23 :: Kiss

919 130 10
                                    

Aku publish ulang karena tadi sempat error. Selamat malam.







"Lo istirahat aja, nanti sisanya gue yang lanjutin."

Jisoo mencebik mendengar perkataan itu. Dia melirik jam di dinding, sudah pukul setengah delapan malam. Mata cokelatnya jadi mengedar ke sekitar, memandangi buku-buku yang berserakan di lantai yang separuhnya sudah dia dan Taeyong rapikan ke dalam kardus.

"Bibi udah masakin lo di bawah, makan dulu sana, gih."

Jisoo merapatkan bibir.

"Kita baru jadian dua hari," kata Jisoo, menghela napas membuat Taeyong yang sibuk memilah buku jadi menoleh padanya. Gadis itu jadi tidur terlentang, kakinya naik ke atas dus, sedangkan tangan kanannya yang bebas mencubit salah satu buku anak di sampingnya sambil merengut. "Kenapa jadi sibuk ngurusin ukmnya si Gian bukan ngedate."

"Ini proker kita, neng."

"Lebih penting aku atau proker?"

"Lo."

"Boong." Jisoo merangkak, mendekat pada Taeyong lalu menaruh kepalanya di atas paha lelaki ini. Dia diam saja ketika tangan Taeyong mengelus pipinya lembut. "Sortir buku dari pagi tidak selesai."

"Besok kita udah langsung rapat soalnya, nggak sempat. Maaf." Ibu jari Taeyong mengelus dagu Jisoo sesaat. Tatapannya menyorot tenang, bibirnya mengukir senyuman tipis saat Jisoo justru makin suntuk. "Ayo gue antar pulang. Capek, kan?"

Lagi-lagi Jisoo cuma menghela napas. Dia kali ini menggelinding menjauhi Taeyong, langsung waspada saat ibu jari Taeyong yang tadinya mengelus dagu malah pindah ke ujung bibir.

Sambil tidur terlentang setelah menerjang buku-buku di sekitarnya, Jisoo menjawab, "Nanti aja, ah. Ceye mau jemput."

"Ya udah. Makan aja mendingan."

Si Taeyong nya langsung sibuk memilah buku lagi. Jisoo memperhatikan dalan diam. Mereka memang lagi bersiap untuk salah satu program di divisi eksternal, program literasi di beberapa panti. Jadi, mereka mulai menyiapkan keperluannya dari sekarang. Hal yang terpenting adalah buku.

Jisoo kira ini buku dapat minjem dari orang, tapi kata Taeyong ini buku-buku dia sama Giselle dari kecil. Yah, bagus, memang. Namun, jumlahnya lebih banyak dari yang Jisoo kira. Mereka bahkan belum menyortir buku dari perpusda karena suratnya baru selesai disposisi.

"Jangan cemberut. Bibir lo jelek," celetuk Taeyong membuat Jisoo mendelik.

"Diem, deh!"

"Ya udah, ayo jalan." Taeyong berdiri, memilih mengalah. Kali ini kedua kakinya melangkah mendekati si perempuan. "Tapi besok bantu ke sini lagi, ya. Ke rumah gue."

Kedua pipi Jisoo mengembung sesaat. "Oke," sahutnya sembari mengangkat kedua tangan ke arah Taeyong, "mau bangun."

"Bocah." Taeyong menyambut uluran tangan gadis ini, dia langsung menariknya sampai membuat Jisoo berdiri tegap. Setelahnya ia berjalan lebih dahulu menuju meja kerja di perpustakaan kecil ini, mengambil kunci mobil dan dompet yang tergeletak di sana.

Taeyong sudah menyuruh anak ini datang dari pagi, wajar kalau gadis ini merasa jenuh. Apa yang harus Taeyong lakukan, ya? Mood kekasihnya tampak suntuk, padahal dia sudah menyuruh art memasak, tetapi Jisoo tidak tergiur sama sekali.

Manik gelap Taeyong melirik Jisoo menggunakan ekor mata ketika gadis itu berdiri di sampingnya. Gadis itu tampak mengambil pouch dalam slingbag, mengeluarkan lipstik, lalu mulai mengoleskan perona bibir itu perlahan.

Eksternal | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang