Mochalatte Written..
.
Pertemuan memang hal paling ajaib yang tiada habisnya.
Bagaimana Tuhan bisa merangkai kisah sedemikian rupa, adalah keajaiban semesta yang ta lagi bisa di jabarkan dengan kata.Brian, mungkin anak Bunda yang paling dingin, paling cerewet paling cuek.
Mendedikasikan hidupnya demi kenyamanan hati tanpa mau sakit hati.
Dia seolah tak peduli pada cinta.
Sampai di pertemukan dengan siswi SMA yang di titipkan bunda.Tampak mustahil karna harus berakhir satu rumah.
Tapi sekali lagi Tuhan memang punya sejuta jawaban untuk mendekatkan manusianya pada cinta. Tuhan tidak ingin satu pun manusianya kesepian.
Tidak, Tuhan punya banyak cara yang manusia tidak akan sanggup menjabarkan bagaimana kisahnya.Semua tampak ajaib, ajaib sekali.
.
Siang ini terasa sedikit dingin. Hujan baru saja turun dengan deras. Membasahi segalanya. Jalanan, pohon bahkan taman yang biasanya ramai oleh anak-anak kini terlihat sepi.
Angin sore jadi terasa lebih menggigit.
Rasanya cocok sekali menghangatkan diri dengan segelas jeruk hangat atau coklat panas.Brian menghela nafas, tidak tau harus melakukan apa untuk hari ini karna dia tiba tiba saja malas melakukan apapun. Tungkainya melangkah mendekat ke arah pintu. Membuka pintu kontrakan yang dia tempati, bersandar di sana menghirup rakus bau Patricor yang masih segar tercium. Di luar sepi, pohon pohon tampak kuyup setelah di terpa hujan.
Tak banyak aktifitas kecuali hanya beberapa mobil dan motor berlalu lalang, atau suara penghuni kontrakan sebelah yang mengusik ketenangan.
Di liriknya beberapa motor terparkir di halaman depan kontrakan sebelah.Ada tamu, pantas berisik.
Tangan kirinya merogoh saku celana pendek yang dia kenakan merogoh kotak rokok dan pematik yang di letakkan di kantung yang sama.
Ini adalah jam makan siang di hari minggunya yang tentram.
Jam makan, libur dan berdiam diri di rumah hanya dengan alasan malas memang terasa menyebalkan.Namanya Brian Arsena , pemuda tanggung usia dua puluh lima. Pemuda rupawan dengan sorot mata tajam, wajah tampan dan hidung yang menyempurnakan ketampanan. Anak kesayangan Bunda dan ayah, si tunggal yang hidupnya serba berkecukupan kini sedang merantau karna pekerjaan di ibu kota dan sedang terjebak suntuk di rumah kontrakan cukup besar ,bosan,dan tidak tau hendak melakukan apa.
Kakinya melangkah meninggalkan pintu dan duduk sembarang di sofa ruang tengah yang langsung menghadap dapur.
Lalu berpindah menjadi duduk di kursi piano yang pinggirannya mengelupas karna terlalu sering dia kopek permukaan nya.Jemarinya bergerak menyalakan rokok. Rokok ke tiga hari ini yang dia habiskan seorang diri.
Dia duduk di depan piano yang sengaja di letakkan di sana. Piano yang dia beli sendiri dari gaji ke dua setelah bekerja.Piano yang dulu sempat di sukai mantan kekasih. Piano penuh kenangan yang masanya tidak perlu lagi untuk di ulang, katanya mungkin memang dia hanya untuk di kenang bukan sebagai orang yang perlu di ajak beriringan.
Membicarakan masa lalu memang tidak pernah gagal menguras perasaan.
" Bosan sekaliii"
Ucapnya malas, berencana ingin jalan jalan keluar tapi sehabis hujan jalanan jadi licin .
Hari ini libur,dan dia terlalu malas untuk sekedar liburan.
Jemarinya menekan nekan tuts dengan asal, menghasilkan nada sumbang dengan melodi berantakan sebab Brian memainkan dengan tanpa kesungguhan.
Sampai atensinya teralihkan pada ponselnya yang berdering. Panggilan masuk dengan nama bunda tertera di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/337377067-288-k460472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Kita [TELAH TERBIT]
RomantizmPertemuan, perpisahan jatuh cinta, dan patah hari adalah sebauh siklus yang semesta ridak bisa ikut campur terlalu dalam. bertemu dan berpisah adalah siklus manusianya. perihal menetap atau sebaliknya adalah sebuah pilihan. karna tidak semua yang si...