Happy Reading
Jangan lupa VOTE dan KOMEN
Terima kasih ♡****
Arrant membuka matanya pelan, sesekali berkedip untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Hal pertama yang Arrant lihat hanya dahan pohon dengan ranting berdaun lebat.
"Kakak sudah bangun?"
Arrant tak langsung menjawab, ia memilih mendudukkan dirinya menatap heran bocah laki-laki yang tiba-tiba saja ada dihadapannya.
Seorang anak laki-laki berambut perak tersenyum lebar pada Arrant. Matanya bahkan tenggelam dibaluti pipi gembul yang terlihat kenyal.
"Aku rasa kakak sudah tahu. Namaku Higeo panggil aku Geo," ucap anak laki-laki itu memperkenalkan diri sebelum kembali asik dengan aktivitas anehnya.
"Tak perlu memperkenalkan diri, aku tahu semua tentang kak Ar."
Geo sama sekali tak menghadap pada Arrant, ia tampak sibuk menyusun kerikil menjadi tumpukan yang tinggi. Sesekali dirinya mengeram karena susunan batu itu kembali jatuh.
"Kenapa aku di sini?" Arrant mengalihkan pandangannya dari aktivitas kekanakan Geo. Netranya menyapu pada hamparan rumput hijau yang dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna violet. Suasana begitu tenang dan menyegarkan.
"Setelah kelakuan bodoh kakak tadi, aku jadi bisa bertemu dan mengobrol dengan kakak."
Arrant terdiam, mengingat kembali adegan dimana dirinya bermain dengan pecahan kaca dan berakhir kehilangan kesadaran. "Apa aku mati?"
Helaan napas terdengar dari bocah itu, ia berucap mati seirama dengan gerakan kepalanya. "Mati.. mati.. mati, apa kak Ar tak bosan mengatakannya?"
"Aku bahkan belum bisa kembali dengan tenang sebelum kakak berhasil menyelesaikan misi," lanjut Geo yang membuat kedua alis Arrant menukik tajam.
Arrant memastikan pendengarannya. "Misi?"
Geo berbalik menatap intens pada Arrant yang masih tampak bingung. "Apakah sebelum jiwa kakak masuk ke dunia ini dewa tak mengatakan sesuatu?"
"Dewa? Tidak." Arrant menjawab seadanya, ia tak paham maksud dari ucapan Geo.
"Maksudku apa dia pernah menemui kakak? Lewat mimpi mungkin?" tanya Geo lagi-lagi dibalas gelengan oleh Arrant.
"Huh dasar menyebalkan, pantas saja kakak terlihat kebingungan," ucap bocah itu kesal. Entah pada siapa, Arrant sendiri tak tahu.
Di tengah kegiatan Geo yang tampak kesal dan bergumam tak jelas, Arrant hanya diam. Ia masih mencerna perkataan Geo mengenai dewa.
"Geo?"
"Ya?"
Mata bulat dengan binar violet terang berfokus pada Arrant, ia menunggu kelanjutan dari ucapan yang sempat Arrant jeda.
"Apa yang seharusnya dewa sampaikan padaku?"
Bocah itu terdiam sebelum menghela napasnya lagi, ia seperti tengah mempertimbangkan kejelasan seperti apa yang harus dia katakan.
"Berhenti melukai diri sendiri. Geo tak suka, kakak tak akan mati dengan cara itu."Geo berucap dengan tatapan mata sayu.
"Dengar baik-baik kak jika memang benar dewa belum menyampaikan apapun pada kakak. Geo hanya bisa menjelaskan apa yang Geo ketahui saja."
Arrant mengangguk, itu lebih baik dari pada hidup seperti orang bodoh yang tak mengerti apapun.
"Kehidupan kedua dengan tujuan bahagia. Jalani dan nikmati semua yang ada sampai akhir dari batas nyawamu di lembar pertama. Itu yang seharusnya dewa katakan kak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SELFISH
FantasyJiwa seorang pemuda bernama Arrant yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri kini tersesat dan terlempar dalam dimensi lain. Hadirnya diikat oleh perjanjian pra-mati yang mengharuskan jiwa lelah nan putus asa itu tetap hidup, menunggu hingga...