Bagian 10

7.7K 1K 49
                                    

Tinggalkan VOTE dan KOMEN.
Typo atau kalimat rancu? Tolong tandai ya.

Terima kasih♥

***

Kursi-kursi kayu indah dengan ukiran bunga berjejer mengikuti bentuk meja yang memanjang. Permaisuri yang ditemani para wanita bangsawan tengah asik menyesap secangkir teh dengan anggun, sembari mengobrol ringan. Suasana terasa begitu mengalir ketika aroma lotus dari teh menyatu dengan bau dari kudapan yang manis.

"Saya dengar beberapa bulan lalu putra mahkota telah menyelesaikan semua kelas kebangsawanannya. Apa itu benar yang mulai permaisuri?" tanya wanita dengan gaun biru muda berpadu dengan putih dan sedikit gold.

Permaisuri Mariana menjawab dengan senyum kecil di bibirnya. "Tidak semuanya benar Countess Talitha. Putraku belum menyelesaikan kelas berpedangnya."

"Ah, maafkan aku yang mulia permaisuri. Tapi, saya dengar dari adik saya yang mengajar kelas pengetahuan, putra mahkota sungguh luar biasa. Dirinya bahkan selalu memuji dan menceritakan putra mahkota tiap bertemu saya."

"Benar yang mulai permaisuri. Suami saya yang menjadi guru politik dan strategi juga mengatakan demikian, putra mahkota sungguh cepat belajar." Marchioness Olivia Wilde Akselio ikut menambahkan pujian pada calon penerus kekaisaran itu.

"Walaupun benar, sungguh kalian berlebihan. Putraku tak seluar biasa yang kalian katakan, ilmu pedangnya bahkan masih di bawa putra sulung Duchess Catalina," ucap permaisuri Mariana yang melemparkan obrolan pada Duchess Catalina yang tengah menghisap tehnya dengan tenang.

Catalina yang ditatap oleh beberapa pasang mata dengan pandangan yang berbeda-beda, langsung menghentikan aktifitasnya dan tersenyum sebagai formalitas.

"Ya, Louis cukup menggemari ilmu berpedang. Ia bahkan melatih beberapa prajurit khusus kediaman," ucap Catalina terdengar sedikit membanggakan putra sulungnya itu.

"Kau membesar putramu dengan baik Duchess Catalina. Louis sungguh berbakat, putraku sering kali mengajak Louis untuk latihan bersama," puji Permaisuri Mariana membuat senyum Catalina mengembangkan. Louis selalu berhasil membuat dirinya merasa menjadi ibu yang sempurna.

Sepenggal kalimat pujian yang keluar dari Permaisuri itu nyatanya mampu mematik api kecemburuan dari bangsawan lain. Countess Talitha yang sejak tadi selalu memulai pembicaraan mengeratkan rahangnya kuat. Di sini dia yang berusaha, namun tidak mendapatkan pujian apapun dari permaisuri.

Countess Talitha menampakkan wajah yang dibuat sedih. "Berbicara mengenai tuan muda Louis, saya jadi mengingat kejadian satu tahun yang lalu. Sungguh saya ikut berduka dengan kejadian yang menimpah Duchess di kuil."

Suara-suara dari bangsawan-bangsawan lain tentang kejadian yang membuat keluarga Amaron terpuruk menjadi backsound dari obrolan ini.

"Bukankah saat itu Duchess kehilangan bayi perempuannya? Saya juga berdoa di kuil yang sama, ikut meneteskan air mata saat anda dibawah," imbuh Duchess Ingrid.

"Bayi yang malang. Bahkan tersebar beberapa rumor mengatakan anda mengucilkan putra kedua anda yang diduga menjadi penyebab kejadian di kuil. Saya pikir itu tidak mungkin, bukankah begitu, Duchess?" Lidah licin Countess Talitha kembali berulah.

Suasana sedikit tak terkendali, pembicaraan mengenai kejadian di kuil kembali membuat emosi Catalina kacau. Perasaan tak tenang, marah, sakit seakan bercampur, sulit untuk dibedakan.

"Sudah cukup Countess Talitha, sepertinya topik ini sedikit sensitif." Permaisuri Mariana kembali menengahi pembicaraan.

"Yang mulia benar Countess Talitha, berhentilah mendengar rumor-rumor tak jelas dari luar sana." Istri dari Marquis Akselio itu berucap dengan nada tegas. Ia muak dengan gaya berbicara wanita dihadapannya ini.

SELFISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang