Bagian 17

2K 293 33
                                    

Typo atau kalimatnya aneh? Tolong tandai ya.

Happy reading

***

Frans mengamati wajah Geo yang tengah tertidur lelap sembari menikmati minuman berwarna kuning kecoklatan, hasil fermentasi dari gandum dan beberapa buah-buahan. Tubuh kecil sang putra menciut di atas kasur berukuran besar dalam balutan selimut.

Helaan napas untuk kesekian kalinya dari penguasa tanah Licentia kembali terdengar. Sikap tenang yang kini tengah ditunjukkan oleh Frans jauh berbeda dengan isi kepalanya yang runyam.

Tumpukan benang merah yang selama ini membuatnya bimbingan, telah menemukan ujung. Namun ternyata, ujung yang ia pegang bukan akhir dari gulungan. Benang itu putus di tengah. Frans harus membuat lagi simpul pada ujung benang agar keduanya kembali terhubung.

"Semuanya terasa sulit untuk ayah pahami, Geo." suara Frans terdengar seperti bisikan dari pada ucapan.

Pria paruh baya dengan baju tidur yang menampilkan dada, meneguk rakus air dengan kandungan alkohol cukup tinggi tanpa sisa. Membiarkan tubuh setengah sadarnya melangkah mendekati ranjang sang putra.

"Kau adalah putraku dan akan tetap seperti itu." Mata sayu Frans menelisik dalam wajah tenang putra bungsunya yang tertidur.

Pada posisi menyamping, Frans merebahkan diri menatap lamat wajah si kecil yang sudah mengarungi mimpi. Segelintir rasa aneh yang tak dapat ditafsirkan membuat dada Frans penuh, menyesakan.

Kehilangan Vivian saja tak mampu untuk sekedar merubah ritme jantungnya. Frans tak akan menyangkal jika kalian mengatakan dirinya pria brengsek, kejam, atau iblis berhati dingin.

Semua itu benar.

Bagi Frans bayi kecil Vivian hanyalah gumpalan daging merah yang tak begitu berharga dari sang putra. Bungsunya hanyalah Geo semata.

Bahkan sekarang walaupun Geo dalam dekapannya, kekhawatiran tentang kehilangan tetap tak memiliki ujung.

Perubahan sikap Geo dan perkataan dari Sri Paus, terngiang di kepala Frans. Banyak hal janggal yang berusaha ia tepis, sungguh rasa khawatir itu bahkan telah berubah menjadi ketakutan.

Jauh berselancar dalam memori usang bertahun-tahun yang lalu, tepat ketika tangis putra kedua Duke Amaron bergema untuk pertama kalinya.

Lysander Higeo Amaron, terlahir membawa berkat dari dewa, hal itu yang dikatakan Sri Paus ketika putra keduanya lahir bersama dengan munculnya sinar Surya dari balik bukit. Bayi kecil yang sempat dirumorkan sebagai penerima kekudusan. Kehangatan penuh cahaya bagi putra kedua Duke Amaron.

Sampai saat ini sudahkah kalian memegang simpul dari ujung benang merah yang sama dengan Frans?

Membekas begitu nyata diingat Frans, kala Geo kecil berumur 2 tahun, terjatuh dengan luka sobek cukup parah di keningnya.

Cairan merah mengalir melewati ceruk leher Frans yang menggendong sang putra menuju kamar. Tetes darah yang jatuh ke lantai adalah akhir dari luka.

Sobekan di kening mulus si kecil lenyap, hanya ada bekas darah yang mengering di sana.

Sebuah kejadian yang membuktikan bahwa bocah pemilik rambut perak dengan manik violet itu memang terlahir membawa serta cinta dewa. Anugerah yang membuat tubuh Geo mampu beregenerasi dengan cepat.

Firman dewa yang turun pada budak bisu nan tuli, hingga kejadian yang membuat Geo tertidur selama satu bulan lamanya. Semuanya berikatan. Ada semacam garis merah yang membuat Frans memikirkan hal gila, menduga jiwa murni putranya telah tergantikan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang