Chaeyoung
Beberapa menit dalam keheningan, aku terkesiap dan nafasku tersendat di tenggorokan ketika lengan kokoh Lisa memeluk pinggangku dengan erat, kepalanya bersandar di bahuku, hidungnya nyaris menyentuh hidungku. Tetap saja, aku bisa merasakan nafasnya yang hangat, menggetarkan seluruh tubuhku.
“Lisa?” Aku memanggilnya dengan suara bergetar.
“Tolong, biarkan seperti ini.” Bisik Lisa menarikku lebih dekat.
Detik berikutnya, aku tidak ragu untuk melingkarkan kedua tanganku di punggungnya, mengusapnya dengan menenangkan. Berharap, apa pun yang membuatnya ketakutan itu hilang.
“Tidak apa-apa Lisa, aku ada di sini. Kau tidak perlu takut.” Aku juga berbisik, mencoba menenangkannya.
Lisa menjauhkan wajahnya agar bisa menatapku. Tiba-tiba dia menangkup rahangku dan aku menatapnya, merasa sakit melihat kerentanan di matanya.
“Kau janji semuanya akan baik-baik saja?” Tanya Lisa membutuhkan keyakinan lebih.
Aku mengusap lengan Lisa yang berada di rahangku, mengangguk sambil tersenyum lembut. Satu tanganku yang lain kini mengusap kulit kepalanya dan Lisa memejamkan mata.
“Aku berjanji, Lisa. Semuanya akan baik-baik saja.”
Aku memutar tubuhku sejenak, menyalakan ponsel untuk memutar melodi yang memenangkan kemudian meletakkan kembali ponsel di sisiku. Mata Lisa terbuka lagi, tubuhnya tidak lagi bergetar.
“Aku kenal melodi ini. Lagu yang selalu aku dengar ketika aku merasa ketakutan.” Ujar Lisa, meletakkan tangan di jaket depanku.
“Sungguh? Lagu ini sangat menenangkan, bukan? Aku juga sering mendengarkan melodi ini saat sedang dalam situasi takut atau pun sedih.”
Aku melihat mata Lisa terarah pada bibirku sejenak sebelum kembali melihat mataku. Entah mengapa, situasi ini membuat jantungku berdegup kencang. Lisa semakin dekat denganku, seolah dia membutuhkan kontak sedekat mungkin.
“Seseorang mendengarkannya padaku pertama kali. Dan sampai sekarang, itu masih bisa menenangkanku.”
Sekali lagi, Lisa menatap bibirku. Aku tidak salah lagi. Dan benar, dalam diam detik berikutnya, ibu jari Lisa dengan lembut mengusap bibirku. Spontan, aku memejamkan mataku. Ya Tuhan, mengapa aku ingin merasakan ciumannya?
Aku hendak mundur, karena sepersekian detik aku teringat Jaehyun. Tetapi, semuanya hilang saat Lisa menempelkan bibirnya di bibirku. Aku terpaku sesaat, sebelum mataku terpejam merasakan hangatnya bibir Lisa di bibirku.
Spontan, bibirku bergerak sama lembutnya dengan gerakan Lisa. Aku menghela nafas di bibirnya, menarik Lisa untuk mendekat denganku. Tangan Lisa di bajuku semakin mengencang.
Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan, dan bahkan aku tidak tahu kapan aku menyelipkan lenganku ke balik jaketnya sehingga aku mengusap kulit di pinggangnya.
Ketika aku hendak memperdalamnya dengan menghisap bibir Lisa, dia mengecup bibirku kuat-kuat untuk yang terakhir kalinya sebelum bersandar lagi di pundakku.
Nafas Lisa menjadi tenang dan aku merasa hanya akulah yang tegang di sini.
“Lisa?” Aku mencoba memanggilnya.
“Terima kasih, Chaeng.” Gumam Lisa terdengar mengantuk dan tak sadar.
Kepalaku mundur, berusaha melihat Lisa yang ternyata sudah memejamkan mata. Dia sungguh tertidur setelah ciuman kami. Aku menghela nafas, menggaruk keningku yang tak gatal.
“Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Mengapa... aku berciuman dengannya?”
Perasaan menggelikan atas apa yang telah aku lakukan membuatku meringis. Cepat-cepat, aku mengirim pesan pada pacarku. Rasa bersalah menekan dadaku. Meski aku tahu dia sudah tidur, aku tetap mengetik sesuatu di ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorié || CHAELISA ✅
Fanfic[M] Dalam kurun waktu yang cukup lama, Chaeyoung sama sekali tidak mengerti pada seseorang yang selalu melihatnya secara diam-diam. Dialah gadis pendiam, bernama Lisa. Yang selalu menatapnya dari kejauhan. Memiliki wajah mungil serta sorot mata yan...