23B

911 40 1
                                    

"Ya nggak bisa dong, Sayang. Kalau kita pindah dari sini, gimana sama bisnis aku?" jawab Hadi dengan nada rendah.

Kiara mendengus pelan. "Bilang aja nggak mau pergi dari sini karena nggak mau jauh-jauh dari Laila," omelnya sambil membolak-balik masakannya di teflon.

Hadi yang mendengar itu, menghembuskan nafas berat. Ia memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya yang berdenyut. Istrinya itu benar-benar menyebalkan. Cemburu berlebihan.

Untunglah Hadi orangnya sabar, sehingga ia tidak tersulut emosi. Jika Hadi orangnya mudah tersinggung dan marah, pasti di rumah tersebut sudah terjadi perang dunia ketiga.

Hadi memang tidak suka dengan Kiara yang dulu, Kiara yang tidak menyukainya. Tapi Kiara yang terlalu cemburuan seperti sekarang sebenarnya tidak ia sukai juga. Ia menginginkan Kiara yang biasa saja, tidak bersikap terlalu berlebihan.

Tapi ... Hadi si suami takut istri hanya bisa pasrah saja saat mendapatkan perlakuan menyebalkan dari istrinya itu. Ia takut mencari gara-gara dengan makhluk berstatus sebagai istri, terlalu beresiko.

🌿🌿🌿

Sepulang dari rumah Hadi, Laila tidak langsung kembali ke rumah produksi. Perempuan itu memutuskan untuk mampir sebentar ke danau yang tak jauh dari rumah produksi.

Danau tersebut tidak luas, namun sangat indah. Tentunya ... sangat nyaman jika dijadikan tempat menyendiri karena letaknya yang cukup jauh dari rumah penduduk. Hanya ada pohon sawit di sekeliling danau tersebut. Lebih jelasnya, danau tersebut terletak di kebun sawit milik Hadi.

Laila duduk di tepi danau. Ia duduk di sebuah kayu lebar berukuran sedang. Mata perempuan itu menatap lurus ke dasar danau yang jernih.

"Aku mau move on, tapi susah banget," lirihnya.

Suasana danau tersebut sangat sepi. Hanya ada suara burung-burung berkicau di kejauhan. Tapi Laila tidak takut berada di sana sendirian karena sebelumnya ia sudah sering melakukan hal seperti itu. Dan selama ini selalu aman.

"Ehem!"

Laila menoleh kaget saat mendengar suara deheman dari belakang. Perempuan itu meringis saat mendapati Robbi-- mantan pacarnya berdiri tepat dibelakangnya.

"Boleh duduk?" tanya Robbi dan di-angguki oleh Laila.

Robbi lantas duduk di sebelah Laila. Laki-laki itu menatap Laila lekat-lekat. Ia tengah menilai mantan pacar semasa SMK-nya itu.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Laila tanpa menoleh ke arah Robbi.

"Nggak ada. Cuma pingin patroli aja, siapa tau ada hewan yang ganggu buah sawit," jawab Robbi santai.

Robbi adalah karyawan Hadi di kebun sawit. Robbi sendiri sudah menjadi orang kepercayaan Hadi di kebun sawit karena kinerjanya sangat bagus.

"Kamu sendiri ngapain ke sini? Kalau aku boleh nebak, pasti kamu lagi galau."

"Sok tau," ujar Laila dengan bersungut-sungut karena tak terima.

Robbi hanya terkekeh saja. Ia sudah hafal betul dengan kebiasaan Laila. Kalau sedang galau, perempuan itu lebih senang menyendiri.

Ketenangan Laila menjadi terusik akibat kedatangan Robbi, perempuan itu pun memutuskan untuk kembali ke rumah produksi. Meninggalkan Robbi sendirian duduk di danau tersebut.

Robbi menatap punggung Laila yang hilang di balik pohon-pohon sawit. Kalau boleh jujur, hingga saat ini Robbi masih menyukai Laila. Hanya saja ia sadar, Laila sudah tidak mencintainya lagi. Jadi ... ia harus realistis dan move on.

Dulunya mereka putus secara baik-baik. Sehingga sampai sekarang pun mereka masih bertegur sapa dengan baik pula.

Robbi menghembuskan nafas berat. Laki-laki itu lantas bergegas juga untuk pergi dari danau tersebut. Sudah tidak ada Laila, danau tersebut sudah tidak lagi istimewa.

🌿🌿🌿

Terpaksa Menikahi Om-om (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang