Bab 16. Bloody Princess

231 30 88
                                    

"Hidup Ratu Elisabeth!"

"Jayalah Ertigo!"


"Jaya!" Semarak rakyat kala itu, Ertigo sampai pada masa kejayaannya, disegani para kerajaan tetangga hingga tak ada satu pun kerajaan yang membuat Ertigo terpancing emosi, tak ada yang berani menantang Ertigo, sehebat itu dalam pimpinan wanita.

Tahun pertama dalam pimpinannya, Ratu Elisabeth mampu membuat lebih dari lima puluh kerajaan tunduk di bawah Ertigo tanpa adanya penentangan.

Ratu Elisabeth menikah dengan Rathore, seorang laki-laki dari kalangan rakyat biasa. Ratu Elisabeth tidak mempermasalahkan status, dari pernikahan mereka terlahirlah tujuh orang anak laki-laki. Seterusnya ketujuh anak mereka tumbuh dewasa dan keturunan Elisabeth sampai bertahun-tahun kemudian adalah laki-laki.

Kebencian Ertigo pada pemimpin wanita adalah dimulai dari masa kepemimpinan Edward, Edward mencuci otak rakyat hingga bertahun-tahun Ertigo mempunyai pemikiran bahwa wanita hanya sebagai penghasil keturunan saja. Jika tak ada laki-laki, mereka tidak akan bisa menjadi penghasil keturunan.

Dalam masa kepemimpinan Edward juga, sejarah Elisabeth perlahan mulai dihapuskan, Edward mempunyai pemikiran yang melenceng dari para pemimpin kerajaan sebelum-sebelumnya.

Dari pernikahan Edward dengan istrinya, lahirlah seorang bayi laki-laki dan perempuan, Edward begitu menyayangi anak laki-lakinya berbanding terbalik dengan perlakuan ia kepada anak perempuannya.

Menanamkan sifat dan rasa benci pada perempuan, ia mengajarkan kepada anak laki-lakinya yang bernama Nellaf itu untuk mulai menyiksa siapa pun gadis yang ada di dekatnya. Edward keliru, ia seorang perusak dari awal mulanya kehancuran yang akan datang.

"Lalu siapa anak perempuan Raja Edward?" tanya Audrey saat Hellena selesai berbicara menceritakan semuanya. Terlihat pundak Hellena sedikit menurun, gadis itu tertunduk lesu.

"Berjanjilah untuk tidak terkejut, Audrey. Aku mengetahui semua fakta ini karena keluargaku tidak buta sejarah, keluargaku berpihak pada kenyataan yang benar."

"Siapa?" Audrey semakin penasaran dibuatnya, Hellena mengambil napas sejenak sebelum akhirnya menjawab.
"Ellya De Ertigo, ibuku."

"Hah!? Mengapa aku tidak pernah tahu!?" Hellena sampai menutup telinganya saat Audrey berbicara dengan kencang seperti tadi, sungguh sepertinya alat pengeras suara juga kalah.

"Sudah, yang penting sekarang kau sudah tahu, ini sudah malam dan kita di pemakaman."

"Lalu?"

"Tak apa, kita bermalam di sini." Malam berlalu, matahari mulai menunjukkan cahaya terang, dua gadis itu terbangun.

Hellena membawa Audrey pada kediamannya, Hellena mempunyai kediaman sendiri dan tidak banyak diketahui orang. Orang-orang kerajaan pun hanya tahu bahwa Hellena tinggal di rumah Duke Falcone, ayahnya.

BLOODY PRINCESS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang