13

668 114 33
                                    

Baru 15 menit Lisa duduk di tempatnya, tapi terasa seperti sangat lama. Tatapan orang-orang yang menunggunya bicara, tapi Lisa tak mengeluarkan suaranya sama sekali.

"Kami di Belanda, itu benar." Akhirnya Somilah yang angkat bicara.

"Benar? Kalian melakukan pre-bulan madu apa bagaimana?" Chaeyoung langsung mencemooh, sebagian dari dirinya merasa marah dan dia harus menahan diri agar dia tak meledak saat ini juga.

"Chaeyoung," Alice menegur tajam.

Chaeyoung mendengus, menatap Lisa yang tak menyentuh makanan di depannya sama sekali. Padahal butuh waktu cukup lama dirinya menyiapkan semua makanan ini untuk menyambut kedatangan Lisa.

"Kakakku menenangkan diri, dia bekerja di sana, dia juga butuh waktu untuk memproses semua yang terjadi di sini." Chiquita agak tidak menyukai dengan nada bicara Chaeyoung saat ini.

"Lisa," Chaeyoung memulai dengan lembut, rasanya bersalah melihat Lisa harus melalui semuanya sendirian, seolah kesedihan tak ada hentinya dalam hidup gadis itu. "Aku turut berduka atas kepergian ibumu, sungguh."

"Tidak masalah." Katanya menjawab datar.

"Tapi," Chaeyoung menatapnya tegas. "Kami di sini. Semua temanmu di sini. Kami ada di sini untuk mendengarkan semua kesedihanmu, kami siap menghiburmu. Kami semua peduli padamu, Lisa. Kau tidak perlu pergi sendirian dalam menanggung semuanya."

Lisa sejenak menatapnya, Chaeyoung tertegun sesaat dalam mata coklat yang sudah biasa dia lihat dalam kesedihan itu. Dia dengan ragu-ragu tersenyum, menggapai tangan Lisa.

"Eum, maaf, Miss Park." Lisa tersengat, sadar diri dan melepaskan tangan Chaeyoung.

"Serius Lis? Itu Miss Park, Nona Park, panggilan konyol itu lagi? Tidakkah kau mengerti apa arti aku bicara atau melihatmu?"

Tidak. Lisa tidak mau mengerti. Karena apa yang akan Chaeyoung katakan, dia tidak mau itu.

"Chaeyoung, sudah. Seperti yang Chiquita bilang, Lisa butuh waktu untuk memproses semuanya." Jennie merangkul gadis pirang itu untuk menenangkan.

"Aku ingin berteman denganmu, Lisa. Seperti kau berteman dengan yang lain. Apakah itu sulit untukmu?"

Ya! Sangat sulit! Kami tidak pernah sepenuhnya berteman sejak dulu dan kami sudah melewati itu semua! Kita bukan lagi di ambang pertemanan.

Lisa melirik Chaeyoung yang terluka oleh sikapnya. Tapi, apa? Dia harus berteman dengan gadis yang masih sangat dia cintai, sedangkan gadis itu tidak tahu apa-apa tentang perasaannya, kemudian dia harus melihat gadis itu mencintai orang lain? Apakah seperti itu kehidupannya?

Jelas, Lisa tak lagi membutuhkan banyak luka dalam hidupnya. Tidak lagi. Dia tercekik. Dia hidup, tapi dia mati.

"Maafkan aku, Miss Park. Aku sangat menghormatimu sebagai atasanku. Terima kasih atas kebaikan yang sungguh tak bisa aku balas selama ini. Terima kasih banyak, Miss."

Secepat itu, mata Chaeyoung mengeluarkan cairan yang langsung di seka dengan kasar oleh sang pemilik.

"Baik, sekarang makanlah. Kau tahu? Setidaknya kau harus punya sedikit kesopanan untuk menghargai seseorang yang sudah meluangkan waktu untuk memasak untukmu." Kata Chaeyoung, makan lebih dulu dari yang lain.

"Terima kasih." Gumam Lisa.

Dan itu membuat Chaeyoung semakin meneteskan air mata.

**

"Kau seharusnya bisa tersenyum seperti itu juga padaku." Chaeyoung mencemooh Lisa yang baru saja tersenyum oleh perkataan Somi.

Keduanya menoleh, Lisa lebih dulu membuang muka dan fokus untuk mengeringkan piring.

Memorié || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang