Bagaimana Memulai Sebuah Percakapan yang Bermakna?

8 0 0
                                    

Obrolan kemarin sore di sebuah group WA mengangkat topik yang menarik: malas kenalan sama orang baru karena ngobrolnya basi di awal. Pasti apa kabar, lalu tanya pekerjaan, suka makan apa dan lain sebagainya. Kurang meaningful. Enakan sama yang udah kenal lama soalnya yang dibahas bisa macam-macam, mulai dari curhat percintaan sampai investasi saham. Rekomendasi makanan juga bukan sekedar, oh iya makan di situ enak tuh. Tapi bisa sampai ngobrolin asal muasal soto ayam.

Tetapi, dengan semakin sedikitnya jumlah teman yang dimiliki seiring semakan tua usia kita, masa iya nggak cari teman baru? Kalau memang masalahnya ada di meaningful conversation alias percakapan yang bermakna, berarti yang harus kita cari adalah caranya agar obrolan ini menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar basa basi.

STEP 1: Sadari bahwa basa basi itu tetap perlu. Kenapa? Karena untuk sebuah percakapan menjadi bermakna, kita perlu tau lebih banyak tentang lawan bicara kita. Tentunya basa basi atau yang bisa disebut dengan small talks ini juga harus bermanfaat. 

Mengukurnya gimana? Setelah periode basa-basi selesai, coba tanya ke diri sendiri apakah kita jadi tahu lebih banyak tentang lawan bicara kita? Apakah ada hal-hal menarik yang bikin kita penasaran tentang dirinya? Kalau jawabannya tidak, ya berarti itu beneran basa basi saja. Kalau ternyata iya, selamat, Anda berhasil maju ke babak berikutnya.

STEP 2: Biarkan orang lain bercerita. Lebih banyak tentang dia daripada tentang kita, karena dari percakapan yang bermakna biasanya kita akan belajar sesuatu. Dari small talks juga sebenarnya kita juga belajar, tapi meaningful conversation lebih menekankan kepada belajar mengenal diri sendiri, mengenal orang lain dan bisa mendapat sudut pandang baru tentang suatu topik. Di sebuah meaningful conversation, peran seorang pendengar menjadi penting. 

Bukan sekedar mendengarkan, tapi effective listening. Karena itulah, mendengarkan orang lain bercerita tentang dirinya, tentang sudut pandang dan latar belakangnya dapat membuat percakapan jadi bermakna. Bisa juga bertukar peran kok. Kita yang bercerita dan gantian lawan bicara yang jadi pendengar. Kesempatan untuk bercerita, menyampaikan pendapat dan didengarkan dengan sungguh-sungguh dapat membangun connection antara dua orang. Connection inilah yang dapat menjadi dasar meaningful confersation.

STEP 3: Siapkan Empathy, Open Mind dan Honesty. Kenapa kejujuran perlu? Ada dua alasan. Pertama, ketika membangun connection yang dibicarakan di step 2 tadi, kita perlu jujur tentang diri kita sendiri. Kenapa banyak percakapan gagal lajut ke tahap berikutnya, atau gagal menjadi meaningful, ya karena kita tidak jujur di awal. Bersiap untuk menceritakan siapa diri kita. Kedua, jujur dengan pandangan dan pendapat kita. Dengan apa yang kita rasakan. Jangan hanya mendukung atau merespon setuju untuk membuat lawan bicara senang. Lawan bicara kita dapat merasakan ketidak tulusan dalam ucapan kita dan ini bukan cara yang dapat membangun percakapan yang bermakna.

Karena meaningful conversation ini seharusnya membantu kita belajar tentang diri sendiri, kita harus memiliki open mind. Melihat apa reaksi kita atas pendapat orang, bagaimana kita menghadapi pendapat yang berbeda bahkan yang bertolak belakang dengan pendapat kita. Instead, go with curiousity. Kenapa lawan bicara kita berpikir begitu ya? Ajukan pertanyaan yang open-ended dan membuat kita belajar lebih banyak tentang lawan bicara. Kalau kita tersinggung duluan atau langsung menghindar dan defensif ketika lawan bicara memiliki pendapat berbeda, ya sulit untuk memulai sebuah percakapan yang bermakna.

Ketika kita mendengarkan dengan empati, kita bisa membuat percakapan kita jadi lebih dalam, lebih serius dan yang ngobrol sama kita juga jadi lebih lega ngomongnya. Connection jadi makin terjalin dan percakapan jadi lebih seimbang. Kalau kita empati biasanya kita cenderung tidak memotong cerita, atau menimpalinya dengan cerita versi kita. 

Sudah siap ngobrol dengan lebih seru? 

Lho, Kok Bisa? How?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang