22A

1K 48 0
                                    

Pagi harinya, Hadi langsung menyuruh Kiara untuk melakukan tastpack. Kiara yang mendapat perintah aneh tersebut, menatap Hadi dengan bingung.

"Kenapa aku harus pake tastpack? Lagian, kapan kamu belinya? Kamu udah nggak sabar pengen punya baby, ya?" tanya Kiara.

Hadi meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe ... habisnya akhir-akhir ini kamu sering marah-marah. Nggak biasanya kamu emosian gitu. Jadi aku pikir itu bawaan bayi," ujarnya dengan hati-hati. Ia takut kata-katanya akan menyulut emosi istrinya.

Kiara mengambil tastpack yang ada di genggaman suaminya. Perempuan itu masuk ke kamar mandi tidak mengatakan apa-apa, sehingga itu membuat Hadi menjadi cemas. Jangan-jangan, istrinya itu tersinggung.

Tapi kecemasan Hadi tidak berlangsung lama, karena tak lama muncul Kiara dari dalam kamar mandi dengan senyum lebar.

"Gimana, Sayang? Apa hasilnya?" tanya Hadi tidak sabaran.

"Sabar dong, Ombe. Aku nggak tau cara pakainya. Tolong cariin di internet gimana cara pakai tastpack," kata Kiara dan langsung di-angguki oleh Hadi.

Hadi langsung mencari tutorial memakai tastpack di internet. Dan kemudian ia memberikannya pada Kiara. Setelah Kiara mempelajarinya sebentar, perempuan itu lantas kembali lagi ke kamar mandi.

Tak lama Kiara keluar dari kamar mandi, dan ia langsung diberondong pertanyaan oleh Hadi.

"Gimana, Sayang? Apa hasilnya? Tastpack-nya nggak rusak, kan?"

"Sabar dong, Ombe. Semua itu butuh proses. Menjelang nunggu hasilnya, mending kita shalat subuh dulu. Sebentar lagi adzan," ujar Kiara dan di-angguki oleh Hadi.

Tepat saat mereka selesai mengambil air wudhu, adzan subuh berkumandang. Setelah selesai adzan, mereka pun langsung shalat berjamaah.

🌿🌿🌿

Hadi menatap lesu pada semua tastpack yang ada. Semua hasilnya negatif. Ia sudah sangat ingin mempunyai momongan, tapi sepertinya sang maha kuasa belum Mengabulkan keinginannya saat ini.

Tenang, Hadi. Sabar. Semua akan indah pada waktunya, ujar Hadi dalam hati.

Kiara yang melihat wajah lesu suaminya, menjadi ikutan lesu. Sebenarnya ia juga ingin segera mempunyai momongan. Tapi mau bagaimana lagi, kalau Allah belum memberinya, ia hanya bisa berdo'a dan berusaha saja.

"Ombe, kamu baik-baik aja?" tanya Kiara ragu.

Hadi langsung merubah raut wajahnya menjadi ceria. Ia tidak mau membebani istrinya dengan pikiran yang tidak-tidak.

"Aku jelas baik-baik saja, Sayang. Oh, iya. Soal honeymoon kita, gimana kalau kita ke Bali, Jogja dan Pulau komodo aja? Setelah aku periksa keuangan, tabunganku terlalu menipis untuk naik gunung pake helikopter. Sebenarnya kalau dipaksakan cukup, tapi dana darurat jadi nggak ada." Hadi mengalihkan topik pembicaraan.

Kiara mengangguk paham. Ia kemana saja asalkan bersama suaminya, pasti mau mau saja. Kalau dipikir-pikir lucu juga, dulunya ia sangat tidak menyukai suaminya itu. Tapi sekarang ia jadi sangat bucin. Mudah sekali hati untuk berbolak-balik.

"Kemana aja asalkan sama kamu aku mau," gumam Kiara seraya merebahkan kepalanya di pangkuan Hadi.

Hadi yang tengah duduk bersila di atas kasur, mengusap rambut istrinya dengan sayang. "Kalau aku ke neraka, kamu mau ikut juga, Sayang?" tanyanya.

Kiara berdecak pelan. Perempuan itu mencubit kaki Hadi cukup kuat, dan hal itu membuat Hadi mengaduh kesakitan.

"Aduh, Sayang! Kamu tega banget, deh. Sakit, tauk," omel Hadi seraya mengusap-ngusap kakinya yang dicubit oleh Kiara.

"Makanya lain kali jangan suka ngomong sembarangan. Aku nggak suka."

"Iya, iya. Maaf."

🌿🌿🌿

Bosen mesra-mesraan mulu? Mau konflik? Tunggu aja, ya. Hehe. ✌️

Terpaksa Menikahi Om-om (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang