"Kita kan memang sama-sama orang asing, Tuan. Kau tahu jawabannya kenapa aku selalu diam atau mengalihkan pembicaraan saat kau mengajakku untuk menikah?" Arche menggeleng. Audrey tersenyum sebelum kemudian melanjutkan perkataan, ia mengalihkan pandangan untuk tidak menatap mata Arche.
"Kau tidak tahu aku, Arche. Kau tidak tahu aku berasal dari mana, aku orang baik atau tidak, aku orang asing. Sebaiknya kau tidak mengajak menikah orang asing, Arche." Gejolak emosi kian naik saat mendengar itu, Arche menahannya. Ia memegang bahu Audrey dan meminta gadis itu untuk kembali melihat ke arahnya.
"Boleh beritahu aku alasannya? Mengapa kau terus menghindar?"
"Kalau kau tahu siapa aku, mungkin kau tidak akan lagi menyukaiku." Audrey menunduk, tapi lagi-lagi pergerakannya ditahan oleh Arche yang membuatnya kembali mendongak.
"Aku akan tetap menyukaimu, aku benar-benar sangat menginginkanmu, kumohon."
"Buktikan ucapanmu, Arche. Semua pria bisa mengatakan hal yang sama sepertimu dengan mudah." Arche mengusap dagu Audrey lembut, Audrey yang menyadari bahwa wajah mereka kini sangat dekat, segera Audrey menepis, sungguh ini menjijikkan untuk dilakukan di luar pernikahan, Audrey tidak akan terbuai.
"Bukan ini cara yang benar untuk membuktikan bahwa kau benar-benar menginginkanku, Arche! Tanyakan pada dirimu dulu kau mencintaiku dengan hati atau hanya sebatas nafsu!" Audrey beranjak dari duduknya dengan napas tak beraturan, beraninya Arche melakukan hal seperti tadi.
"Ada apa Lena? Mengapa kau sangat berkeringat seperti itu?" tanya Darla, di tangannya terdapat sebuah kertas.
"Tidak ada, aku hanya-- ah kau tahu sendiri kan kalau aku punya gangguan kecemasan, jadi aku mudah cemas dan panik sampai aku berkeringat tanpa sebab seperti ini. Oh ya, apa yang ada di tanganmu?"
Darla mengangkat kertas itu menunjukkannya pada Audrey. "Oh ini? Ini kertas sayembara, apa kau belum mengetahuinya?""Sayembara?" Darla mengangguk, lantas ia mengambil posisi santai dengan bersender dekat dinding.
Darla mengambil napas bersiap untuk sedikit menjelaskan, setelahnya ia berkata, "Di sini dijelaskan bahwa Ertigo sedang mencari putri mereka yang bernama Audrey, sayang sekali tidak banyak yang tahu bagaimana wajahnya sehingga sulit untuk menemukan Putri Audrey, kertas itu kau bawa saja mungkin kau tahu.""Kau saja tidak tahu bagaimana aku?"
"Aku bilang kan--" Darla menggantungkan ucapannya, menggeleng sebentar dan kembali berkata, "Mungkin."
Audrey memandangi punggung Darla yang kian menjauh, gadis dengan postur tubuh yang sedikit membungkuk tapi tetap terlihat cantik, Darla gadis yang baik. Sesak rasanya memandangi kertas bertuliskan sayembara dengan imbalan, Audrey melangkahkan kaki menuju sebuah danau yang terletak di belakang kediaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODY PRINCESS [SUDAH TERBIT]
Fantasi"Edward, Sila, Darla, Arche, Mione, Hena, Nellaf, semuanya belum selesai. Cerita ini menggantung!" Saat menoleh, Dreya tak lagi menemukan penyihir itu di dekatnya. Dreya melangkah lunglai, ia menatap menara dan bangunan yang menjulang tinggi dari ke...