5B

1.6K 69 0
                                    

Pukul lima pagi Kiara sudah bangun. Entah mengapa hari ini tidurnya sangat nyenyak sekali. Pagi ini juga ia sangat bersemangat untuk menjalani hari.

Kiara menuju dapur untuk membuat sarapan. Ia membuka lemari pendingin. Ada bahan masakan lengkap di dalam sana.

"Masak apa, ya?" Kiara mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. Pandangan mata Kiara tak sengaja tertuju pada tiga buah jagung.

"Bubur Manado! Ya, aku pingin bubur Manado!" serunya antusias.

Dengan cekatan, Kiara lalu menyiapkan semua bahan untuk memasak. Di rumah orang tuanya dulu, Kiara seiring sekali memasak.

Malahan, hampir setiap hari yang memasak untuk keluarga adalah Kiara. Desi hanya akan masak jika Kiara tidak ada di rumah.

Tak terasa waktu terus berlalu, sudah satu jam lamanya Kiara berkutat di dapur. Dan sekarang masakannya sudah selesai.

Karena perutnya sudah sangat lapar, langsung saja Kiara menyantap masakannya itu.

Seperti biasa. Bubur Manado memang jagoan di lidah Kiara. Rasanya tidak pernah mengecewakan.

"Pagi, Ki," sapa Hadi yang baru saja muncul di dapur. "Kamu masak?" tanyanya seraya mengambil air minum di dispenser.

"Iya," jawab Kiara tanpa minat.

Hadi hanya mengangguk saja sambil menatap istrinya itu.

"Ngapain liat-liat?!" tanya Kiara dengan sinis. Ia tidak nyaman dilihat seperti itu.

"Cantik."

"Aku memang cantik sejak lahir," jawab Kiara sambil mencuci piring bekas makannya karena ia telah selesai makan.

"Ya, aku tau itu. Ngomong-ngomong, kamu udah shalat subuh?" tanya Hadi seraya duduk di kursi minibar.

"Bukan urusan kamu!" jawab Kiara ketus. Ia lalu naik ke lantai atas menuju sarang kebesarannya.

Hadi menghembuskan nafas pelan-pelan saat melihat Kiara berlalu dari hadapannya. Ia akan terus berusaha untuk mendapatkan hati istrinya itu.

🌿🌿🌿

"Kalian serasi," kata Nani sambil tersenyum lebar menatap Kiara dan Hadi.

Hadi dan Kiara hanya tersenyum saja. Tentunya Kiara tersenyum kaku dan Hadi tersenyum tulus.

"Ibu maksa ngajak aku ke sini buat liat kalian. Katanya kangen," ujar Lisa. Lisa adalah adik dari Hadi.

"Kalau kangen bilang aja, Bu. Biar Hadi dan Kia yang dateng ke sana," kata Hadi sambil merangkul pundak Kiara.

Kiara menggeram kesal dalam hati. Kalau disini hanya ada mereka berdua, sudah pasti Kiara akan memakai-maki Hadi. Seenaknya saja rangkul-rangkul.

"Biar Ibu aja yang ke sini. Sekalian jalan-jalan," kata Nani tanpa beban.

Mereka berempat sedang duduk lesehan di ruang tv yang ada di rumah Hadi dan Kiara. Lisa tidak membawa serta anaknya, karena mereka sedang sekolah.

Rumah mereka masih terletak di desa yang sama. Awalnya Hadi ingin membeli rumah di kota, tapi karena usahanya ada di desa, ia memutuskan untuk tinggal di desa saja.

Selain memiliki perusahaan UMKM, Hadi juga memiliki dua hektar tanah yang ditanami pisang dan ubi kayu. Dan ada juga kebun sawit warisan dari orang tuanya.

Walaupun ada karyawan yang bisa diandalkan, tapi Hadi harus tetap tinggal di desa untuk memantau kebun dan usahanya.

"Kamu masak apa, Nak? Ibu kok jadi laper," kata Nani to the point.

"Bubur Manado, Bu. Kiara yang masak. Rasanya enak. Ayo kalau Ibu mau," ajak Hadi pada sang ibu.

"Aku nggak diajak, Bang?" Lisa menatap kakaknya.

"Ayo sini! Ambil sendiri," jawab Hadi sambil berjalan menuju dapur.

Ibu mertua dan adik ipar Kiara itu langsung menyicipi masakan Kiara. Mereka memuji kalau masakan Kiara enak. Bahkan mereka menghabiskan semuanya karena suka.

Kiara menghembuskan nafas lega. Suatu keberuntungan hari ini ia bangun pagi dan bisa memasak. Dan yang paling melegakan, masakannya disukai.

"Kalian mau promil anak kembar, nggak? Kayak Natya dan Natan," tanya Lisa sambil memindai pandang dari Hadi ke Kiara.

Natya dan Natan adalah anak kembar Lisa yang sekarang duduk di bangku kelas satu SMP. Sedangkan Vicky, anak Lisa satu lagi, sekarang duduk di bangku kelas lima SD.

🌿🌿🌿

Hehe ... promil anak kembar, ya? Gimana bisa hamil? Kianya aja begitu. Wkwkwk 😂

Semoga hari kalian menyenangkan.
Luv,

Lily

Terpaksa Menikahi Om-om (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang