Cahaya dari matahari menyinari seluruh bagian dari kediaman Duke Frans Xelna Amaron kecuali salah satu ruang yang selalu tertutup dengan daun pintu bercorak abstrak, kamar putra bungsu dari sang Duke.
Di sebuah ranjang berukuran besar dalam kamar itu, terbaring tubuh kecil berambut perak yang sudah satu bulan lamanya menutup mata.
"Eungh," lenguhan terdengar mengawali kesadaran bocah laki-laki berusia 5 tahun, jemarinya bergerak terangkat pelan.
Kelopak mata yang dihiasi silium nan panjang bergerak perlahan menampilkan netra violet yang begitu indah.
"Syukurlah Tuan muda sudah sadar, apa anda bisa mendengar saya Tuan muda?" tanya seorang pria menatap lekat netra violet yang juga tengah memperhatikannya.
Diam, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut kecil itu, matanya beralih menatap ke atas dengan pandangan kosong.
David, butler dari bocah kecil yang baru saja membuka mata paskah kejadian berdarah yang membuat adik dalam perut ibunya meninggal. Peristiwa yang membuat jiwa asli sang pemilik tubuh harus mati terlepas dari raganya.
David yang melihat tatapan mata serat akan putus asa itu, segera bergegas ke luar kamar untuk memerintahkan salah satu prajurit melaporkan pada sang Duke bahwa Tuan muda Lysander Higeo Amaron sudah membuka mata.
"Shh, Argh sial gue gak mau hidup lagi!" Arrant yang baru saja menempati tubuh bungsu Amaron ini merasakan sakit luar biasa pada bagian kepalanya.
Memori-memori asing bermunculan bercampur dengan ingatan tentang kehidupan lamanya, kepalanya serasa ingin pecah, semuanya kacau seperti kepingan puzzle yang berhamburan. Otak kecil yang belum terlalu berkembang ini sudah harus menyimpan kenangan menyakitkan dari 2 kehidupan, memori Arrant dan memori asli si pemilik tubuh.
Tangan kecil yang sekarang sudah menjadi milik Arrant memukul-mukul kepalanya dengan keras, berharap rasa sakit itu berhenti mengganggu.
"Tuan muda hentikan! Luka anda bisa kembali terbuka kalau anda pukul." Cegah David berlari menahan tangan Geo yang brutal.
Arrant yang kini menempati tubuh Geo malah makin semangat memukul kepalanya, bisa saja keinginan untuk pulang terkabul dengan cara seperti ini.
Persetan dengan semuanya, Arrant hanya ingat mati. Apa susahnya?
Brak
Daun pintu dibuka dengan kasar menampilkan sosok pria paruh baya dengan baju berhias ornamen emas dan beberapa lencena, khas sosok bangsawan.
"Jelaskan apa yang terjadi pada putraku?!" Suara bariton terdengar dingin sekaligus khawatir.
"Ma-maaf saya tidak tau pasti Duke. Saat saya kembali setelah selesai berbicara dengan prajurit di depan sudah seperti ini, Tuan muda Geo terus memukul kepalanya," jelas David gemetar.
Tangan besar milik Duke Amaron menepis kasar jemari David yang memegangi lengan putranya. Ia tidak akan membiarkan kulit putranya sampai lecet karena digenggam terlalu kuat.
"Menyingkirlah! Saya yang akan menemani Geo dan kamu David cepat panggilan tabib!" Usir Frans mengambil alih putranya.
Perintah itu diterima dan langsung dilaksanakan oleh David, ia tidak akan berani menentang apapun keinginan sang Duke.
"Tenanglah Geo, tidak ada yang menyakitimu."
Arrant berusaha memberontak saat tubuh besar itu memeluknya, ia benci skinship dengan orang tak ia kenal.
"Menjauh!!" Tangan mungil itu berusaha mendorong dada bidang pria dewasa di hadapannya. Arrant takut kehidupan di dunia ini sama kelamnya dengan hidupnya dulu, dimana rengkuhan akan minta balasan.
"Ini ayah Nak, tidak apa-apa. Tidak akan ada yang berani menyakiti Geo." Suara berat itu kembali berbisik ke telinga Arrant, menepuk pelan punggungnya yang gemetar.
Perlahan Arrant merasa tenang setelah berhasil menyatukan puzzle ingat dari tubuh yang ia tempati. Kepalanya terangkat menatap mata violet yang serupa dengan matanya.
Dari ingatan tubuh yang ia ketahui bernama Higeo ini, pria yang memeluknya sekarang adalah ayahnya, Frans.
Frans mengamati mata bulat berwarna violet yang sayangnya tak berbinar, tengah menatapnya. Liquid bening yang tertumpuk di pinggir mata putranya membuat hati Frans teriris, ingatannya tentang kejadian yang membuat putranya menderita tercuat kembali.
Andai saja saat itu ia tidak gegabah meninggalkan putra kecilnya ini sendirian. Andai saja ia lebih peduli dengan sekitar, Geo tidak akan mengalami tekanan yang luar biasa dari sang istri.
Duchess Catalina Chloe Amaron, istri Frans sekaligus ibu kandung Geo harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan. Sungguh Frans tak terima, ia bersumpah akan menghancurkan semua orang yang berani menyakiti putranya.
Di lain sisi entah mengapa melihat amarah di mata pria yang mengaku ayah dari tubuh ini membuat Arrant merasa dunia ini akan sama saja, sama hitam dan pekatnya.
Mata Arrant sekarang memberat, memberikan seluruh beban tubuh kecil itu pada dada pria yang mulai detik ini sudah berstatus sebagai ayahnya. Ia ingin tidur sejenak, kalau bisa ia bahkan ingin tidur selamanya.
Huft
Frans menghembus napasnya panjang, melihat mata violet itu tertutup dengan damai membuat hatinya ikut tenang. Berlahan Frans membaringkannya tubuh sang putra di ranjang. Tangan kekar itu sedikit menyibak rambut perak Geo yang sedikit panjang menutupi dahi, memperlihatkan anakan rambut yang berdiri acak.
"Ayah menyayangi Geo, sangat."
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat di dahi bocah laki-laki 5 tahun itu, Frans kembali melihat wajah damai Geo dalam tidur. Hingga pada detik ke lima pintu kembali di buka, menampilkan sosok David yang masuk dengan seorang berbaju putih.
"Maaf Duke, ini tabib yang akan memeriksa tuan muda," ujar David sopan.
"Cepat periksa putra saya, pastikan keadaannya baik!!" perintah Frans tegas, membiarkan posisinya yang semula duduk di samping Geo diambil oleh tabib.
"Ba-baik Duke," jawab tabib gugup.
Tangan pria berbaju putih dengan beberapa list hitam di lengannya, tampak gemetar menyentuh kulit putih bersih milik putra bungsu Duke Amaron. Seorang Duke yang terkenal paling kejam dan tak memiliki hati nurani, dengan kekuatan yang sangat luar biasa hampir menyamai kekaisaran.
"Maaf Duke, keadaan tuan muda Geo cukup baik. Detak jantung dan pernapasan miliknya normal, tubuhnya hanya perlu istirahat untuk beberapa hari ke depan," jelas tabib hati-hati.
"Hm, kalian boleh keluar. Biarkan Geo bersama saya, dan David perketat penjagaan. Pastikan tak ada yang masuk tanpa izin saya," perintah Frans mutlak.
"Baik Duke, kalau begitu hamba pamit undur diri," ucap David menyilang satu tangannya pada dada.
Frans kembali mengambil posisi duduk di samping Geo setelah dua manusia lain yang berada di kamar ini keluar. Ia menyamakan tubuhnya di samping Geo, menatap wajah putranya dalam posisi menyamping.
"Cepatlah sembuh Geo, mari kita hancurkan semua orang yang sudah membuat dirimu menderita."
.
.
.
.
.
Tbc
Jangan lupa VOTE dan KOMEN.
Nunggu rame dulu baru lanjut⊙.☉
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
SELFISH
FantasyJiwa seorang pemuda bernama Arrant yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri kini tersesat dan terlempar dalam dimensi lain. Hadirnya diikat oleh perjanjian pra-mati yang mengharuskan jiwa lelah nan putus asa itu tetap hidup, menunggu hingga...