13 :: Maaf

983 192 40
                                    

Hari Kamis, hari apes. Hari ini cuma ada satu mata kuliah doang di kampus, tapi jam empat sore nanti bakal ada kajian di UKM. Jisoo pengen bolos, tapi gara-gara pas nonton Ariel Noah dia asal bikin janji, mau nggak mau harus Jisoo tepati.

Jisoo duduk di kursi makan dapur. Mendadak melamun. Dia bingung nanti ngadepin Taeyong bagaimana. Nggak mungkin dia bakal biasa aja ketika melihat wajah lelaki itu, kan? Jisoo malah merasa jadi salah target. Pelurunya harusnya nojos ke Kalisto, kenapa malah nyelip ke terong balado?

Taeyong kelihatan nggak minat pacaran, Jisoo juga keliatan dianggap kayak adik doang. Kalau Jisoo maksain, ini jelas bakal jadi cinta sepihak doang.

Apa cenah sebutannya? Adik kakak zone?

Jisoo menghembuskan napas pelan. Dia tatap tangan kirinya lamat-lamat. Kemarin tangan ini yang dikecup lelaki itu. Tanpa sadar Jisoo mengelus punggung tangan kirinya sendiri pelan-pelan.

"Tanganmu kenapa?"

Pertanyaan dari Mas Adit cuma Jisoo balas, "Nggak kenapa-kenapa."

"Terus kenapa diliatin segitunya, dielus-elus. Alergi? Gatel?"

"Nggak kenapa-kenapa kok, Mas."

"Nggak mungkin. Ada apaan itu di tanganmu? Sini liat."

"Ada cinta di sini. Aku sengaja mandi tangan kiri diangkat biar punggung tanganku yang kiri nggak basah."

Adit mendadak terdiam.

Satu detik.

Dua detik.

Jisoo baru tersadar. "EH, AHAAAA NGGAK, YA! ADUUUU INI TANGANKU GATAL SEKALIIIII!" katanya jadi heboh sendiri, menggaruk-garuk tangan lalu berdiri hendak kabur tetapi Adit menjewer kerah bajunya dari belakang membuat Jisoo memejamkan mata sambil mengulum bibir. Sial. Mulut Jisoo kenapa tadi malah ember bocor, sih? Untung Ceye nggak dengar, kalau sampai orang itu dengar Jisoo langsung diroasting habis-habisan.

"Anuu ..." Pelan-pelan kepala Jisoo menoleh ke belakang, menatap Mas Adit sok polos ketika sorot lelaki itu melayang tenang. "Apaan, nih? Kok aku dijewer bajunya?"

Mas Adit kelihatan menghela napas. "Makan. Kalau telat makan asam lambungmu kumat lagi."

"Ah, oh, ya." Jisoo menyahut canggung ketika Mas Adit melepas cengkeramannya. Kali ini Jisoo duduk lagi, nggak berkutik pas sepiring nasi dan ayam goreng Mas Adit taruh di depan dia. Air putih dikasih dua gelas, lalu lelaki itu naruh seplastik obat yang biasa Jisoo konsumsi.

Ini pemaksaan.

Tapi ayamnya tetep Jisoo comot dan makan.

Jisoo makan dalam diam. Gadis itu jadi merhatiin kakak lelakinya yang duduk di depan dia, sibuk dengan ponselnya sendiri. Aneh. Tumben kali Mas Adit nggak rewel nanya-nanya soal tadi. Biasanya langsung diinterogasi seolah Jisoo habis ketahuan maling. Ini orang otaknya kepental, kah? Atau efek habis masak makanya dia nggak ada tenaga buat tanya-tanya, kah?

Horror rasanya kalau Mas Adit yang galak soal lelaki yang deket sama Jisoo mendadak berubah kalem kayak kungkang gini.

"Kenapa kamu lihatin aku segitunya?" tanya Mas Adit kalem, tetap fokus pada ponselnya membuat Jisoo langsung mengunyah ayamnya lagi dengan cepat.

"Kepo."

"Ditanya orang tua malah gitu." Mas Adit kali ini menaruh ponsel ke atas meja. Lelaki berkemeja putih itu menumpu dagu, pun dengan irisnya natap Jisoo intens nggak berkedip. "Kenapa?"

Jisoo yang dilihatin begitu langsung menciut. "Nda. Aku cuma mau bilang makasih udah masakin aku."

"Kamu kan tiap hari memang selalu Mas masakin?" Mas Adit kelihatan kayak mau ngajak debat, Jisoo jadi nahan decakan dibuatnya. "Abis pegangan tangan sama siapa?"

Eksternal | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang