kakak mau aku bersikap dewasa?," lontar pertanyaan A sembari memandang sang kakak lekat.

Resdian memelototi mata A, ia konek akan pertanyaan dan pernyataan itu.

A menyeringai singkat mendapatkan reaksi kecil yang terlihat lucu di matanya.

"Aku pergi." Lalu A, ia pun beralih pergi menuju kamarnya.

"Cih, untuk pergi saja perlu pemaksaan." Ungkap Resdian sembari menuju kamar mandi, ia perlu mandi sekarang dan ia juga perlu pergi menuju acara yang mengganggu waktunya itu.

---

"Kau tampak tak berubah dari kian waktu yang lama ini." Cercaan mengejek terdengar sangat jelas di kalimat yang lumayan panjang itu.

Sang penerima, tertawa geli mendengar cacian terlontar untuk nya. "Mulut mu tak berubah kian waktu yang lama ini, Resdian." Balas seorang wanita, ia mempersilakan Resdian untuk duduk.

Menawarkan sebuah minuman beralkohol dan menuangkan minuman itu untuknya.

"Soda." Tolak Resdian dan ia dengan cepat mengambil minuman bersoda yang terhidangkan di meja tersebut.

"Ah, serah kau saja." Terus wanita itu.

"Bagaimana robot mu kali ini?," wanita itu bertanya dengan nada penasaran sembari meneguk minuman beralkohol di tangannya.

"Kau mengubah pikiran nya?," tanya Resdian dan ia pun meneguk soda di tangan nya pula. "Fredrin dan kau ku percayai akan hal itu."

"Hum, menurutmu?," Resdian berjeda memikirkan jawaban dari pertanyaan itu, "Menurutku, kau tak akan berani, Jeanis."

Wanita bernama Jeanis itu tertawa kecil mendengar ungkapan itu, setelah berhenti tertawa, ia berucap, "Ya, itu bukan aku. Bisa saja adik mu mengubah pola pikir nya sendiri."

"Jangan berkata hal bodoh."

"Aku hanya beranggapan, kau boleh memikirkan nya atau melupakan nya. Aku tahu, kau hanya mengganti otak nya sehingga ia akan sadar dari koma panjangnya. Tetapi, itu bisa jadi aja terjadi." Jelas panjang Jeanis dengan pandangan seriusnya.

"Itu terlalu bodoh untuk di ingat." Balas Resdian, ia semakin ragu setelah mendengar tuturan panjang Jeanis.

"Ya, bocah sepertimu mana tahu akan hal yang menakjubkan seperti itu. Kadang kala nya dunia menunjukkan hal yang baru."

Resdian terkekeh geli, "Baiklah, Kak. Aku akan mengeceknya kembali."

---

with uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang