Bagian 12

6.9K 892 41
                                    

Happy Reading

Typo atau kalimat rancu? Tolong tandai ya ♥
Jangan Lupa VOTE dan KOMEN...
Terima kasih ♡

***

Hari ini cukup berbeda bagi Arrant, setelah menghabiskan sarapan sendiri di kamar. Ia memilih bermain dengan buku-buku tebal di perpustakaan kediaman Amaron, menunggu Louis selesai dengan kelas politik dan strategi.

Pagi tadi saat mengantar Frans ke kereta untuk perjalanan bisnis, Louis  berjanji padanya untuk pergi bersama ke pasar rakyat. Jujur Arrant tak terlalu peduli tentang alasan yang membuat Frans memberikan izin pada Louis. Ia sudah terlanjur antusias saat memikirkan banyak sekali hal-hal baru yang akan ia lihat di sana.

Frans bahkan membekalinya dengan sekantung koin emas, "Beli semua yang Geo mau." Pesan yang sang ayah dengan senyum sembari melambaikan tangan sebelum menghilang dibalik kereta.

Ah, waktu rasanya sangat lambat berlalu. Arrant sudah tak sabar dengan semua makanan dan benda-benda menarik di pasar rakyat nanti.

Di ruang perpustakaan yang terbilang kosong ini hanya ada Arrant, David dan si pustakawan yang sejak melirik ragu kearahnya. Pada posisi dagu menempel di atas meja, tangan kecil itu dengan lihai membolak-balik lempar buku yang ia buat tegak di depan wajahnya.

Buku ketiga yang Arrant baca sembari menunggu Louis yang akan kembali di pertengahan hari. Buku ini berisi mengenai asal usul dari wilayah Dukedom Amaron.

Licentia adalah daerah luas tak berikat, bukan suatu kerajaan atau sejenisnya. Akan tetapi semua orang yang tinggal di daratan itu menganggap satu orang sebagai pemimpin, Evan Sanders Amaron.

Lingkungan yang keras dan bebas membuat bibit-bibit ksatria berkualitas tumbuh di Licentia. Tanah tanpa tuan membuat banyak kerjaan hingga kekaisaran kerap datang untuk merebut Licentia menjadi wilayah mereka.

Hingga dalam kesepakatan Licentia menyatu tanpa simpul pada kekaisaran Aeterlando. Tanah bebas telah menjadi Dukedom dengan Evan Sanders Amaron sebagai Duke pertama.

Buku coklat dengan ukiran timbul di sampulnya sudah Arrant tutup dengan kening berkerut, selalu ada bagian yang membuat otaknya harus bekerja ekstra.

"Menyatu tanpa simpul, bukankah artinya sama saja dengan otoritas dalam kedaulatan?" gumam Arrant menatap pada jendela kaca yang sengaja dibuka untuk membantu penerangan.

Pemandangan di luar jendela tampak gelap, memperlihatkan awan kumulus yang bergerak cepat menutup matahari. Sepertinya akan turun hujan di pertengahan hari ini.

Arrant menatap langit yang menggelap dengan pandangan sulit diartikan, hujan pertama baginya setelah menempati tubuh Geo.

Rintik hujan mengguyur pohon dan tanah dengan irama abstrak. Arrant memejamkan matanya, kenangan buruk di kehidupan sebelumnya tiba-tiba hadir membuat dadanya sesak.

Sejauh yang Arrant ingat tak ada hal baik mengenainya dan hujan, hanya ada kesendirian, kesakitan, keputusasaan dan kehancuran. Semuanya hanya tentang memori buruk yang selalu membuatnya terpuruk. Sampai pada akhir kisahnya pun hujan bukan mengenai  pelangi, melainkan warna pekat yang membuatnya tenggelam.

"Ka-kak jangan tinggalkan Ar." Tubuh kecilnya bergetar, suaranya tercekat. Tangisnya hadir tanpa suara. Trauma dari kehidupan sebelumnya ikut terbawa bersama jiwanya ke dunia ini.

Ingatan tentang sang kakak yang menghilang dibalik hujan memenuhi otaknya. Rasa putus asa itu dapat Arrant rasakan sekarang.

Bayangan tentang adegan tubuhnya yang melayang ditengah hujan dan akhirnya jatuh menghantam kerasnya pinggiran kolam, membuat dadanya penuh. Semua berputar seperti reka ulang dari tumpukan kaset rusak yang memekakkan telinga.

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang