Detik

2.1K 136 2
                                    

Ugh!

Lenguh pelan Resdian sembari berusaha memegang kepalanya. Tetapi, kenapa hal itu terasa susah?

Sembari terus berusaha tetap membuka mata, Resdian perlahan pandangannya mulai kembali berwarna.

Dengan tatapan layu penuh kebingungan, ia memandang sekitar dengan susah payah. Badan nya terasa sakit, dengan ragu ia menunduk.

Wajah kaget menghiasi setiap inci wajahnya. Tangan nya bahkan di borgol, tunggu- bukan hanya tangan? Tetapi, kaki nya juga dihadiahi hal yang sama.

Dengan tatapan bingung diikuti panik yang menghiasi, ia memperhatikan sekitar.

Ruangan yang tampak asing mengobrak-abrik pikirannya. Menatap ragu dikarenakan ruangan yang hanya diisi oleh remang cahaya.

Sembari terus berpikir tenang ia mengenyahkan semua pikiran gusar yang menghanyutkan pikirannya.

Sehingga suara pintu yang terbuka pun mengalihkan pandangannya, ia memandangi sang adik yang menatapnya dengan linangan air mata.

Resdian memandang dengan tatapan ragu ketika A mulai mendekati kasur yang ia tiduri.

A memandang Resdian dengan mata yang mengeluarkan air mata. Ia menghampiri dan memasuki pelukan hangat Resdian.

A selalu ingin merasakan ini sekunjung waktu tanpa henti. Merasakan setiap detik ia bersama Resdian.

"Kenapa?," tanya Resdian berusaha menetralkan rasa paniknya. Ia tetap berjuang tenang disaat kondisi mengharuskan nya untuk gugup maupun takut.

A menggeleng di pelukan Resdian, "Kakak, akan meninggalkan ku?," isak A sembari mengakhiri acara peluk memeluknya.

Tanpa balasan apapun, Resdian hanya bisa memandang bingung sembari memikirkan apa yang baru saja di lontarkan sang adik.

"Meninggalkan mu?," tanya Resdian kembali dengan nada memastikan.

A mengangguk sembari menghapus air mata menggunakan tangan kanan miliknya.

Resdian tertawa kecil melihat hal itu. Kenapa ia tertawa? Itu di karenakan tingkah konyol sang adik yang tiba tiba menghampirinya dengan keadaan orang yang baru saja bangun dari tidur nyenyaknya.

Tetapi, seketika tertawa Resdian berakhir. Ia memandang tangannya yang sedang di borgol itu, "Lepaskan aku, A." Tegas Resdian dengan tatapan mata teduh miliknya.

A menggeleng mantap, ia tidak akan melepaskan Resdian begitu saja. Ia mulai berpikir, apabila ia melepaskan Resdian sekarang, bisa-bisa Resdian akan pergi meninggalkan nya ke luar negeri seperti yang baru saja di ucapkan Fredrin kepadanya.

Ia betul-betul tidak menginginkan hal itu..

Jikalau hal itu terjadi, ia akan mengikuti Resdian, memantau nya terus menerus dan akan membuat Resdian terkurung di bawah dirinya.

---

"Kau melakukan hal konyol, Fredrin." Ujar seorang pria sembari menghisap sebatang rokok yang berhimpitan di antara jari telunjuk dan tengahnya.

Ia menikmati setiap bau rokok yang menghantui indra penciuman nya.

Pria dengan rahang tegas yang merasa dirinya sedang di caci pun seketika memasang wajah datar miliknya. "Yang seharusnya kau cap gila bukanlah aku, Rosen."

Rosen tertawa mendengar tuturan yang menghampirinya, "Ya, aku mengetahui hal itu. Ah, jika di pikir-pikir, dia betul-betul gila. Bocah yang menakutkan."

Meraka tidak mengakhiri pembicaraan hanya sampai disana. Mereka mulai membahas hal yang serius sekarang.

Hal yang hanya di ketahui mereka...

Yang bahkan, Resdian sendiri tidak mengetahui hal itu.

---

Resdian menghela nafas, A selalu menatapnya. Bahkan A enggan untuk berpindah pandangan hanya untuk menatap dirinya.

Itu bukanlah tatapan kasih sayang melainkan tatapan lapar, Resdian bahkan bergidik ngeri hanya untuk balik menatapnya.

Baiklah, kali ini ia betul-betul geram.

"Berhenti menatapku, A. Atau kau akan ku-" Ucapan Resdian terputus seketika dikarenakan A yang tiba tiba menyela ucapannya. "Lihatlah posisi mu sekarang, Kak. Aku tau engkau yang berkuasa?," Resdian terdiam seketika mendengar hal itu.

Itu benar, A bisa saja menghujam nya sekarang, tetapi hati kecil Resdian berkata bahwa itu tidak akan terjadi.

A mendekat, tepat di telinga Resdian, ia berbisik. "Kak, wangimu membuatku ingin menerkam mu, apakah kau tahu akan hal itu?," A menghembus pelan telinga yang sudah memerah yang tertampang jelas, "Aku menahan nya, tetapi apakah bisa sekali saja? Aku menginginkan mu."

---

with uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang