16 :: Bebal

894 175 30
                                    

"Jadi kenapa tiba-tiba Anda ini ngajak saya ketemu?" Jisoo mendadak mengubah cara bicaranya. Dia duduk berdua berhadapan dengan lelaki yang sering menyeretnya ke sekretariat. Kedua tangan cungkringnya memegang segelas jus buah naga, menjadikan gelas itu pelampiasan rasa gugup karena si lelaki menatapnya sambil mengukir senyuman, senyuman tak jelas.

"Nggak tahu, ya, pengen ketemu aja."

"Kak, baru dapet uang jajan dari mamakmu, kah? Senyumnya ngeri," kata Jisoo sarkastik, sukses membuat Taeyong terkekeh kecil.

"Gue gabut, dan lo teman gabut gue. Kita ngegabut bareng aja sebelum besok berangkat ke villa."

Enteng banget mulutnya.

Jisoo bukannya gimana-gimana, ya. Ini si Taeyong subuh-subuh udah ngespam chat katanya jam sepuluh mau jemput bahas hal penting, Jisoo kira urusan UKM taunya lelaki ini cuma gabut?

Jisoo pagi-pagi buta langsung mandi dan maskeran, ngebongkar isi lemari sampai Ceye tercengang lihat kelakuannya walau lelaki itu jadi ngebantuin nyari baju yang bagus, Ceye juga yang ngeberesin kekacauan di kamar Jisoo. Emang hebat si Ceye, kalau merasa bersalah sama Jisoo sifatnya jadi baik bener.

Padahal Jisoo udah ngasih tahu dugaan Taeyong ngajak ketemu tuh mau bahas raker, tapi Ceye mendadak bawel milihin baju sampe ngatur gaya rambut mana yang cocok buat hari ini.

Yah, Jisoo berterima kasih buat itu, sih. Sekarang dia tampil cantik tapi nggak hedon. Make up Jisoo juga kelewat tipis, digembor Ceye nggak usah menor-menor karena katanya Jisoo udah cantik walau ga dandan. Jisoo cuma ngangguk aja, senang pagi-pagi dipuji kakaknya.

Tapi tetep aja, kelakuan senewen Taeyong agak membuatnya kesal. Nggak jujur.

"Maaf, deh. Beneran pengen liat muka lo aja," kata Taeyong tiba-tiba, mengalun tenang suaranya membuat Jisoo jadi menatap lelaki itu lagi. "Maybe ... hmmm kangen?"

Jisoo melotot.

Tapi dia langsung stay cool. Minuman jus itu dia tenggak sesaat lalu menyahut ringan, "Kan sering ketemu etdah kangen apaan."

Taeyong menaruh siku ke atas meja, kemudian menumpu dagu sambil mengukir sunggingan kecil. Mata gelapnya menatap Jisoo lurus, memperhatikan iris cokelat si perempuan yang kelewat jernih.

"Iya, ya." Taeyong terkekeh pelan, "tipe ideal lo kayak gimana?"

Jisoo kali ini menyedot jus buah naga sambil memalingkan wajah.

Si Taeyong kerasukan.

Jisoo sampai kalah tatap tatapan sama lelaki itu.

"Kalau orang nanya itu dijawab, heh."

Jisoo mengerucutkan bibir mendengar teguran itu. Dia pengen minta maaf sama Kalisto karena saran stay cool dari lelaki itu sekarang gagal total. Jisoo malah merasa panik, jantungnya deg-degan nggak keruan. Taeyong nanya gitu sambil lihatin nggak ngedip dan seolah nunggu jawaban dia, apalagi Taeyong adalah lelaki yang Jisoo taksir. Gimana nggak ambyar pas ditanya soal tipe lelaki? Jisoo jadi makin kegeeran.

Sambil merapikan rambut ke sisi telinga, Jisoo menjawab tanpa menoleh pada lawan bicara, "Yang ganteng, loyal, dia ngerti aku dan aku ngerti dia, mapan, kalau berantem nggak silent treatment."

Nggak ada jawaban dari Taeyong. Jisoo jadi bingung sendiri. Mau noleh tapi muka Jisoo pasti merah padam, dia juga nggak berani lihat mata lelaki itu. Tapi kok lelaki ini diem aja?

Apa tipe ideal Jisoo kemusuhan sama sifat Taeyong makanya lelaki itu jadi kesinggung?

"Hmm susah nyarinya. Tapi ada satu orang yang begitu," kata Taeyong akhirnya, bikin Jisoo berkedip dua kali berusaha mencerna.

Eksternal | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang