14 :: Akting

919 178 18
                                    

Halooo long time no see yaa














"Udah beres, kan?"

Gian diam saja ketika Taeyong berkata demikian, mengalun tenang suara rekannya itu sampai membuat Teresa yang duduk di sampingnya jadi memalingkan wajah. Yah. Masalahnya memang sudah selesai. Respons Jisoo juga di luar dugaan.

Namun, kenapa Taeyong yang seharusnya sudah pulang malah putar balik ke kelas kosong ini?

Gian tahu sejak dia mengcut-off Jisoo, Taeyong mulai mengisi kehidupan gadis yang pernah Gian berikan rasa itu. Awalnya Gian hanya menganggap bahwa Taeyong simpati saja. Namun, lama kelamaan, entah kenapa Gian sadar bahwa Jisoo dan Taeyong mulai lebih dekat dari dugaannya.

Gian tidak mempermasalahkan.

Berkat Taeyong juga Teresa mau diajak berbicara dan bahkan meminta maaf dengan tulus pada Jisoo.

Orang ini, yang berdiri di depannya ...

Gian menatap mata Taeyong kalem.

Orang yang duduk di depannya adalah penguasa para bidak.

Gian menghela napas. "Udah beres. Sisanya ada yang mau gue obrolin sama Teresa. Kenapa lo balik lagi?"

Lelaki berjaket levis biru itu menoleh pada Teresa sesaat. Menatap kekasih Gian itu lamat, seakan sedang memindai sehingga Teresa dibuat menelan ludah dan merapat pada Gian, takut diberi perkataan yang menusuk nuraninya lagi. Gadis jangkung berkaus putih itu bersembunyi di balik punggung tegap kekasihnya. Kalau ditanya orang asing mana yang paling Teresa takuti, maka Taeyong adalah jawabannya.

Gian mengerutkan dahi. "Kenapa lo liatin cewek gue segitunya?"

Taeyong mengulas senyuman kecil, tak menggubris Gian lalu malah bertanya, "Sa, Verdi masih sering berkabar sama lo?"

"Verdi sepupu gue, ya, lo jangan bikin salah paham!" kata Teresa salah tangkap maksud, memeluk lengan Gian erat, memberanikan diri mencoba memelototi Taeyong di balik punggung tegap sang pacar tetapi jadi ciut ketika Taeyong memasang ekspresi datar.

Taeyong mengetukkan jari telunjuk ke atas meja. "Lo pernah ceritain Jisoo ke dia, kan?"

Manik hitam Teresa melebar. "O-oh, yaudah sih maafin, gue juga butuh tempat curhat!"

Taeyong terdiam sesaat mendengar sahutan mencicit agak ngotot itu, memang pada dasarnya Teresa sumbu pendek dan mudah meledak.

Helaan napas Taeyong terdengar. "Lo harus janji nggak akan ngomongin Jisoo lagi ke Verdi." Kaki Taeyong melangkah tenang mendekat pada Teresa. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, sedangkan tubuhnya kini membungkuk, mencoba mengintimidasi Teresa dengan sorotnya memandang dingin. "Gara-gara sepupu lo itu, urusan gue sama Jisoo berantakkan. Sekali lagi dia begitu, gue jeblosin beneran ke penjara."

"Udahlah, Yong."

Taeyong hanya diam saja ketika Gian mendorongnya mundur. Wajar saja Gian bertingkah demikian, tubuh Teresa sampai gemetar seperti itu.

Pandangan Taeyong dan Gian beradu. Melihat lelaki itu yang menatap Taeyong tak suka, Taeyong mengulas senyuman ramah lalu meminta maaf sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka.

Agak menjengkelkan.

Kaki Taeyong merajut langkah menuju parkiran, tempat Jisoo menunggunya sekarang. Dia sudah berjanji tidak akan pergi lama-lama, jangan sampai anak itu pundung lagi berakhir ogah mengikuti kegiatan UKM.

Omong-omong soal Jisoo, sebenarnya Taeyong paling tidak suka kalau anak asuhnya diganggu seperti kemarin. Setelah ini Verdi tidak mungkin tinggal diam. Gara-gara Teresa, karena Teresa, karena ocehan tidak berguna perempuan ber-IQ jongkok dan cemburuan seperti Teresa, Jisoo akan terus diincar.

Eksternal | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang