39

11.6K 339 6
                                    

Lima hari telah berlalu, ternyata waktu berjalan secepat itu. Bianca duduk sendirian di sudut kamarnya, lampu malam memantulkan bayang-bayang di dinding. Hatinya terasa berat, dan pikirannya berkecamuk. Memikirkan 2 kekasihnya. satu sisi, King seorang laki-laki dengan masa lalu yang penuh luka, Bianca takut akan menjadi penyebab luka King selanjutnya, meskipun sebenarnya ia sudah menyadari perbuatannya itu melukai. Di sisi lain, Leon seorang laki-laki yang penuh energi dan optimisme, yang tidak pernah ingin ia lepaskan karena Leon. meskipun hubungannya dengan Leon mulai renggang karena Leon yang mulai menjauh.

Bianca memaki dan menyuruhnya menjauh. Apalagi hubungan Bianca dan Leon sekarang mulai membaik. Ia tak bisa menyalahkan bagaimana perbuatan Leon karena ia juga menyadari bagaimana perbuatannya ternyata lebih jahat dari Leon.

Bianca mencintai keduanya dengan cara yang berbeda, dan kenyataan ini membebani pikirannya dengan rasa bersalah dan kebingungan yang mendalam.

Dia menggenggam ponsel di tangannya, membuka galeri foto yang penuh dengan gambar-gambar King dan Leon, Gambar yang ia ambil secara diam-diam. Setiap gambar seakan menyaksikan perbuatannya yang tidak jujur. Setiap kali ia berpikir tentang harus memilih salah satu di antara mereka, hatinya terasa tertusuk.

Bianca sudah tahu masalalu King yang berakhir di hianati oleh pasangannya. Lalu kenapa King membuat Bianca ingin menghianati Leon,?

Dan Leon,? Pacar Bianca, kenapa akhir-akhir ini selalu mengabaikan Bianca, meskipun Bianca tahu keadaan keluarganya tengah kacau. Bianca tidak bisa jika harus di abaikan.

***

Pagi hari telah tiba, Bianca sudah bersiap akan weekend bersama King pagi ini, sebenarnya ada rasa was-was di dalam Bianca jika Dian menanyakan akan kemana hari ini, dan bersama siapa? Bianca tentu bisa berbohong namun tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang nampak mencurigakan.

Bianca mengemasi tas selempang mininya untuk ia isi beberapa barang seperti Liptint, dompet, ponsel dan juga parfum.

Segera Bianca melangkah menuruni tangga untuk mencapai lantai bawah.

"Caca mau kemana,?" Benar saja sudah Bianca tebak Dian akan menanyakan apa yang ia pikirkan.

"Caca mau beli sesuatu sebentar mah, di kota. Ga lama kok, jam satu-an Bianca udah sampai rumah" ijin Bianca merayu Dian dengan bergelanyutan di lengannya.

"Sama siapa,?" Tanya Dian.

"Sendiri" Bianca menaikkan alisnya dengan memasang wajah lugu.

"Ihh, ngapain mukanya kaya gitu, jelek!" Kata Dian menyapu wajah Bianca dengan 5 jarinya, Bianca tersenyum mendongak kemudian meraih telapak tangan Dian untuk ia ajak salim secara paksa.

"Papay mah, Caca duluan" Bergegas Bianca berlari keluar, tak lupa ia menutup pintunya secara perlahan. Di halaman rumahnya Bianca menghela nafas lega karena berhasil mendapat ijin dari Dian.

Bianca segera menghubungi King melalui pesan whatsapp nya dan meminta jemput di halte depan.

Bianca masih berjalan menuju halte, ternyata Bianca sudah melihat King di sana. Bianca tersenyum dan segera naik ke boncengan Leon.

***

Suasana akhir pekan di kota kecil terasa santai. Bianca dan King memutuskan untuk pergi ke pantai, tempat yang mereka suka untuk melepaskan penat. Angin laut yang sejuk dan suara ombak yang bergulung memberikan suasana yang menenangkan. King duduk santai di atas pasir dengan sebatang rokok yang sudah menyala di tangan, sementara Bianca duduk di sampingnya, menikmati pemandangan laut yang luas.

Bianca merasa sedikit lega ketika berada di dekat King. Suasana pantai yang damai membuatnya sedikit merasa lebih nyaman. Dia berusaha untuk mengabaikan kekhawatiran yang menghantui pikirannya dan fokus pada momen yang ada.

King memandang ke arah laut, menghembuskan asap rokoknya dengan perlahan. "lo tau gak, banyak hal yang berubah sejak gue ketemu lo."

Bianca menoleh ke arah King, matanya menunjukkan rasa ingin tahu.

King menatap ke depan, mengisap rokoknya dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Dulu, gue ngerasa hidup gue cuma berputar di tempat. Gue udah ngelewatin banyak kesulitan dan rasa sakit, kadang juga gue ngerasa kayak gue gak bakal keluar dari bayang-bayang masa lalu yang bener-bener berantakan di kepala gue"

Bianca menunduk, merasa hatinya bergetar mendengar kata-kata King.

King melanjutkan, "Tapi pas gue ketemu lo, semuanya jadi beda. Yang gue rasain saat ini, Lo tuh beda dari orang-orang yang pernah gue kenal. Lo punya cara yang unik buat ngatur dunia lo dan dunia orang di sekitar lo termasuk orang yang penting bagi lo terutama gue, bahkan gue sadar cara bicara lo sangat beda meskipun kadang ngeselin."

Bianca memandang King, matanya penuh dengan rasa sayang dan kekaguman. "Mungkin gue yang telat dan gak ngebiarin diri buat kenal orang baru, dimana jangkauan orang-orang yang gue kenal cuma gitu-gitu aja. jadi pas gue kenal lo di masa sekarang, gue ngerasa lo beda dari yang lain."

King tersenyum, menatap Bianca dengan penuh ketulusan. "Lo bikin gue ngerasa ada harapan yang mungkin hilang dalam hidup gue. Seolah Lo bawa cahaya dan warna dalam hidup gue yang suram. Sebenernya agak kesel juga sama lo, karena gue udah terlanjur suka dan nyaman sama warna hitam-putih di hidup gue. Ehh malah lo warnain, tapi bagus sih pewarnaanya not bad. Gue suka" katanya menatap Bianca.

Namun, ekspresi King tiba-tiba berubah menjadi lebih serius. "Tapi, sebenernya ada yang masih gue takutin juga. Gue takut banget kalau hubungan ini berakhir." King menjeda sejenak "Gue ngerasa kalau kali ini gagal, gue bakal merasakan kegagalan-kegagalan lain, entah kegagalan yang udah berlalu atau bahkan kegagalan yang akan datang, yang sama sekali belum jelas ada atau enggak nya"

Bianca terkejut mendengar kekhawatiran King.
"Kenapa Kakak ngomong gitu?"

King menghela napas panjang, tampaknya berat untuk mengungkapkan perasaannya. "Gue udah pernah ngalamin banyak kegagalan. Apapun, bukan cuma tentang Cinta, tapi segalanya. Setiap kali itu terjadi, rasanya hati gue kayak hancur lebur. Dan gue takut banget kalau kali ini lo yang jadi penyebab luka di hati gue. Gue gak mau kembali ke tempat yang penuh rasa sakit itu lagi."

Bianca merasakan beratnya kata-kata King. Dia menggapai tangan King, berusaha memberikan dukungan. "Aku nggak tau kenapa tiba-tiba Kakak ngomong gitu, tapi Caca pastiin hari ini dan kedepannya Caca akan tetap disini,"

Namun, di dalam hati Bianca, rasa khawatir semakin mendalam. Dia tahu betul ketakutan King berakar dari pengalaman buruknya. Tapi Bianca juga memikirkan masalah yang lebih besar, dia punya pacar lain selain King. Khawatir kalau rahasianya terungkap, Bianca merasakan beratnya dilema ini. Bianca tak pernah menyinggung di depan king soal hubungannya dengan Leon. Namun sepertinya yang King tahu hubungan Bianca dan Leon tidak baik-baik saja. Dan di ujung kehancuran.

"Menurut lo, di cerita ini, Gue main lead apa second lead,?" Tanya King tiba-tiba. Bianca merasa hatinya berdebar, berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang.

Bianca menunduk, tidak ingin menjawab. "Kak, 2 minggu lagi aku abis, magangnya"

King menatap Bianca dengan serius. "Iya, gue tau. Gue udah mikir soal itu. Lo bakal balik ke sekolah dan mungkin jadi lebih sulit buat kita ketemu, apalagi kita backstceet"

"Gue gak tau apa yang bakal terjadi setelah lo selesai magang. Gue pengen kita tetap bareng, tapi gue juga ngerti kalau lo punya tanggung jawab dan jalan hidup yang mungkin berbeda, lo harus sekolah lagi biar bisa belajar jadi penulis terkenal seperti yang lo impikan" King mengacak-acak rambut Bianca.

"Aneh banget, mau jadi penulis ngapain sekolah di Smk ngambil jurusan Listrik,?" Heran King.

Mereka berdua duduk dalam keheningan sejenak, masing-masing merenung tentang masa depan.

Ketika mereka meninggalkan pantai, Bianca merasa beban di hatinya semakin berat. Dia tahu menjaga hubungan ini tidak akan mudah, terutama dengan semua rahasia yang harus dia jaga. Tentu saja Jika bisa kabur, tentu saja Bianca akan kabur sekarang juga.

Tbc...

Leon King (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang