Tragedi

2.7K 149 2
                                    

Iringan musik membuat suasana malam itu semakin berisik. Beberapa wanita bahkan pria tampak menari menikmati setiap inci musik yang mengikuti mereka.

"Aku benci ini." Keluh Resdian yang di hadiahi tawa mengejek oleh Jeanis.

"Aku menebak, sekarang kau sedang menyumpahi diri ku, kan?," geli Jeanis, ia kembali menuangkan alkohol di gelas miliknya.

"Seperti dugaan ku, kau selalu berucap hal yang buruk akan diriku." Balas Resdian.

"Ah, sudahlah. Aku akan menghampiri beberapa tamu penting kali ini, jika kau muak dan ingin tidur, silakan keatas." Akhir Jeanis dan berlalu meninggalkan Resdian yang sedang memandang nya dengan tatapan mengejek.

---

Jeanis tersenyum menyambut baik dua tamu yang berada di depannya ini.

"Hei! Kau kemari? Bagaimana kabarmu, Chian?,"

"Aku senggang kali ini, jadi aku kemari. Aku baik-baik saja, seperti biasa. Kenalkan ini pacarku." Lontar wanita cantik berwajah campuran itu.

Sang pacar pria seketika menciumi bibir sang wanita. Jeanis tertawa singkat melihat hal yang terjadi di depannya ini.

"Baiklah, silakan bersenang-senang. Ngomong-ngomong, jika butuh sesuatu, itu ada di atas loh." Goda Jeanis, Chian langsung terkekeh mendengar itu.

Jeanis berlalu meninggalkan dua insan yang berpacaran tersebut.

Jeanis menuju tempat minum, ia duduk dan menunggu minuman ia disiapkan.

Terlebih dahulu, Jeanis melirik seorang yang berada di sampingnya yang asyik akan handphone miliknya.

Orang itu menggunakan hoodie berwarna abu-abu. Ia menutupi bagian kepalanya sehingga orang-orang tidak akan mengenali nya.

"Ini minuman nya, Non."

Jeanis meraih minuman beralkohol yang diberikan untuknya, ia pun langsung berlalu begitu saja tanpa memedulikan apapun.

---

Dengan perasaan lega, Resdian merebahkan semua tubuhnya. Walaupun lantunan musik masih terdengar, tetapi itu hanya terdengar samar.

Resdian menutup matanya, merasakan sensasi nyaman mengalir begitu saja.

Drrtt..

Resdian terbangun dari tidur nya dikarenakan handphone nya yang berdering. Dengan perasaan malas, Resdian bergerak mengambil handphone yang berada di saku miliknya.

"Ada apa? Apakah kau akan mati jika tidak menghubungi ku?," seru Resdian dengan perasaan jengkel.

"Di mana?,"

Resdian mengerutkan keningnya, "Di mana?," alih-alih untuk menjawab, Resdian lebih memilih memastikan pertanyaan yang di lontarkan untuknya.

"Sendirian?," A berbalik bertanya kepada sang kakak, itu membuat balasan emosi yang di dapatkan nya, "Iya, kau jangan menghubungiku, kau tahu? Aku bahkan hanya tertidur 4 jam hari ini." Curhat Resdian.

Di seberang telepon, A tertawa geli mendengar tuturan panjang yang di lontarkan untuknya. Katakan ia aneh, bahkan ia tertawa mendengar kata serapah di keluarkan untuknya, tetapi asalkan itu hanya Resdian seorang, akan ia maklumi.

"Hei, kau tertawa? Itu terdengar lucu untukmu?," serbu Resdian kembali. Ia bahkan sudah menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasang raut tidak percaya.

A berdehem membalas hal tersebut, "Ya, sedikit." Sebelum Resdian ingin mengakhiri pembicaraan mereka, A terlebih dahulu, memberi sebuah pertanyaan, "Kakak di kamar yang mana?,"

"Kau di sini?,"

"Ya, aku di sini."

"Aku berada di kamar paling ujung, eh tetapi, tunggu-," putus Resdian, "Kau kenapa perlu menelpon ku akan masalah sepele ini?," tanya Resdian kembali.

"Aku hanya ingin."

A dengan cepat langsung mematikan dan mengakhiri pembicaraan mereka. Ia menggigit bibir nya, sesampai bibir itu hampir mengeluarkan setitik cairan merah.

Namun, tindakan itu ia akhiri, ia kembali memandang handphone miliknya. Handphone itu memperlihatkan sebuah pesan yang dikirimkan sang kakak untuk dirinya.

A tentu saja tersenyum lebar memandang pesan yang dikirimkan untuknya. Pesan yang menyuruh ia untuk mendatangi sang kakak.

Ia datang kesini bukan untuk kepentingan yang sangat penting. Hal yang ingin ia temui, hanyalah Resdian.

Mungkin itu terdengar konyol dan kekanak-kanakan, tetapi itulah sebuah kenyataan tanpa di baluri bumbu kebohongan.

Merasa bahagia akan pesan itu, sesaat menuju tempat Resdian berada. A hanya fokus akan pikiran nya, beradu akan pikiran yang kian muncul di benak dan otak nya.

Tanpa ia sadari, bahwasanya, bibirnya sudah mulai mengeluarkan cairan berwarna merah dikarenakan ia melampiaskan segalanya ke bibir miliknya.

---

with uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang