25 :: Obsessed

785 127 22
                                    

 Si Kalisto itu keparat sinting.

Taeyong jengah melihat wajah temannya itu walau hanya sekelebat melewat jauh di depannya. Sudah tahu Jisoo itu pacarnya, kenapa Kalisto malah bertingkah seperti itu? Bukannya Taeyong dimabuk kesal tanpa alasan, masalahnya Kalisto watados dan seolah tidak melakukan kesalahan apapun.

Sial.

Kejadian di panti itu sudah lewat satu tahun setengah, tetapi Taeyong selalu teringat. Dia memang tidak bicara apapun pada Jisoo, tidak mengeluhkan apa yang sebenarnya hatinya rasakan. Dia berusaha tidak ambekan dan kekanakan, tapi orang-orang di sekitar Jisoo mulai menjengkelkan.

Apalagi Taeyong tidak bisa melihat langsung apa yang terjadi pada Jisoo di sana karena Taeyong sedang studi sekalian magang di luar negeri.

Ya. Singkatnya, Taeyong sekarang sedang LDR-an.

Taeyong ingat betul dulu dia paling ogah pacaran jarak jauh, sulit berkomitmen lah ini lah itu lah. Namun, keadaannya sekarang terpaksa membuatnya mengkhianati ucapannya sendiri. Taeyong tidak mau putus hubungan hanya karena dia sedang berada di luar negeri. Tiga atau empat bulan sekali Taeyong akan pulang, kalau terlampau sibuk dia bisa mendekam di negeri orang selama separuh tahun tanpa balik kampung.

Ini semakin menyebalkan.

Sampai saat ini dia dan Jisoo belum memiliki masalah apapun. Mereka dalam satu hari bisa melakukan video call empat kali, sisanya telepon atau chat saja—tentu Taeyong yang ngebet nelepon duluan. Panggilannya diterima oleh Jisoo dia bersyukur, kalau ditolak ya tantrum diam-diam.

"Kak, ada yang confess ke aku waktu aku datang ke acara party Kak Hanbin."

Taeyong yang duduk di balkon mengangkat alis. Ucapan di seberang sana membuatnya menghela napas. Lagi-lagi pernyataan cinta. Sebanyak apa laki-laki yang terpikat pada pacarnya?

Taeyong berusaha terlihat tenang. Mata gelapnya memandang wajah Jisoo yang terpampang di layar tablet. "Hmm, siapa? Kalisto?"

Dendam. Taeyong masih dendam pada cowok itu.

"Bukan, ih! Nggak tahu siapa, anak kelas sebelah. Dia suka aku dari maba, tapi aku ndak kenal dia sama sekali, ya aku tolak lah. Aku jahat ndak, sih?"

Taeyong langsung menggeleng. "Nggak. Lo udah bener. Tolak semua langsung depan mata. Dan kayaknya lo harus sering-sering ngepost foto gue."

"Males, ih. Aku jarang pegang medsos juga sekarang."

Taeyong menarik napas sesaat. Dia nyaris membuka mulut, tetapi urung ketika dia menyadari Jisoo baru saja ganti warna rambut, mahogany. Rambut panjang gadis itu agak bervolume, potongan rambutnya wolfcut—sial, Taeyong baru sadar. Gadis ini baru saja rombak style rambut?

Taeyong menekukkan alis.

Kenapa tidak bilang-bilang ..

"Kak, kok diem? Lagi bete?"

Taeyong menggeleng.

Balikin rambut lurus lo, bocah. Lo malah jadi lebih nyentrik narik laki-laki serangga, batin Taeyong sudah sibuk sendiri. Dia memalingkan wajah. Kalau Jisoo ganti gaya rambut begini, si Kalisto dikasih tahu nggak, ya? Jisoo kalau curhat lebih seneng sama Kalisto, padahal Taeyong kan juga mau digituin. Biar semua tentang gadis itu hanya Taeyong yang tahu, Taeyong yang mengerti, Taeyong yang—

Eksternal | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang