11. Mari terbuka dengan semua pelikmu.

213 42 3
                                    


Winnie sudah pulang sejak dua jam yang lalu. Hari ini khusus untuk anak perwakilan olimpiade boleh pulang dulu untuk mengejar ketertinggalan materi pelajaran di  sekolah semasa mereka mengikuti olimpiade. Begitupun dengan Winnie, dia meminjam buku milik Dian dan menyalinnya di rumah.

Keadaan rumah sepi, karna kak Brian tentu saja belum pulang. Seharusnya dia bisa dengan tenang menyalin materi. Tapi sejak dua jam yang lalu Gadis dengan wajah cantik itu belum juga menyalin  materi. Dia  malah terdiam menatap bukunya kosong dengan pemikiran yang berisik di kepala.
Manik kecilnya fokus menatap lembaran yang di berikan wakil  kelas dan berakhir di remat sebelum di buang ke tempat sampah. Helaan nafas terdengar setelahnya.

Di mejanya masih bertumpuk buku, beberapa keripik dan kaleng Alkohol murah yang dia dapatkan dari teman yang kebetulan menjual hal hal yang seharusnya di larang untuk mereka yang belum mencapai usia legal. Tidak terlalu ambil pusing bagaimana siswa itu mendapatkannya.

Rasanya juga dia uring  uringan hari ini. Mood nya jelek dan dia malas melakukan apa pun termasuk belum juga mengabari kak Brian, Bunda , atau nenek mengenai hal ini.
Kepalanya rumit. Banyak hal yang terpikir ini adalah impiannya, seharusnya dia senang. Tapi karna satu dua hal mendadak dia merasa tidak percaya diri.

.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Brian hari ini pergi ke sekolah Winnie, sebagai wali murid  tentu dia  di minta kehadirannya ke sekolah sebentar.

Dia diminta menemui wali kelas,dan mendapat kabar jika Winnie mendapat kan keberhasilan  mengalahkan perwakilan dari sekolah lain untuk olimpiade yang baru dia ikuti, termasuk hadiah uang tunai juga beasiswa yang di janjikan. Namanya masuk dalam jajaran siswa dan siswi yang terpilih.

Brian tentu saja ikut senang, dia bahkan menelfon bunda setelah keluar dari ruang guru. Dan berniat membelikan jajanan enak di kantin, namun sayangnya ketika dia mencari gadis itu di kelas, teman temannya mengatakan jika Winnie sudah pulang bersama anak anak perwakilan olimpiade yang lainnya sejak dua jam lalu. Mendengarnya membuat Brian hanya tersenyum tipis. Maka dengan sedikit kecewa Brian memilih untuk kembali ke tempat kerjanya dan berniat membeli sesuatu saat pulang, pizza dan ayam pedas rasanya tidak buruk untuk di berikan.

.
.
.
.
.
.
.

"Aku pulang"

Suara pintu yang terbuka terdengar nyaring, Pria jangkung dengan setelan baju kerja itu telah amelangkah masuk ketika tidak ada satu suara yang menjawab.

"Pooh?"

Lagi lagi tidak ada suara, Brian melangkah ke arah kamar Winnie yang tidak ditutup dengan benar. Katanya dia sudah pulang, harusnya dia menjawab salamnya barusan.

"Pooh?"

Brian melongok , dia rasanya tidak sabar untuk memberikan selamat pada gadis itu.
Tapi kamar juga hening kecuali suara kran air yang di hidupkan
Mungkin  sedang mandi pikirnya. Rasa penasarannya hilang kemudian. Sampai ketika dia berniat akan keluar, manik matanya tidak sengaja melihat pada meja belajar Winnie yang berantakan.

Dia masuk begitu saja ketika dia yakin menangkap hal tak asing dengan penglihatannya.

Kaleng Alkohol yang terbuka dan sisa setengah. Juga meja yang berantakan dengan buku juga beberapa selembaran yang sudah kusut.

" Alkohol?"

Mengeryit begitu melihat sisa minuman  yang belum tandas juga sisa batang Lollipop dan keripik yang terbuka. Termasuk yang ada di sampah khusus kertas di kamar gadis itu tidak luput dari pandangannya. Brian rasanya ingin marah.

"Dia minum?"

Dia mengambil beberapa kertas yang di tempat, ada nama universitas ternama di sana.

Ketika memungutnya dan membukanya, Brian mengeryit heran ketika kertas yang diremas Win adalah surat pemberitahuan jika anak itu memenangkan olimpiade. Juga surat pemberitahuan beasiswa juga undangan dari fakultas ternama.

Tanggal di ujung kanan tertulis tanggal kemarin. Dua hari yang lalu dan Winnie tidak mengatakan apa- apa padanya.

.
.
.
.
.
.
"Kok kak Haikal tau?"

"Kamu kenal Reyhan?"

"Kenal"

"Iya itu, kakak tau dari Reyhan"

"Lho tapi kok bisa kenal Rey?"

Suara tawa Haikal terdengar dari sambungan telfon. Membuat Winnie makin tidak mengerti bagaimana Haikal bisa mengenal Rey teman sekelasnya.

"Kamu lupa ya, kalau kakak punya adik laki laki?"

Ingatan Winnie meliuk ke belakang,  mengingat adik yang di maksud Haikal sebab ingatannya tidak ada sama sekali perihal adik. Meskipun dia bekerja di kedai ayam pedas milik keluarga Kak Haikal dulu.

"Ada, anaknya pendek kemarin ikut olimpiade juga. Masa ga kenal sih ? "

"Hah? Reyhan yang pendek itu?"

Pertanyaan itu reflek keluar ketika Haikal menyebut Reyhan dan menyinggung perihal Olimpiade.

Tawa Haikal terdengar sekali lagi.

"Rey, denger gak? Kamu di katain pendek nih sama Winnie!"

Gadis itu sontak melotot, ketika yang di sebrang sana justru memanggil orang yang sedari tadi di bicarakan.
Haikal tampak berjalan sebentar sambil tertawa tawa.

Lalu tak lama wajah sebal Reyhan tampil di layar ponsel.

"Kamu pasti sengaja mancing mancing Winnie, dia ga mungkin ngatain aku pendek"

Pria dengan kacamata belajar yang terpasang itu memukul pelan lengan si kakak.

"Reyhan maaf aku ga sengaja huhu"

Winnie masang wajah menyesal tapi tawa Haikal tetap juga belum reda.

"Kami kok punya no Winnie sih kak?!"

"Kan emang kita Deket kok, kamu aja ya kudet, iya kan win?"

Reyhan tampak tak terima, dia saja minta nomor Winnie butuh perjuangan kenapa juga kakak tidak bilang kalau punya.
Dan apa katanya tadi kenal?

"Iya, aku sama kak Haikal kenal. Maaf ya Rey gak tau kamu adiknya kak Haikal"

Mendengar itu membuat Rey berniat mengintrogasi kak Haikal

Berbeda dengan Winnie yang sibuk tertawa dan menelfon. Di depan pintu kamarnya Brian mendengar percakapan keduanya dengan Hela nafas yang menyusul

Tidak tau kenapa tapi dia tidak suka melihat Interaksi Winnie dengan Haikal. Pria yang dia temui di kedai ayam waktu itu.

Tok tok.

Dia mengetuk pelan pintu kamar Winnie dan lantas membukanya dengan sopan. Dia menyembulkan kepala dan menampilkan senyum tipis andalannya.

"Makan yuk Pooh, kakak udah beli banyak makanan"

Hal itu membuat Winnie sontak menatap layar sebentar berniat pamit mematikan sambungan. Sedangkan dua pria di sebrang sana masih tidak percaya sebab Winnie ternyata tinggal satu rumah dengan seorang pria.

Haikal hanya diam mengingat jika ingatannya tidak salah pria itu adalah pria yang kemarin mampir di kedai. Sedangkan Reyhan menatap tidak suka.

" kak Haikal, Rey aku matiin telfonnya dulu ya, bye"

Telfon di matikan, dia menyimpan ponsel di laci meja dan segera mengekor di belakang Brian yang sempat menunggunya.
Berjalan menuju meja makan. Yang seperti kata Brian banyak bungkus makanan yang tertata.

TBC

Ada yang bisa tebak win kenapa?

Detak Kita [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang