Bagian 16

9.1K 860 44
                                    

Jangan lupa VOTE dan KOMEN
Terima kasih..

Happy Reading ♥

***

Slogan kualitas lebih utama dari kuantitas, itu benar. Namun ternyata, jika keduanya digabungkan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Tadi malam adalah tidur ternyenyak pertama yang pernah Arrant rasakan setelah hadir di dunia ini.

Arrant bahkan baru terbangun di saat matahari telah tinggi. Gerakan pelan Arrant mendudukkan diri, mengumpulkan nyawa yang sebagian mungkin saja tertinggal di alam mimpi.

Setelah dirasa kesadarannya sudah benar-benar kembali, Arrant mengayunkan kaki membuka tirai penutup. Jendela di kamarnya langsung menghadap ke arah timur wilayah Licentia.

Jika pada pagi biasanya saat Arrant membuka mata langsung disambut oleh mentari yang mengintip dibalik bukit, serta kicauan burung di atas pohon sebagai alarm. Maka berbeda dengan hari ini, langit terang sebagai penyambutan.

Sunyi, keadaan kamar yang terbilang tenang membuat Arrant semakin larut dalam lamunan. Hingga tak menyadari kedatangan dua orang dewasa yang berdiri di sampingnya.

"Jangan biasakan melamun, Geo."

Ucapan yang terkesan tiba-tiba itu membuat Arrant tersentak, kemudian mengalihkan fokus ke asal suara. "Ayah?"

Frans tersenyum. Namun bukan itu yang menjadi perhatian Arrant, sosok asing dibelakang sang ayah yang menatapnya dengan sudut bibir terangkat. Siapa pria aneh yang mengenakan jubah tebal musim dingin di cuaca sepanas ini?

"Dia Orion, Saint yang diutus langsung oleh kuil utama untuk memeriksa dan mengobati Geo," ujar Frans seakan paham maksud dari pandangan sang putra.

Arrant mengangguk paham, kendati begitu ia tetap memberikan tatapan waspada ketika Orion mendekatinya. Bagaimanapun saint adalah orang-orang suci yang menerima kekudusan dari dewa, termasuk orang penting yang sulit ditemui secara langsung.

Jadi kenapa orang penting seperti Orion berada di sini hanya untuk memeriksa kondisinya? Dan apa tadi 'diutus'?

Pada posisi duduk di kursi samping jendela. Satu tangan kiri Orion memegang punggung tangan Arrant, sedangkan tangan kanannya memberikan usapan melingkar.

Usapan lembut tadi lama kelamaan berubah menjadi tekanan, luka sayatan yang baru saja hendak menutup dipergelangan tangan Arrant kembali berdarah.

Shhh..

Arrant spontan mengernyit hendak menarik lengannya yang berdenyut, tapi dengan cepat Orion menahannya.

"Tunggu sebentar Duke, hamba masih melakukan pemeriksaan."

Arrant refleks menatap Frans yang baru saja hendak melangkah dengan aura tak mengenakan. Pergerakannya terhenti mendengar ucapan Orion barusan.

Jika bukan karena kesembuhan sang putra, Frans mungkin telah melempar seorang saint keluar dari kediamannya.

"Berhenti melakukan hal bodoh Orion jika tak ingin kedua tangan yang kau banggakan itu menjadi bagian dari musium Amaron!" hardik Frans membuat Orion bergidik ngeri. Kata-kata Duke Amaron seperti ramalan masa depan yang pasti berujung kenyataan.

Semua orang tahu, ancaman tiran dari tanah Licentia ini lebih menakutkan dari pergi ke arena perang tanpa membawa senjata. Benar-benar buruk.

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang