Merasa tidak percaya diri itu terkadang memang hal menyebalkan yang sulit kita hindari.
Di luar sana begitu banyak hal hal luar biasa yang tampak sulit kita dapatkan tapi tidak dengan orang lain. Perasaan itu akhirnya menjelma menjadi alasan untuk membandingkan diri sendiri. Kita, aku dan kamu pasti pernah merasakannya.Seperti sore ini, ketika dia dan Brian sedang berkutat di dapur karna mendadak pria itu ingin memakan soft cookies tiba-tiba saja pintu suara bel menggema di seluruh ruangan. Membuat Brian yang sedang menaburkan choco chip pada adonan mendadak berhenti dan mencuci tangan lalu berlalu ke arah ruang tamu.
Meninggalkan Winnie yang melanjutkan adonan, sedangkan dia kini terpaku ketika melihat layar intercome dan wajah Ane terpampang di sana.
Jemarinya tersemat pelan dengan tidak sadar.
Wajah Ane tampak tidak baik baik saja dengan wajah sembab yang kentara.
Juga pakaian serba hitam yang sedikit lusuh di bagian lengan.Dengan Hela nafas yang dia hembuskan kasar pintunya dia buka sedikit lebih lebar menampilkan sosok Ane yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
***
Gerakan tangan Winnie terhenti, mengambang di udara dengan loyang kue yang masih dia genggam ketika tidak sengaja mendengar suara Brian dan Ane yang berbincang di ruang tamu. Mendadak dia merasa salah berada di sini, haruskah dia pergi ke kamar dan melanjutkan kuenya nanti? Rasanya tidak sopan tidak sengaja mendengar segala percakapan keduanya ketika jarak dapur dan ruang tamu begitu dekat."Brian maaf ... Maaf karna tidak tau diri masih menemui mu"
Brian hanya terdiam, dia mengangguk kecil sambil tetap mengusap pelan belakang kepala Ane yang kini menangis dalam pelukannya. Jauh dalam lubuk hatinya ada sudut yang teremat. Semarah apa pun dia pada Gadis ini, Ane tetaplah perempuan yang pernah singgah lama di hatinya. Ada satu sisi di mana dia merasa perasaan itu datang lagi ketika dia mencoba untuk pergi dan hidup tanpa bayangan Ane seperti yang sudah lalu.
Pertahanannya luluh ketika gadis itu tengah berkeluh kesah, kali ini dia datang tanpa membahas tentang perasaan mereka lagi.
Tapi untuk membagi apa yang berisik di kepalanya.Dia singgah pada rumah yang dia tinggalkan.
Hari ini Ane terpuruk, dia membawa kabar duka tentang mama.
Hal yang baru dia ketahui, Mama Ane baru saja di kebumikan. Brian pastinya tau mama adalah pilar untuk Ane, wanita paruh baya itu adalah orang yang begitu berharga.
Setelah kepergian Ayah, orang yang selalu ada di samping Ane adalah mama. Wanita yang menjadi sosok ibu sekaligus Ayah ketika wanita itu sendiri juga sedang tidak berdaya."Ann, semua pasti berlalu. Kamu boleh datang padaku sebanyak yang kamu mau. Aku temani kamu sampai sembuh ya"
.
.
.
.
.
***"Kakak masuk ya"
Winnie menoleh begitu mendapati Brian sedang berdiri di pintu kamar sebelum masuk lalu menginvasi kasur miliknya begitu saja ketika satu anggukan setuju dia dapatkan.
Pria itu sempat melirik Winnie yang sibuk belajar di temani sekaleng kopi dingin juga cemilan pedas.
Akhir akhir ini dia perhatikan gadis itu memang suka sekali dengan makanan ringan ber perisa cabai, juga satu kaleng kopi yang akhirnya jadi kebiasaan ketika anak itu begadang untuk belajar. Gadis itu beralibi jika kopi membantunya tidak tertidur ketika belajar. Padahal seringkali Brian meminta gadis itu pergi tidur jika memang sudah mengantuk.
Juga kebiasaan jalan pagi mereka yang lama lama juga sudah tidak lagi di lakukan.
Dia sadar waktu gadis itu telah sepenuhnya tersita pada buku pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Kita [TELAH TERBIT]
RomancePertemuan, perpisahan jatuh cinta, dan patah hari adalah sebauh siklus yang semesta ridak bisa ikut campur terlalu dalam. bertemu dan berpisah adalah siklus manusianya. perihal menetap atau sebaliknya adalah sebuah pilihan. karna tidak semua yang si...