Bagian 6

10.3K 964 23
                                    

Suasana hening ketika Arrant mengatakan keinginan pertamanya. Ia mencoba mengalih bagaimana ekspresi Frans setelah mendengar permintaan yang terbilang sederhana namun sepertinya sulit ia dapatkan.

"Kau ingin bebas?" ulang Frans memastikan apa yang ia dengar.

Anggukan singkat Frans terima sebagai jawaban dari putra bungsunya.

"Baiklah." Bukan senyum melainkan wajah tak percaya yang Arrant perlihatkan ketika mendengar permintaannya dikabulkan begitu saja oleh pria dihadapannya ini.

"Kau bebas untuk kemanapun, namun dengan syarat tetap dalam pengawasan."

Wajah Arrant langsung berubah datar setelah mendengar kata 'syarat'. Apa sih yang sempat ia pikirkan, tidak mungkin semudah itu Frans memberikan kebebasan yang ia minta.

"Jika tidak ada ayah atau kakak harus ada David bersamamu. Bagaimana Geo setuju?"

Arrant melihat senyuman tipis di wajah sang ayah, ia terdiam sebentar sebelum membuka suaranya. "Baiklah, Geo setuju untuk itu."

Bagaimanapun caranya Arrant tak ingin selalu terkurung di kamar, ia ingin melihat dunia yang ia tempati. Setidaknya sebelum mati dirinya tahu tempat seperti apa yang menjadi rumahnya sekarang.

Garis bibir Frans tertarik ke atas, senyum nan begitu menenangkan terbit di bibirnya. Frans menyukai putra bungsunya yang mengangguk patuh.

"Nah sekarang ganti pakaianmu dengan yang lebih hangat, ayah akan memerintahkan David untuk mengurus makan malammu." Frans bangkit mengelus sebentar puncak kepala Geo dan mengecupnya sebagai ucapan selamat malam.

Arrant yang lagi-lagi mendapatkan perlakuan manis dari Frans, merasa sedikit bersalah pada jiwa asli Geo.

Jika boleh jujur rasa takut dari kehidupan sebelumnya terus menghantui Arrant. Sungguh Arrant takut untuk membuka pintu untuk orang lain masuk ke dalam dunianya. Ia takut jika harus menumbuhkan harap, karena baginya orang yang paling dekat dapat membuat luka paling dalam.

Namun tak dapat dimungkiri, ketakutan itu berlahan memudar. Rasanya Arrant mulai nyaman dengan milik Geo satu ini, sosok ayah yang luar biasa sempurna dalam menyayangi putranya.

Maka untuk itu izinkan Arrant menjadi serakah, bukankah jiwa Geo sudah pergi? Otomatis tubuh dan seluruh yang dirinya tinggalkan menjadi milik Arrant sekarang.

"Semoga kali ini bukan rasa sakit lagi," gumam Arrant memandang punggung Frans yang telah hilang di balik daun pintu.

Pandang Arrant beralih pada langit gelap, ketikan sunyi kembali hadir. Ia kembali menatap kumpulan bintang yang kini semakin bertabur, diantara bintang itu mungkin saja ada jiwa asli Geo yang juga melihatnya.

"Karena kau memilih pergi, maka biarkan aku yang menikmati semuanya. Geo jangan pernah meminta kembali apapun yang telah kau tinggalkan di sini," ucapnya terdengar begitu lirih.

Berbahagialah sebelum waktu kematianmu tiba.

Pesan terakhir dari suara tanpa wujud itu kembali terngiang di kepala Arrant. Senyum miring tiba-tiba tersungging di bibir kecilnya.

***

Sang surya sudah 90° naik ke langit terang, tak ada satu gumpalan awan pun yang menghalangi sinarnya menembus ruang hampa menuju permukaan bumi.

David tengah mengiring langkah kecil tuan mudanya menuju perpustakaan pribadi kediaman Duke Amaron. Entah ada urusan apa Tuan kecilnya yang belum memasuki akademik, bahkan belum bisa membaca malah meminta untuk ditemani ke ruang besar dengan ribuan buku.

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang