Bagian 11

7.4K 920 112
                                    

Typo atau kalimat rancu tolong tandai ya
Jangan lupa VOTE dan KOMEN

Terima kasih
Happy Reading ♥

***

Arrant duduk di salah satu kursi ruang kerja Frans, mengamati aktivitas para pelayanan yang meletakkan barang-barang mewah dihadapannya. Wajahnya tampak tenang, tak berminat sama sekali pada kumpulan hadiah permintaan maaf dari kekaisaran.

Kursi kerja Frans sedikit bergeser, menimbulkan suara decitan saat sang empu berdiri menghampiri putarannya.

"Kau menerimanya?" tanya Frans duduk di samping Geo sembari menyerahkan surat berlambang kekaisaran.

Arrant menatap sang ayah sebentar, sebelum menjulurkan tangannya mengambil secarik kertas yang sudah terbuka. "Ini apa, ayah?"

"Surat permintaan maaf yang ditulis putri Helena untukmu," jelas Frans yang mengamati raut wajah putranya.

Kerutan tercetak jelas di wajah Arrant, ia mengamati tulisan yang jauh dari kata rapi itu dengan wajah serius. Kertas berkualitas tinggi dengan lambang kekaisaran Aeterlando, berisi 2 kalimat permintaan maaf yang tampak begitu pas setiap penggal katanya. Bukankah ada yang aneh?

Saya Putri Helena meminta maaf pada Higeo atas kesalahpahaman waktu itu. Hadiah ini sebagai simbol maaf dan juga pertemanan kita, semoga kau menerimanya.

Helena de Aeterlando

Begitu isi surat yang Arrant baca. Singkat dan jelas, tertanda nama sang putri lengkap dengan nama keluarga di bagian akhirnya. Setelah cukup lama menatap kertas itu dalam diam, Arrant menyerahkan kembali pada Frans.

"Sudah membacanya?" tanya Frans yang diangguki oleh Geo dengan wajah polos.

Frans tersenyum, mengacak rambut perak Geo dengan gemas. Tepat sekali, hanya untuk memastikan ternyata benar apa yang dilaporkan David. Putranya sudah memahami kalimat yang ditulis dengan bahasa rumit kekaisaran, sungguh mengagumkan.

"Siapa yang mengajarkan dirimu membaca Aksara lama?" Frans mengangkat tubuh kecil putranya dalam pangkuan.

Arrant diam sejenak, mengingat dirinya yang begitu mudah mengangguk ketika Frans memancingnya hanya dengan sebuah pertanyaan. Sepertinya kepala kecil milik tubuh barunya ini, membuat Arrant lambat berpikir.

"Entahlah, tiba-tiba semuanya sudah berada di kepalaku ayah," jelas Arrant seadanya.

Frans terkekeh dengan jawaban putranya yang terdengar seperti candaan semata. "Geo sekarang sudah pandai membuat lelucon hm?!"

Arrant menoleh dengan bibir sedikit mencebik.

"Itu benar ayah, aku tidak berbohong!" ucapnya tak terima jadi bahan tertawaan seperti ini. Toh memang Geo yang mempelajari banyak hal secara otodidak bukan dirinya.

Tangan besar Frans dengan cepat mengacak rambut perak putra bungsunya. Ia sungguh gemas sekaligus senang melihat tingkah Geo yang berlahan seperti dulu. Mata bulat itu kembali berbinar, Frans dapat melihat pancaran kehidupan pada manik violet Geo.

"Ayah senang Geo menempati janji untuk tak berpikir hal aneh lagi," ucap Frans tiba-tiba terdengar sendu. Namun, nyatanya mampu membuat Arrant terdiam.

Benarkah ia tak memikirkan tentang kematian lagi? Arrant sendiri rasanya sudah sangat nyaman dengan keluarga Geo. Kebahagiaan ini tampak begitu nyata, seperti semuanya sengaja ditakdirkan mudah untuknya. Apa benar seperti itu, atau hanya harap yang membuat otaknya bersugesti demikian.

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang