Ruang hampa kelam tak bersekat menjadi tempat jiwa yang memaksa lepas dari raganya. Suasana dingin nan begitu mencekam dengan ucapan bak bisikan, pelan namun terdengar dengan jelas.
"Pada perjanjian pra-kematian jiwamu belum bisa pulang, saat ini bukan waktunya."
Eksistensi dari suara tanpa wujud membuat pemuda yang sejak tadi diam harus menajamkan rungunya.
"Jiwa-jiwa yang meninggal karena putus asa akan dikembalikan pada dimensi lain untuk mendapatkan kesempatan hidup kedua." Lanjut suara tanpa wujud itu.
Jiwa putus asa milik pemuda bernama Arrant ingin berteriak menolak untuk dihidupkan kembali tapi mulutnya bak dibungkam. Semua sudah mutlak, tak ada penawaran.
Siapapun tolong, dirinya tidak menginginkan untuk hidup lagi. Ia sudah benar-benar menyerah dengan semuanya, biarkan ia kembali.
Tuhan apa sesulit itu untuk membiarkannya pulang?
Semilir angin membuat jiwanya melayang bergerak tanpa aturan memasuki salah satu pintu yang memancarkan cahaya dengan acak.
"Jalani hidupmu dengan baik, berbahagialah sebelum waktu kematianmu tiba."
Perkataan itu masih Arrant dengar dengan jelas sebelum dentuman besar mengambil alih semua kendali alam sadarnya.
.
.
.
Bagian prolog Selesai
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
SELFISH
FantasyJiwa seorang pemuda bernama Arrant yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri kini tersesat dan terlempar dalam dimensi lain. Hadirnya diikat oleh perjanjian pra-mati yang mengharuskan jiwa lelah nan putus asa itu tetap hidup, menunggu hingga...