Bab 17. Bloody Princess

188 10 19
                                    

"Kau bisa mandi sendiri, kan?" Mendengar itu Audrey melemparkan bantal ke wajah Hellena spontan, membuat gadis itu sedikit meringis.

"Apa-apaan dengan pertanyaanmu itu! Tentu saja aku bisa mandi sendiri!" sungut Audrey.

"Ah baiklah kalau begitu, kuharap air tidak takut padamu." Hellena berucap dengan nada mengejek, baginya permainan pagi ini begitu menyenangkan.

"Astaga Hellena mulutmu!"

"Apa? Aku tidak berkata apa-apa."

"Iki tidik birkiti ipi ipi." Audrey beranjak dengan menghentakkan kaki, sementara Hellena tertawa puas. Tak ada lagi tawa setelah kurang lebih satu jam, kini Hellena yang beringsut tersulut emosi, tuan putri apakah memang selalu lama jika membersihkan diri? Bisa-bisanya.

"Audrey!"

"Sebentar aku sedang berak!"

Hellena senyum tertekan.

Di samping itu, sebagian daripada pengawal yang dititahkan untuk menjaga para tahanan di penjara belakang. Mereka tengah dihukum habis-habisan karena kelalaian dan dianggap tidak becus oleh Raja, Nellaf dengan bengisnya tak tanggung-tanggung bahkan sebagian dari pengawal, nyawa mereka hilang di pedang Raja Ertigo tak berhati itu.

"Yang Mulia!"

"Berani kau mengeraskan suara padaku!?"

"Bukan begitu Yang Mulia, tap--" Lagi. Nyawa prajurit itu hilang begitu saja hanya perkara sebuah suara, para pelayan yang tak sengaja lewat pun mereka sudah gemetar sampai-sampai nampan yang mereka bawa jatuh, bahkan ada yang sampai pingsan di tempat.

Salah satu dari pelayan tambah gemetar dengan keringat yang terus saja membasahi kening, siapa yang tidak takut berhadapan dengan Raja Ertigo yang bengis nan kejam itu?

"Pelayan!"

"I--iya Yang Mulia."

"Bawa itu dan masak!" Pelayan itu seketika terbelalak dan nampannya terjatuh dari sanggahan tangan, ia memberanikan diri untuk bertanya tapi justru sentak dan ancaman yang ia dapatkan.

"Dimasak?" tanyanya.

"Cepat atau kau mau bernasib sama dengan dia!?"

"T--tidak." Pelayan itu langsung berjongkok, mengambil nampannya cepat dan menaruh bagian dari potongan daging penuh darah di lantai, ia tak bisa menahan air matanya, dadanya sesak, sesampainya di dapur.

Nica namanya, ia tak mematuhi perintah Raja Nellaf untuk memasak bagian tubuh itu, ia menggali tanah dan segera menguburnya. Tangis yang pecah bersamaan dengan langit gelap, sepertinya langit pun ikut bersedih. Tak pernah Nica menangisi kematian seseorang atas kekejaman Raja Ertigo kecuali hari ini, pengawal yang Nellaf penggal itu adalah suaminya! Sejak hari ini, Nica benar-benar membenci.

"Aku akan membalas! Tuhan bantulah aku, manusia kejam itu tidak pantas untuk hidup!" Suara gemuruh petir ikut membantu menemani Nica, basah kuyup tak Nica hiraukan.

Suara pacuan kuda ramai terdengar dari arah selatan, himbauan seorang pemimpin pasukan terdengar lantang. Mereka orang-orang Harland yang sudah siap mematuhi perintah dari pemimpin mereka, Ertigo mengibarkan bendera peperangan maka lihatlah bahwa Harland memenuhi panggilan itu.

"Yang Mulia, terserahmu kau ingin menghabisiku atau tidak. Pengawal yang kau habisi tadi adalah suami Nica, dia pengawal yang kutugaskan untuk melihat dan mengawasi apakah orang-orang Harland kemari atau tidak. Terserahmu, tapi pasukan Harland menuju kemari dan kita tidak ada waktu untuk melawan, kita tidak ada persiapan." Geri berkata tenang walau berbanding balik dengan hatinya, terlihat gurat muram dan panik dari wajah Nellaf, Geri tersenyum.

"Ada peperangan!?"

"Selatan terdengar ramai Hellena! Apakah paman ikut ke sana atau tidak!?" tanya Audrey menggebu, suara-suara itu tidak terdengar adanya kedamaian, semua rakyat pasti juga tengah mencari tempat perlindungan. Audrey tidak tahu apakah peperangan sampai pada kediaman ini atau tidak.

"Ayahku dan pasukan di kediaman akan menjaga wilayah ini, Ertigo setahuku sudah melakukan persiapan tapi aku juga tidak tahu pasti. Tenanglah, kau mengkhawatirkan ayahmu?"

"Tidak," balas Audrey datar. Para prajurit dengan baju zirahnya fokus memenangkan peperangan, Ertigo dikepung dari segala arah. Duke Falcone sudah menitahkan semua prajurit yang ada di kediamannya untuk berjaga, ia tahu bahwa mungkin saja para prajurit itu akan datang kemari, biasanya mereka mengincar siapa pun yang terlibat dengan pihak kerajaan.

BLOODY PRINCESS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang