2 - Kerelaan

2.4K 135 2
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Mobil Damian berhenti di depan pintu utama rumah sakit. Ketika Damian melepas sabuk pengamannya, Mia sudah berlari keluar lebih dulu. Damian segera keluar dan berlari menyusul Mia.

"Ted!" Mia berseru ketika menangkap keberadaan pria berwajah datar di depan lift. Ia segera menghampiri Ted.

Dengan sigap, Ted menekan tombol lift ketika mendapati keberadaan Mia dan Damian. Pintu lift khusus terbuka dan Ted langsung menahannya. Mereka memang memiliki akses terhadap lift khusus mengingat rumah sakit yang mereka pijak saat ini merupakan bagian dari Hamilton Group. "Mari, Miss, Sir."

Damian dan Mia masuk ke lift, diikuti Ted.

"Bagaimana keadaan Daddy?" tanya Mia dengan khawatir saat lift sudah tertutup dan mulai membawa mereka ke lantai atas.

"Beliau sudah sadar, Miss."

Secara spontan, Mia menghembuskan napas lega. Matanya terpejam sejenak. Kakinya reflek mundur satu langkah.

Dengan sigap, Damian menahan pinggang Mia. "Mia. Are you okay?" tanyanya dengan nada cemas yang tidak bisa ia sembunyikan. Di sisi lain, ia tak kalah merasa lega sebab Philip sudah sadar.

Lift berdenting. Mia berlari keluar, mencari ruangan ayahnya yang ia yakin berbeda karena dikelilingi pengawal Damian. Terbukti dengan ia yang langsung menemukannya.

Damian mengikuti Mia tanpa berlari. "Bagaimana keadaan Mr. Hale yang sebenarnya, Ted?" tanya Damian ketika ia dan Ted sudah di depan ruangan Philip sedangkan Mia sudah di dalam. Damian memilih tidak langsung masuk ke ruangan Philip, ingin memberi ruang bagi Mia dan Philip.

Ted menggeleng pelan. "Kanker hati Mr. Hale semakin parah dan menyebar, Sir. Dokter mengatakan hidup Mr. Hale tidak akan lama lagi."

Mata Damian terpejam. Ia meneguk salivanya. Ia tidak akan pernah siap kehilangan Philip, apalagi Mia. Terlebih Damian juga tidak akan pernah siap melihat Mia terpukul lagi.

Beberapa menit kemudian, Damian memutuskan melangkah masuk ke ruang inap VVIP Philip. "Dad," ucapnya sambil sesekali melirik Mia yang duduk di sebelah tempat tidur Philip.

Philip tersenyum lemah. "Kemarilah, Damian," sahutnya pelan.

Damian balas tersenyum seraya melangkah mendekati Philip. Berbeda dengan Mia, Damian tahu bahwa pria paruh baya itu tidak pernah sekalipun menyalahkannya. Philip selalu memperlakukan Damian seperti anaknya sendiri.

Ketika Damian berada di dekatnya, satu tangan Philip langsung menggenggam tangan Damian. Lalu ia menggerakkan tangannya yang lain menggenggam tangan sang putri. Senyum lembut terpatri di wajahnya. "Daddy tahu umur daddy tidak akan panjang lagi," ujarnya sembari menatap Mia dan Damian secara bergantian.

Mia yang mendengarnya tidak bisa berkata-kata. Air matanya kembali menetes. Ia sudah mengetahui keadaan ayahnya yang sesungguhnya karena Philip meminta sebuah permintaan kepada Lana jadi Philip mau tidak mau harus menjelaskan keadaannya yang sesungguhnya kepada Mia juga.

Philip menatap lembut putrinya. Tangannya mengusap tangan ramping Mia. "Jangan menangis, Beautiful. "

Mia menggeleng menanggapi. Ia menunduk dalam. Bagaimana ia bisa berhenti menangis jika ayahnya divonis tidak akan hidup lama lagi? Terlebih, hanya ayahnya yang tersisa dalam hidupnya. Tanpa ayahnya, Mia tidak memiliki siapa-siapa lagi.

The Unwanted Billionaire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang