Bagian 7

8.8K 955 7
                                    

David menurunkan Geo tepat di depan pintu ruang kerja Duke Frans, ia merapikan pakaian Tuan kecilnya yang sedikit kusut. Kemeja putih dengan kerah leher, dipadukan celana selutut senada akan vest silver yang Geo kenakan.

"Nah sudah rapi," sungguh Tuannya terlihat imut dengan tampilan seperti ini, apalagi netra kecil itu yang tampak menyipit karena kantuk. Namun begitu David tidak akan membiarkan Tuan mudanya tidur sebelum menemui sang Duke, ia takut dicincang hidup-hidup.

Arrant yang ditatap hanya diam, membiarkan David melaksanakan tugasnya sebagai Butler Geo.

"Bukakan pintu untuk tuan muda Geo!" titah David yang langsung dilaksanakan oleh penjaga khusus.

"Tuan muda Lysander Higeo Amaron memasuki ruangan."

Pintu terbuka, Arrant berjalan masuk meninggalkan David yang menunggunya di pintu luar. Sungguh Arrant mengantuk, langkahnya pun ia seret saja menuju meja kerja sang ayah.

"Salam hormat Ayah, kakak." Arrant berucap tanpa menatap lawan bicaranya. Ia memilih mendudukkan dirinya di kursi samping Louis.

"Salam juga Geo." Louis menyapa sembari mengusap pipi adiknya yang sudah kembali bulat.

"Sepertinya adikmu makan dengan baik Louis, lihatlah buntalan lemak itu," ucap Frans sedikit terkekeh.

"Pfft ayah benar."

Dua manusia berbeda generasi itu tertawa kecil melihat tingkah Geo, sedangkan si empu yang menjadi fokus malah tak peduli dengan sekitar. Ia sekarang tengah berusaha agar kedua matanya tak terpejam, efek kenyang setelah makan siang memang luar biasa.

Frans bangkit dari hadapan tumpukan berkas menuju kursi panjang empuk yang diduduki kedua putranya.

Geo sedikit kaget ketika tubuhnya melayang ke dalam pangkuan Frans, rasanya linglung sesaat. Ia menatap Louis sebentar kemudian berganti mendongak menatap manik Violet Frans. Matanya seperti ditimpa balok berukuran besar sekarang, berat sekali.

"Ayah aku mengantuk." Geo menyandarkan kepalanya di dada Frans.

"Hm, Louis akan mengantarkan Geo tidur setelah ini." Mengelus rambut perak nan lembut milik sang putra sepertinya sudah menjadi candu untuk Frans. Ia mencium rambut beraroma buah segar dan mint yang bersatu.

"Tapi sebelum itu ayah akan menyampaikan sesuatu, jadi Geo dengarkan ayah." Frans menjeda ucapannya sebentar, menunggu fokus Geo ke arahnya.

"Kaisar Ricard akan mengadakan pesta ulang tahun untuk putri Helen dan kita semua diundang ke sana."

"Jadi aku harus ikut?" tanya Arrant, dia sungguh malas berada dalam situasi yang melibatkan banyak orang.

"Iya. Besok kita semua akan pergi, namun ayah minta saat acara itu Geo tetap bersama ayah atau kakak. Ayah sedikit khawatir, mengingat hubungan kita dengan keluarga ibumu sedang rumit," jelas Frans mencoba membuat putranya mengerti.

Arrant mengangguk patuh, toh dia juga tidak berniat untuk mengakrabkan diri dengan keluarga sang ibu. Apalagi mereka berstatus keluarga kerajaan. Arrant tidak akan pernah menyukai manusia-manusia yang ia yakini bersikap tak jauh berbeda dari Duchess Lina, arogan dan serakah.

Hembusan napas kasar Arrant lakukan, ia kembali teringat ketidaksukaan yang tercetak jelas di wajah wanita yang berstatus ibu kandung Geo. Baik di kehidupan sebelumnya ataupun sekarang, sepertinya Arrant tidak beruntung untuk merasakan ketulusan seorang ibu. Sungguh miris, pikirnya.

"Kau tengah memikirkan apa Geo? Lihatlah dahimu sampai berkerut seperti itu."

Arrant menggelengkan kepala menatap Louis yang bertanya. "Apakah mereka jahat, Kak?" tanya Arrant membuat Louis terdiam.

"Ehm tidak ah itu." Louis tak tahu harus menjawab seperti apa, sepertinya Geo suka sekali membuatnya terjebak dengan pertanyaan sendiri. Ia beralih menatap sang ayah berusaha untuk mencari bantuan.

"Sudah tak perlu dijawab." Arrant berucap sembari mengubah posisi duduknya menghadap Frans.

"Ayah, apa sekarang aku sudah boleh tidur?" tanya Arrant yang sudah menelungkup kepalanya dalam ceruk leher Frans. Matanya sudah tidak bisa diajak bertahan lebih lama.

"Tentu, tidurlah." Usapan lembut di punggung bagian belakang masih dapat Arrant rasakan sebelum kesadaran benar-benar beralih dalam dunia mimpi.

Frans terkekeh geli merasakan hembusan napas teratur dilehernya. Geo sudah memasuki fase tidur hanya dalam beberapa detik. Apa saja yang dilakukan putranya sampai kelelahan seperti ini?

Semenjak memberikan sedikit kebebasan pada Geo untuk pergi kemanapun yang dirinya sukai, banyak perubahan yang Frans lihat dari putra bungsunya. Tatapan Geo tak lagi sekosong saat pertama kali membuka mata, wajahnya juga tampak lebih berisi.

"Louis, bisakah kau antarkan Geo ke kamarnya? Ayah masih harus menyelesaikan beberapa dokumen malam ini."

Wajah Louis berbinar saat mendengar ucapan sang ayah, sungguh dia akan melakukannya dengan senang hati.

"Tentu ayah, aku akan membawa Geo ke kamar," ucap Louis bersemangat.

Frans tersenyum dengan tanggapan putra sulungnya yang sangat berantusias prihal sang adik. Ia mengalihkan Geo dengan hati-hati ke dalam gendongan Louis, hingga Geo tak terusik sedikitpun.

Pergerakan Louis terbilang pelan, berjalan seperti mengendap-endap di mata Frans. Sangat lucu. Sungguh kebahagiaan bagi dirinya sederhana hanya melihat kedua putranya tumbuh dengan baik, sudah berhasil membuat hatinya menghangat.

Di sisi lain Louis telah tiba di kamar Geo. Ia membaringkan tubuh kecil itu di ranjang sembari menatap wajah Geo yang terlihat pulas saat tidur. Silium nan panjang senada dengan warna rambutnya, bibir kecil berwarna ceri yang sedikit mengerucut. Sungguh adiknya sangat menggemaskan.

Tapi tunggu kenapa adiknya terlihat sedikit berbeda, banyak kejanggalan yang Louis lihat. Bukankah dulu Geo biasanya tidak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu? Namun sekarang bahkan tak ada satupun bantal di ranjangnya selain bantal kepala.

Geo dulu penggemar berat biru dan tak menyukai warna-warna gelap. Sekarang yang Louis lihat kamar sang adik hanya dipenuhi putih, hitam dan abu-abu, sama sekali tak ada warna kesukaannya.

Seberapa banyak yang Louis lewatkan dalam beberapa bulan ini? Tentang Geo yang tumbuh dengan sangat cepat, adiknya sekarang terlihat lebih tenang dan dewasa.

"Separah apa luka yang kau alami hingga dapat merubahmu sejauh ini Geo?" Louis berucap lirih, ia sungguh menyesal sempat mengabaikan sang adik.

Kejadian di kuil itu membuat keluarganya berantakan, ibu menyalahkan Geo atas kemalangan yang ia terima tanpa sepengetahuan ayah. Puncaknya sang adik yang ketakutan karena bentakan sang ibu, berakhir terjatuh dan kepalanya menghantam batu.

Adiknya bahkan tak sadar hingga satu bulan lamanya, sedangkan ia hanya diam seperti patung tanpa nyawa.

Bodoh, Louis mengutuk dirinya sendiri. Adiknya yang manis dan ceria  sudah berganti dengan Geo yang pendiam, menyimpan dan menekan lukanya hingga dalam.

Andai saja waktu dapat terulang, saat itu ia akan berjalan bersama memegang lengan Geo menuruni tangga kuil. Pasti tak akan ada adegan Geo tergelincir hingga menubruk tubuh sang ibu, dan berkahir kehilangan nyawa bayi yang bahkan belum sempat melihat dunia.

Louis kembali menatap wajah damai sang adik. "Kakak minta maaf untuk semuanya. Kakak berjanji kedepannya akan selalu menjaga Geo."

.

.

.

.

.

Tbc

Jangan lupa VOTE dan KOMEN.

Note: Jika ada kalimat yang rancu atau Typo tolong tandai ya. Thanks♡

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang