33A

680 31 0
                                    

Hari ini rencana Kiara tidak bisa berjalan, karena tetangga mereka meninggal dunia. Lebih tepatnya, yang meninggal adalah ayah Laila.

Walaupun Kiara tidak suka pada Laila, tapi ia tidak membenci keluarga perempuan itu. Ia datang ke rumah duka untuk memberikan bela sungkawa dan membantu untuk acara yasinan nanti malam.

Acara pemakaman sedang berlangsung, dan saat ini Hadi dan beberapa orang lainnya sedang berada di makam untuk proses pemakaman. Sedangkan Kiara tetap tinggal di rumah duka untuk mambantu-bantu di rumah duka bersama beberapa orang lainnya.

Di dalam kamar yang berdinding triplek tipis, suara tangis Laila terdengar sampai ke luar. Kiara yang mendengar itu, menjadi terenyuh. Ia tidak tega melihat Laila yang sedang sedih.

Dengan inisiatifnya sendiri, Kiara menuju kamar Laila, berniat untuk menghibur perempuan itu. Akan tetapi ternyata pintunya dikunci.

"Pintunya dikunci, Ki. Dari tadi malam Laila ngurung diri di kamar, cuma keluar ke kamar mandi aja," beritahu Leha-- bibi Laila.

Kiara mengangguk paham. Walaupun ia belum pernah merasakan di posisi Laila, tapi ia bisa membayangkan bagaimana sedihnya ditinggal orang yang dicintai.

Ayah Laila meninggal tadi malam pukul sebelas, di rumah sakit umum daerah. Penyebab meninggalnya adalah serangan jantung. Dan baru dibawa pulang ke rumah pukul enam pagi. Dan sekarang, sudah pukul satu siang.

Pemakaman ditunda beberapa jam karena menunggu Kakak Laila yang merantau ke Kabupaten Tebo. Jarak dari Kabupaten Tebo ke Kabupaten Muara Bulian tempat mereka tinggal cukup jauh.

Saat Kiara hendak beranjak dari sana, pintu kamar Laila terbuka. Laila dan Kiara bertatapan beberapa detik. Wajah Laila sangat bengkak dan merah. Melihat itu, Kiara kehilangan kata-kata. Kiara baru tersadar saat Laila sudah hilang di balik dinding kamar mandi.

Melihat Laila yang sedih seperti itu, perasaan cemburu dan marah yang biasanya meluap-luap menjadi hilang seketika.

"Kiara, boleh tolong Bibi. Tolong bantu kupas wortel," kata Lega dari arah dapur.

"Oh ... iya, Bi," sahut Kiara. Dengan segera ia menuju dapur.

Ia membantu Ibu-ibu yang ada di sana untuk memasak nasi berkat. Kiara tidak tahu, siapa yang membeli bahan-bahan masakan dan kapan bahan-bahan tersebut dibeli. Tahu-menahu bahan-bahan sudah lengkap di dapur.

Di dapur, Kiara bertemu Desi. Ibunya itu tengah membuat bumbu halus untuk memasak bihun. Kiara hanya bisa menyabarkan dirinya sendiri saat ibunya dan beberapa ibu lain menggosipkan tetangga mereka.

"Si Diana itu kayaknya hamil di luar nikah. Baru tujuh bulan nikah kok sudah melahirkan," celoteh Desi.

"Bener, Des. Aku juga curiga kayak gitu. Kalau aku punya anak hamil di luar nikah, udah kuusir dia dari hidupku. Malu-maluin keluarga aja," sahut ibu lainnya dengan sinis.

"Sama lah. Aku juga gitu. Untung aja Kiara nggak hamil di luar nikah. Kalau dia hamil di luar nikah, nggak akan kuanggap anak lagi dianya," kata Desi sambil melirik Kiara yang tengah mengupas wortel.

Kiara ingin pergi dari sana, ia benar-benar tidak kuat. Apa mereka tidak bisa paham kondisi? Pasalnya sekarang ini mereka tengah berada di rumah duka, loh. Tapi mereka dengan antusiasnya bergosip.

Dan sialnya, saat ini Kiara tidak membawa earphone, sehingga ia tidak bisa menyumpal telinganya. Ia hanya bisa berharap, ada seseorang yang menyelamatkannya dari sana.

Terpaksa Menikahi Om-om (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang