15.Sekeranjang ciki

197 41 3
                                    

Langit Seoul tidak menurunkan hujan sedikitpun hari ini. Sejak pagi cerah kecuali memang sedikit berangin hari ini.

Kantor Brian hari itu sudah sedikit sepi di jam tujuh malam. Beberapa sudah bergelung di Delam rumah sebagian lagi masih di jalan dan sebagian lagi terjebak bersama tumpukan lemburan.

Seperti Brian dan Anne yang kini masih berada di kantor, berdua dengan beberapa design game yang belum rampung di komputer masing- masing.

Keduanya di telan hening selama beberapa waktu, hanya suara mouse yang di klik berulang kali, helaan nafas lelah, juga suara seruput kopi yang di minum beberapa kali.

Di sampingnya Anne tengah serius, gadis itu beberapa kali meringkas rambutnya namun lagi lagi jatuh sebab hari ini dia tidak membawa jepit rambut. Dia sejak tadi berusaha menggelung rambut dengan pensil berharap itu bisa menahan rambutnya agar tidak menghalangi pekerjaannya. Membuatnya risih.

Brian melirik beberapa kali, dia ragu menawarkan bantuan tapi Ane tetap pada kegiatannya berkutat dengan rambut dan masih kesulitan.

Dia tanpa banyak bicara berdiri dari tempat duduknya , mendekat dan memposisikan diri di belakang gadis itu dan dengan lembut merapikan rambut gadis itu menjadikannya satu. Menyisirnya pelan dengan jemarinya . Di kuncir dengan ikat rambut hitam yang dia temukan di lacinya.

Ikat rambut yang selalu dia simpan di sana karna Ane begitu suka ketika dia membantu merapikan rambut seperti sekarang.
Brian tersadar bahwa hal-hal kecil tentang hubungan mereka dulu membawa turut serta kenangan mereka di masa lalu.

Sedangkan Anne sendiri terdiam membeku untuk beberapa saat pada afeksi yang Brian beri.

"Terima kasih"

"Its okey"

Brian segera kembali duduk dan kembali pada pekerjaannya. Sedangkan Ane masih dengan pemikirannya.

"Brian,"

Brian sontak menoleh ketika Ane memanggilnya. Menatapnya tepat di mata. Menanti apa yang akan perempuan itu katakan. Hal kecil yang membuat sudut hati Ane terpuruk dalam penyesalan. Dulu Pria ini selalu menatapnya penuh afeksi tepat di mata.

"Aku belum minta maaf buat segala salah yang aku kasih ke kamu. Maaf ya, maafin aku yang malah kasih kamu luka" -padahal seharusnya dia adalah orang yang memberikan cinta.

Brian tertegun, dia sebenarnya menghindari semua pembicaraan ini. Tidak lagi ada yang perlu di bahas.

"Iya, its okey. Aku udah gak papa"

Senyum kecil yang terbit itu justru membuat Ane kembali nelangsa.

"Kamu enggak perlu terbebani lagi ya. Seperti kataku aku udah enggak papa"

Dia tidak ingin membahas apa pun lagi. Atau hatinya kembali merasa tidak yakin.

"Semua orang memang melakukan kesalahan,. "

"Tapi jika aku tidak bodoh mungkin-"

"No Ann, aku enggak mungkin marahin kamu karna ketidaktahuan kamu "

Kalimat itu membuat Ann bungkam. Semua kalimat Brian membuat hatinya merasa sedih. Pria itu telah memaafkannya. Memaafkan segala hal menyakitkan yang dia kasih.

****




"Itu apa?"
Brian melirik kantung putih yang di bawa win,dari masuk mobil Brian tentu tau itu makanan ringan yang akhir akhir ini win suka.

"Jajan kakak mau?"

"Mau"

"Nih,aaa"

Brian menurut ketika di suapi,soalnya dia sedang menyetir.

Detak Kita [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang