Charger

3.3K 165 0
                                    

"Halo, selamat datang. Ada yang bisa saya bantu, Tuan?," kalimat yang di hiasi senyuman di lontarkan kepada para pembeli.

Pria yang di beri sapaan pun membalas senyuman sang kasir.

Ia mulai menelusuri lorong-lorong yang diisi oleh beberapa kabel dan charger.

Dengan hembusan nafas, ia melirik sekitar dan dengan cepat ia mengambil charger yang berwarna putih dan memasukkannya ke kantong hoodie yang ia gunakan.

Tanpa pikir panjang, ia mengambil sebuah earphone berkabel di rak sebelah charger.

Dengan muka datar, laki-laki itu mulai menuju kasir layak nya pembeli yang tidak melakukan hal apapun.

"Hanya ini, Dek?," tanya kasir perempuan dengan ramah, ia mengubah panggilan kepada pelanggan tersebut.

Laki-laki yang di perkirakan masih berumur 18 tahun itu pun mengangguk, seketika ia ingin segera pergi. Seseorang masuk lewat pintu dan menghampiri meja kasir.

Sembari memandang dari atas hingga bawah, seseorang itu berbisik pelan tepat di telinga laki-laki tersebut, "Kau tidak bakat mencuri, bodoh."

"Kak, saya beli ini, ya."

Sang kasir pun membalas dengan anggukan, ia menyerahkan permen yang memiliki rasa mint bahkan wangi mint dapat terasa walaupun samar.

"Temen nya, ya, Dek?," lontar sang kasir sembari menatap kedua laki-laki yang diperkirakan umurnya tidak terpaut jauh.

Orang yang menggunakan hoodie segera pergi meninggalkan satu orang yang entah dari mana menghampiri.

---

"Kakak di mana?," lontar datar terdengar jelas dari pertanyaan singkat tersebut.

"Tuan sedang bekerja." Balas singkat pun ia dapatkan, "Tuan A butuh sesuatu?,"

A menggelengkan kepalanya pelan, "Fredrin, bangunkan aku ketika kakak pulang." Akhir A yang di angguki oleh Fredrin.

A berlalu begitu saja menuju kamar miliknya, ia mengelilingi kamar yang cukup luas itu.

Kamar yang di hiasi dengan dekorasi yang indah, memiliki kesan yang sederhana dan mewah di satu sisi lainnya.

A beralih memandang sebuah rak yang di penuhi oleh beberapa buku.

Dengan demikian, ia mengambil satu buku yang cukup menarik perhatiannya. Buku itu memiliki cover gelap, dengan warna merah yang menghiasi tepi-tepi buku dan jangan melewatkan ornamen kupu-kupu yang berwarna biru tua yang berada tepat di tengah-tengah cover buku.

Setelah selesai memerhatikan buku tersebut, A meletakkan kembali buku itu tepat di mana awal buku itu berada.

Dengan muka datar nya, A menuju kasur yang cukup besar tersebut dan ia pun mulai tertidur pulas.

Disatu sisi, Resdian sedang mengomeli beberapa laporan yang kembali datang menghancurkan harinya.

Awalnya, ia berpikir bahwasannya berkas-berkas ini akan berakhir begitu saja tetapi itu semua hanyalah khayalan semata, tanpa tahu malu, Fredrin berujar bahwa ia harus mendatangi Perusahaan milik nya dikarenakan beberapa berkas perlu di tandatangani.

Tentu saja awalnya ia tidak menerima akan hal itu, itu sebuah kebohongan, kalian tahu?

Sebelum kejadian ini, Fredrin mengatakan bahwa hanya itulah hal yang perlu ia lakukan hingga ia sudah berbahagia dan bahkan sudah ingin tertidur di kasurnya. Tetapi semua itu malah Fredrin hancurkan begitu saja.

"Sialan, aku bahkan tidak bisa menikmati masa hidupku." Dramatis terdapat jelas di kalimat penuh pernyataan itu.

Resdian menghela nafas kasar. Ia butuh pengalihan sekarang. Resdian bangun dari duduknya, dengan muka lesu ia menuju Cafe yang tepat berada di dekat Perusahaannya.

Ia memesan makanan dan minuman layaknya pengunjung biasa.

Hingga suatu berita muncul di layar Televisi. Itu membuat semua pengunjung yang sedang menikmati makanannya mengalihkan pandangan mereka ke arah Televisi tersebut.

Sebuah aksi pencurian terekam jelas di cctv minimarket, di duga pelaku masih berumur 18 tahun dan melakukan aksi pencurian ini dengan diam-diam.

Pelaku mengambil satu charger berwarna putih, sang kasir berucap bahwa pelaku membeli sebuah aerphone, sesudah membayar, pelaku tersebut langsung bergegas pergi begitu saja.

"Waduh, anak zaman sekarang." Seru seorang pengujung yang cukup berumur. Ia menggelengkan kepalanya dan menatap tidak percaya.

Resdian berusaha untuk tidak memperdulikan hal itu. Itu tidak berpengaruh apa-apa kepadanya, buat apa ia peduli.

---

with uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang